5

18 10 0
                                    

"Yang, kamu gak papa kan?." Tanya Kevin kepada Martha yang tadi berusaha untuk menjelaskan kepada Bima kondisi Alea yang sakit saat itu.

"Gak papa." Jawab Martha lalu mendapatkan pelukan hangat dari Kevin untuk menenangkannya.

"Si Bima otaknya susah ditebak." Ujar Kevin. "Tadi aja ngebentak, sekarang malah keliatan khawatir, mau nya tuh anak apaan sih?." Tanya Kevin.

"Gak tau, mending kita susul aja." Ajak Martha.

Ketiganya pun berjalan menuju UKS. Setelah masuk mereka melihat Bima yang sedang duduk sambil mengusap dan menata rambut Alea yang sedikit berantakan.

Bima khawatir? Jelas. Bima menyukai Alea? Jawabnya masih mengambang. Bima juga tidak tau dengan hatinya. Terkadang ia begitu kesal dengan sifat Alea yang tidak mau mengalah, terkadang ia juga luluh dan kagum ketika Alea sedang tersenyum. Menurutnya itu sangat manis.

Ampun?! Bima menyerah dengan semua teka-teki yang bersarang rapih diotaknya saat ini. Susah untuk mencari jawaban yang tepat.

"Gimana kondisi Alea Bim?." Tanya Revan yang entah sejak kapan berada disamping Bima.

"Bikin kaget aja Lo!." Sentak Bima lalu segera menjauhkan tangannya dari kepala Alea.
"Dia kecapean." Jawab Bima ketus dan singkat.

"Lo suka sama Alea?." Pertanyaan yang tidak perlu diperjelas apalagi membutuhkan saringan.
Revan benar-benar penasaran akan sahabatnya satu ini. Ternyata bukan hanya dirinya yang dilanda virus cinta, tapi sepertinya Bima juga mengalami nasib yang sama dengannya.

"Pertanyaan Lo bermutu dikit kek. Gue cuma khawatir aja sama dia. Kevin udah ada Martha, Lo ada Lintang, ya terpaksa gue yang bawa." Ujar Bima lancar dengan alasan yang ia lontarkan.

"Kenapa Lo musingin Lintang? Gue tanya, Lo suka sama Alea?."

"Gak." Jawab Bima. Tapi hatinya sekarang ini sedang dalam mode galau juga bingung.

"Suka juga gak papa." Ujar Kevin yang baru saja masuk bersama Martha.

"Apaan sih Lo? Dia itu rival gue, ya kali gue suka sama rival sendiri. Udah.. gue mau ke kelas." Ujar Bima dan akhirnya pergi meninggalkan UKS.

"Vin, kamu sama Revan ke kelas aja biar aku yang jagain Alea, sekalian izinin ya nanti." Ucap Martha lalu duduk dikursi bekas Bima tadi.

"Ya udah. Kamu juga hati-hati. Kalo ada apa-apa langsung kabarin." Martha hanya mengangguk, kemudian Revan juga Kevin meninggalkan UKS.

***

"Vin, Bim, gue pulang duluan ya, mau jenguk Silvia." Ujar Revan tergesa-gesa memasukan alat tulisnya kedalam tas.

"Gak bareng aja Van?." Tanya Kevin.

"Terus Alea? Nanti aja kalian nyusul. Ok!." Selanjutnya Revan berlari menuju parkiran dan segera memasuki mobilnya menuju rumah Silvia. Revan berniat untuk tidak pulang terlebih dulu, memastikan keadaan Silvia.

Seharian ini otaknya benar-benar tidak bisa diajak kerja kelompok, pikirannya bercabang, namun sayang tidak kunjung berbunga apalagi berbuah untuk menjelaskan siapa sebenarnya pemilik hatinya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Silvia. Bahkan Revan dengan segera memencet bel dan mengucapkan salam.

Tak lama bi Atik keluar dengan senyum yang sama seperti pagi tadi.

"Den Revan, masuk den non Silvia udah nunggu lagi dikamarnya." Ajak bi Atik.

"Iya bi. Makasih."

You Are My Love (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang