25

13 5 0
                                    

Revan berada di kolam renang dengan kaki yang ia masukan sampai pertengahan betis. Mulai bulan depan ia baru ditugaskan mengurus perusahaan. Tapi bukan itu yang Revan pikirkan, melainkan semua perdebatan dan suara hati Revan juga Lintang masih terngiang jelas ditelinganya. Satu yang Revan sadari dari Lintang, Lintang memiliki sifat keras kepala.

"Ngapain Van?." Tanya Caella yang kemudian ikut duduk disamping anaknya.

"Revan mau ngelamar cewek mah." Ujar Revan tegas.

Caella terbatuk, entah kenapa air liurnya bisa salah jalur karena mendengar kata ajaib milik Revan.

"Kamu gak lagi kerasukan pocong perjaka mati sebelum nikah gitukan?." Tanya Caella yang cemas dengan anak laki-laki satu-satunya itu.

"Anak mamah ini udah menemukan titik cerah, kenapa jadi berprasangka buruk begitu?." Ujar Revan tidak terima.

"Bukan gitu, mamah pastinya aneh lah sama kemauan kamu. Emang siapa yang mau kamu lamar? Emang kamu suka sama wanita itu?." Tanya Caella berubah lembut.

"Revan suka bahkan cinta sama dia, baru sadar abis curhat sama mamah masalah yang perasaan Revan. Revan ternyata bener-bener cinta sama dia." Jelas Revan.

"Siapa?."

"Silvia."

Caella hanya tersenyum hangat, putranya memang sudah dewasa, dalam mengenal, menemukan dan memilih cintanya.

"Kapan kamu mau lamar Silvia?." Tanya Caella.

"Mamah kasih restu?."

"Mamah selalu dukung apa yang kamu lakukan. Kamu anak laki-laki mamah satu-satunya, adek-adek kamu yang bakal mamah khawatirin. Papah juga pasti setuju kok, apalagi Silvia. Siapa sih keluarga kita yang gak tau Silvia?."

Revan tersenyum lebar lalu mengangguk membenarkan ucapan Caella.

"Besok malem gimana?."

"Kamu udah bilang sama Silvia?."

"Belum. Niatnya buat kejutan."

"Emang Silvia juga tau gimana perasaan kamu ke dia?."

Revan menggeleng lalu cengiran khasnya keluar, menandakan bahwa ia memang sedikit berbeda dari yang lain.

"Terserah kamu aja lah kalo gitu." Ujar Caella setelah menghembuskan nafasnya yang terdengar berat. "Ngomong gih sama papah! Minta restu sekalian." Perintah Caella sambil menepuk bahu Revan.

"Malu mah."

"Emang bener kata orang, anak cowok itu paling deket sama mamahnya ketimbang papahnya.  Kamu ini, cuma tinggal ngomong apa susahnya. Mamah yakin papah pasti juga setuju."

Revan menegakan tubuhnya niatnya terkumpul untuk mengatakan keinginannya kepada sang papah. Semoga saja apa yang dikatakan mamahnya itu benar.

"Ya udah Revan mau ngomong dulu sama papah."

"Fighting!." Ujar Caella menyemangati.

Revan berjalan santai menuju ruang kerja Andre, dia cukup tau kebiasaan Andre saat pagi menjelang siang seperti ini, papah kebanggaan keluarganya itu akan lebih memilih mengurungkan diri diruang kerjanya, bermesraan dengan berbagi tumpukan berkas yang bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

"Pah." Ujar Revan sambil mengetuk pintu ruang kerja tersebut.

"Masuk Van!." Perintah Andre dari dalam.

Tanpa disuruh Revan mendaratkan pantatnya disofa kerja milik Andre, memperhatikan sebentar kegiatan sang papah  sebelum duduk didepannya.

"Ada apa? Tumben banget Nyamperin papah. Kenapa?."

You Are My Love (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang