7

15 9 0
                                    

Kevin hanya pasrah saat dirinya menjadi bahan candaan. Bukan pasrah lagi, bahkan teman-temannya selalu membuatnya jadi bahan eksperimen dari tingkah konyol mereka, tapi menurutnya itu lebih baik daripada harus ada kecanggungan diantara pertemanan mereka.

Revan bersyukur dipertemukan dengan Kevin juga Bima. Padahal mereka bersahabat saat masa kuliah tiba, karena dari sekolah SMA Revan sendiri hanya ia, Silvia, dan Lintang yang berminat serta lulus di Universitas Garuda. Kebanyakan dari teman-temannya ada yang langsung bekerja, ada juga yang kuliah tapi tidak satu kampus dengan Revan. Itulah mengapa Revan sangat berterima kasih kepada takdir yang telah menetapkan mereka sebagai sahabatnya, setidaknya ia ada yang mendukung saat kisah cinta yang dialaminya memang cukup tragis. Selalu ada pesan yang tersembunyi dari candaan yang mereka lontarkan.

"Duh guys.. nyokap gue udah calling nih, suruh pulang." Ucap Martha.

"I'm going with you baby." Ujar Kevin dan Martha hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gue juga mau pulang." Ujar Bima menimpali.

"Lo mau disini dulu Rev?." Tanya Martha.

"Gak. Gue mau pulang juga, tadi soalnya gak sempet pulang langsung kesini." Jawab Revan menerangkan.

"Ya udah Sil, kita pamit dulu. Jangan lupa makan yang teratur, minum obatnya, istirahat, dan minum yang banyak, Ok!." Perintah Martha.

"Iya." Jawab Silvia lemah sambil tersenyum.

Akhirnya Martha beserta Kevin dan Bima pun melangkah keluar, sedangkan Revan masih berdiam diri menatap Silvia, yang entah apa pula arti tatapan itu kali ini.
Silvia tidak tahu.

"Rev? Gak pulang?." Tanya Silvia yang sudah gugup ditatap seperti itu.

Revan berjalan perlahan dan duduk disamping Silvia.

"Maaf." Katanya.

"Buat?."

"Semuanya."

"Semuanya? Emang Lo salah apa sama gue?."

"Banyak. Maaf udah ngejauhin lo, maaf buat persahabatan kita renggang, maaf gak bisa bersikap lebih dewasa."

"Lo ngomong apa sih? Gue ngerti Lo ngejauhin gue juga pasti ada alasannya. Lo gak mau kan gue terlalu berharap sama Lo karena Lo emang gak bisa ngasih harapan itu. Gue paham. Gue juga masih menata hati lagi."

"Tapi gara-gara gue kita jadi gak kaya dulu lagi." Ujar Revan yang masih keukeuh menyalahkan dirinya.

"Berhenti nyalahin diri Lo, menurut gue disini yang salah itu gue, karena udah cinta sama Lo." Ujar Silvia dan Revan hanya menggeleng-gelengkan kepala pertanda tidak setuju dengan apa yang Silvia katakan.

"Pokoknya gue minta maaf, dan berharap kita bakal kaya dulu lagi." Kata Revan finish dan menggenggam tangan Silvia erat, menyalurkan kasih sayang antar sahabat untuk Silvia

"Pasti. Gue juga gak mau kita kaya orang gak kenal gini. Galau tau gue." Jawab Silvia sambil tertawa hambar dibarengi Revan yang juga tertawa dengan keadaan yang menimpa dirinya.

"Lusa gue jemput Lo, kita berangkat ke kampus bareng." Ujar Revan yang hanya diangguki Silvia dengan senang hati.

"Tetep jadi Revan yang gue kenal, gak usah terlalu musingin perasan gue, kalo udah masanya pasti jodoh bakal dateng sendiri kan?." Revan hanya mengangguk membenarkan ucapan Silvia.

"Thanks, udah mau jadi sahabat terbaik gue." Silvia hanya mengangguk dan tersenyum. "Ya udah gue pulang dulu. Jangan sampe sakit lagi!."

"Iya. Hati-hati. Salam buat yang di rumah."

You Are My Love (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang