R-62

9.5K 830 343
                                    

Leo menoleh pada sumber suara yang memanggilnya. Sekali lagi, ia menampar pipi nya untuk memastikan apakah ini mimpi atau sekedar halusinasi dirinya saja saat Aurora sudah pergi.

"Shit." Rintihnya.

Gadis itu berlari kencang kepada Leo, meninggalkan barisan keluarga yang ada di belakangnya. Dengan cepat ia memeluk Leo sampai Leo hampir terjatuh ke belakang.

Tanpa menunggu apa-apa lagi ia membalas pelukannya itu dengan erat agar gadis itu tidak pergi lagi meninggalkannya. Ia tidak bisa berkata-kata lagi, yang hanya ia inginkan ialah terus memeluk gadis yang didalam pelukannya ini.

"Ini ga mimpi?." Tanya Leo bergumam tanpa sadar.

"Ini gue."

"Jangan tinggalin gue Ra." Ucap Leo memeluk Aurora erat seolah-olah gadis itu sudah menjadi miliknya kembali.

Aurora, perempuan itu masih memeluk Leo dengan erat bahkan sangat erat. Jujur, ia tidak menyangka jika Leo menyusulnya ke Bandara ini, karna ia tidak memberi kabar apapun pada laki-laki itu. Namanya juga Leo, ia bisa mendapatkan kabar dari mana saja.

Leo juga masih tidak menyangka. Aurora masih ada disini? Aurora tidak jadi meninggalkannya? Apa Aurora hanya berpamitan padanya? Jangan bilang ini adalah pertemuan terakhir antara dirinya dan Aurora?.

"Gue disini, ga akan kemana-mana." Ucap Aurora tersendu-sendu.

"Lo ga jadi pergi?." Tanya Leo saat Aurora sudah melonggarkan pelukannya, namun ia tahan dengan memeluk pinggang Aurora.

"Lo mau gue pergi?!." Tanya balik Aurora dengan kesal.

Leo tersenyum tipis dibuatnya, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Pelukan yang ada di pinggang Aurora langsung ia lepas karna keluarga Aurora berjalan mendekati mereka berdua.

Gilang, laki-laki itu menepuk pundak Leo. Membuat Leo menoleh padanya dan menatap dirinya. Tidak lupa ia juga mengecup punggung tangan Anggita dan Akbar, memberi salam pada mereka.

"Maafin gue Le, gue udah maksa Aurora buat jauhin lo dan nolak lo. Tapi sekarang gue yakin, lo ga akan nyakitin dia lagi." Ucapnya sedikit merasa bersalah.

Leo mengganggukan kepalanya memaafkan Gilang. Ia berjalan ke arah Akbar dan menatap mata Akbar tanpa rasa takut sama sekali dibenaknya.

"Maafin saya Om, selama ini saya bikin Aurora sedih. Izinin saya Om, buat buktiin ke Om dan juga Tante kalau perasaan saya ga pernah main-main sama Aurora." Akbar tersenyum puas mendengarnya. Ia pun menganggukan kepalanya mantap.

"Jaga anak saya dari nafsu kamu, amarah kamu, dan juga emosi kamu." Pintanya yang membuat Leo menganggukan kepalanya yakin.

Ia kembali ketempat semula, tepat berada di sisi Aurora yang saat ini sedang menahan senyum di bibirnya. Bahkan saat ini perutnya sudah di penuhi oleh kupu-kupu terbang.

"Maafin gue Bang." Ucap Leo pada Gilang dan Galang yang diberi anggukan oleh mereka berdua.

Leo menggenggam tangan Aurora, ia meminta izin kepada keluarga Aurora untuk membawa Aurora pergi sebentar karna ada suatu hal yang harus mereka selesaikan bersama.

"Jam 8 malem adik gue harus ada dirumah." Ujar Galang yang diangguki oleh Leo.

Leo dan Aurora menyalimi tangan Anggita dan Akbar. Anggita yang melihat senyum di bibir Aurora hanya bisa bernafas lega, akhirnya. Akhirnya ia bisa melihat senyum itu lagi, akhirnya ia bisa terbebas dari paksaan ayah dan Abang nya ini.

"Hati-hati sayang."

Mereka berdua melangkahkan kakinya meninggalkan mereka. Karna keadaan lumayan masih pagi, dan Aurora serta dirinya sedang tidak bersekolah. Leo akan membawa perempuan itu jalan-jalan seharian full untuk hari ini.

RIVALLEO. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang