15

10 8 0
                                    

Pancaran aura positif menghiasi wajah bahkan seluruh anggota tubuh Revan kali ini. Senyum yang senantiasa mengembang dan langkah kakinya yang ringan berjalan untuk menuju kamar.

Ia perlu membersihkan diri sebab Revan rasa tubuhnya yang lengket bisa saja bertempelan dengan benda lain bahkan mungkin baju yang ia kenakan pun sulit untuk dilepas. A-lay. Tapi itulah istilah yang tepat untuk mendeskripsikan keringat di tubuhnya sekarang.

Dua puluh menit ia habiskan untuk membersihkan diri, kali ini ia sedang menikmati sensasi empuk dan tidak pernah berubah dari kasur tebalnya. Merebahkan diri adalah cara termudah untuk menghilangkan stres barang satu menit.

Revan memegangi bibirnya masih dengan perasaan yang sama. Bahagia. Entah apa yang Revan lakukan sampai berani mencium Silvia. Setan yang membisikannya memang kurang ajar. Tapi jujur saja Revan menikmatinya, rasanya sungguh luar biasa desiran aneh itu masih sangat membekas dan tak lama jantungnya kembali terpacu cepat, padahal sudah sekitar satu jam yang lalu.

Revan beralih mengecap mulutnya, melupakan peristiwa yang membuatnya panas dingin, ia merasa mulutnya butuh sesuatu untuk dimakan dan bukan makanan berat pastinya. Revan butuh camilan.

Revan segera beranjak menuju dapur, rumah terlihat seperti tidak berpenghuni, tapi Revan tidak mau ambil pusing dan tidak ingin terlalu peduli dengan urusan pribadi keluarganya. Ia berjalan menuju lemari pendingin dan setelah mengobrak-abriknya ia menemukan toples yang berisi nastar dan kue putri salju dan tak lupa mengambil minuman kaleng bersoda sebagai pelengkap.

Revan berjalan lagi ke ruang televisi dan mulai memencet remot untuk membuka menyalakannya dan pindah ke tombol lain untuk mengganti siaran TV. Entah apa yang akan ia tonton. Remot dan tangannya berhenti saat tertuju pada drama Korea yang bertema kerajaan. Sebenarnya Revan tidak terlalu minat dengan oppa-oppa itu, tapi tidak ada pilihan lain dan seperti drama tersebut tidak terlalu buruk.

Dengan mulut yang terus mengunyah dan sesekali minum, Revan terus memperhatikan drama tersebut sampai ia paham apa permasalahannya. Walaupun ia harus ekstra dalam mencerna dan membaca subtitle-nya.

Tak berapa lama suara gebrakan pintu terbuka dan dengan cepat tertutup terdengar mengerikan beserta jeritan Ersya yang sukses membuat Revan menutup telinga, untung saja ia sempat tanggap untuk melakukannya jika tidak mungkin gendang telinganya sudah tidak terselamatkan.

"AAHHH... GUE BENCI BANGET SAMA DADAR GULUNG DUREN." Teriaknya frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri, sangat mirip orang gila bahkan orang gila asli pun anteng-anteng saja menikmati kegilaannya. Ersya sungguh unik.

"Kenapa Lo? Pulang-pulang bukannya salam malah kaya mau hancurin rumah!." Ujar Revan menatap adiknya. Dan baru ia sadari ia memang benar-benar memiliki adik yang begitu fantastis.

"Lo tau kak?! Masa bibir Daren yang najis itu cium pipi gue yang suci dan bersih?! Parahnya ia cium waktu gue gak sengaja ketiduran di cafe-nya Skyla, gak sampe situ aja! Masa iya dia juga posting di IG?! Sumpah. Gue benci banget sama tuh Medusa! Pasti gue bakal di teror sama fans bancinya!." Ujar Ersya sungguh frustasi.

"Kok Lo bisa ketiduran di cafe?." Tanya Revan. Kalimat itu lebih menarik untuk ditanyakan, daripada soal Daren.

"Gak tau juga deh. Biasanya kan gue tidur siang, makanya tadi gue ngantuk. Gue benci hari ini." Teriaknya lagi.

"Skyla gak cegah Daren gitu?." Tanya Revan lagi, penasaran juga dengan kejadian yang Ersya alami.

"Waktu itu Skyla lagi dikamar mandi. Dasar play boy kelas ikan tenggiri terbang!. Kenapa sih harus ada di dunia nyata juga orang macem dia? Di tipi aja udah cukup! Gak usah gentayangan! Mana ada berkeliaran di sekitar gue lagi! Ish." Desahnya frustasi.

You Are My Love (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang