R-24

19.9K 843 84
                                    

Leo membenci siapapun yang berani melukai gadisnya, Aurora. Semua terasa benar-benar menakutkan. Mengapa Aurora bisa membuat Leo takut sepeti ini?.

Dengan cepat Leo berlari menuju Toilet lantai kelas nya. Di ikuti dengan sahabat nya dan juga sahabat-sahabat Aurora. Mereka semua mengerti apa yang Leo rasakan.

Ketika sudah di depan Toilet perempuan. Leo menarik tulisan yang bertulis 'Toilet ini sedang dalam perbaikan'. Leo meremas kertas tersebut dengan amarah yang tak bisa di tampung. Dengan cepat Leo membuka pintu nya namun terkunci.

Leo terus berusaha mendobraknya. Hingga Leo di bantu oleh teman-teman nya. Pintu sudah terbuka, Penglihatan Leo gelap karna lampu di matikan. Hingga tiba-tiba saja lampu di nyalakan yang ternyata oleh Aurrel.

Leo jatuh melihat gadis nya pingsan di bawah, dengan tangan dan kaki yang terikat, rambut yang basah, dan keadaan yang benar-benar kacau.

"AURORA!." Teriak Amanda yang langsung menghampiri Aurora dan tersimpuh di sisi Leo.

Tanpa berbicara apa-apa lagi. Leo memopong tubuh Aurora, membawa nya keluar dari tempat yang menyiksa itu. Leo melihat wajah Aurora memucat, Keadaan yang benar-benar Leo benci.

"Bertahanlah, setelah semua membaik. Gue bakal balas siapapun yang bikin lo kaya gini, Hukum ga liat dia perempuan atau laki-laki." Batin Leo yang langsung membawa Aurora keluar dari sekolahan tersebut.

Leo terus di ikuti oleh teman-teman nya. Dirinya mengkhawatirkan gadisnya. Sangat benar-benar mengkhawatirkan.

"Cepet." Titah Leo ketika sudah berada di parkiran dan menyuruh sahabat nya untuk menyiapkan mobil.

"Kita ikut ya?." Tanya Kanaya.

Leo mengangguk. Setelah itu ia pun membawa masuk Aurora kedalam mobil. Di dalam mobil, Leo terus menggenggam jari Aurora, Tubuh nya sangat lah dingin. Dan Leo juga berusaha memeluk Aurora untuk memberinya kehangatan.

"Kita sudah sampai." Kata Arka yang kebetulan menemani Leo.

Dengan cepat Leo membawa Aurora dan terus meneriaki suster di dalam rumah sakit itu. Sampai akhirnya Aurora sudah di atas bangkar.

Leo di tahan agar tidak ikut masuk ketika Aurora sedang dalam pengobatan. Arka, Andra, Dan juga Devan bisa melihat bagaimana cemas nya Leo saat ini juga.

"Lo yakin kalau ini semua perbuatan Salsa?." Tanya Devan kepada Leo.

"YAH SIAPA LAGI KALAU BUKAN TU NENEK SIHIR!." Timpal Andra kesal melihat kelakuan Salsa yang tidak masuk otak.

Leo mengangguk. Hanya itu yang bisa Leo jawab, Dirinya benar-benar tidak bisa berfikir saat ini juga. Otaknya terlalu fokus kepada Aurora yang saat ini sedang terbaring lemah di atas bangkar rumah sakit.

"Bagaimana keadaan pacar saya?." Tanya Leo dengan nada penuh wibawa ketika seorang dokter telah keluar.

"Pasien hanya mengalami shok ringan. Dan Luka memar yang ada di pipi nya sudah kami beri obat, selebihnya pasien baik-baik saja." Jawab dokter tersebut.

"Memar?." Gumam Arka.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Leo segera memasuki ruang inap yang sedang Aurora tempat saat ini juga. Mendengar kata memar dari dokter. Leo memperhatikan pipi Aurora. Benar, pipi kanan dan kirinya terlihat memar.

Seperti di tampar?.

"Eh buset sumpah, Itu si Aurora gue yakin si di tampar." Celetuk Andra ketika melihat pipi Aurora yang masih merah.

RIVALLEO. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang