Mereka masih berada di festival Disney tepatnya ditenda yang menyediakan manisan buah, karena Silvia benar-benar tergoda dengan warna cemerlang dari potongan buah tersebut.
"Lo mau juga?." Tanya Silvia.
"Gak."
"Bang, 10 ribu aja campur."
"Siap neng."
"Lo mau makan siang dulu gak?." Tanya Revan.
"Boleh deh. Kemana?."
"Warung sate mang Gito aja gimana? Lumayan deket dari sini."
"Ok."
"Ini neng." Ujar si penjual.
"Makasih bang." Kemudian Silvia menyodorkan uang pas.
"Sama-sama."
Mereka memasuki mobil dalam keadaan mencekam, belum ada yang memperdengarkan suara masing-masing.
"Lo gak coba telfon Ersya gitu? Dia ada dimana?." Tanya Silvia akhirnya, sebab sudah tidak betah dengan aksi diam yang mereka ciptakan.
Silvia yang cerewet dan ia tidak suka keterdiaman.
"Lo aja, gue kan lagi nyetir." Silvia meringis, Revan bersuara dengan nada cukup lembut. Tak menunggu perintah dua kali, Silvia segera menghubungi Ersya.
"Halo saya, kamu dimana?." Tanya Silvia setelah panggilan terjawab lalu ia juga memperdengarkan suara Ersya pada Revan.
'Aku sama Skyla kak, tadi tiba-tiba dia jemput aku, ya udah aku ikut aja sama dia.'
"Ngibul mulu." Kata Revan yang masih fokus pada kemudi. Tentu saja, ia sudah khatam diluar kepala sifat Ersya.
'Bukan ngibul, ogah banget yah nanti dijadiin obat nyamuk. Masih mending autan dielus-elus, nah kalo obat bakar? Mati jadi abu gosong gue.' Ujar Ersya sok kesal.
"Ada-ada aja kamu Sya."
'Kalian dimana?.'
"Dimobil." Jawab keduanya bersamaan.
'Apa hidung gue doang yah yang bau-bau jodoh?.'
Keduanya saling tatap dan memutuskan kontak mata bebarengan. Revan yang sok sibuk dengan jalan dan Silvia yang entah memandang apa diluar jendela asalkan tidak memperlihatkan wajah anehnya pada Revan.
'Kok diem? Lagi senyam-senyum nih pasti. Fokus ke mobil kak...'
Revan segera mematikan sambungan telepon sebab tak sanggup lagi mendengar segala gombalan tak berfaedah milik Ersya. Terlalu garing. Terlalu receh. Terlalu... Pokoknya terlalu gak bagus.
***
"Mang Gito, dua porsi sama es jeruknya dua." Ujar Revan saat mereka sudah sampai di warung mang Gito.
"Iya mas Re, tunggu sebentar."
"Duduk disebelah sana aja." Ujar Revan menginstruksi. "Lo ke acar reuni sama siapa?." Tanya Revan dengan mulut yang bergerak menyantap kerupuk.
"Sama siapa gimana? Yah sendirilah."
"Berarti Lo sama gue!." Ujar Revan terdengar seperti perintah dan tidak boleh diganggu gugat.
"Hah?." Tanya Silvia cengo, belum terlalu paham arti ucapan Revan.
"Lo berangkat sama gue." Jelas Revan.
"Gak usah. Gue berangkat sendiri aja." Silvia seperti menjadi pendusta sekarang, dimulut begini tapi lain dengan yang dirasakan sekerat daging dalam tubuhnya. Hatinya seakan sedang bernyanyi ria atas tawaran menggiurkan Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Love (End✓)
Roman d'amourFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Giovanni Revan Bagaskara mendeskripsikan sebuah cinta dengan katanya "Cinta adalah segelintir rasa dari banyaknya rasa yang manusia rasakan. Membuat yang merasakan menjadi tidak karuan baik terbalas maupun tidak. Cinta yang...