11

18 8 0
                                    

Revan menceritakan semuanya. Tentang perasaan yang masih sama untuk Lintang, perasaan Silvia yang juga masih sama dengannya, dan kehadiran Lintang kemarin yang sontak membuat Ersya sewot tak terima.

"Serius Lintang ke rumah Lo? Ngapain?." Tanya Kevin dan Bima pun juga sama terkejutnya dengan Kevin.

"Gak tau. Bilangnya cuma mau main dan kenal lebih deket sama keluarga gue." Jelas Revan.

"Wah. Menggemparkan sih nih. Gue ada bau-bau kesuudzonan sama Lintang." Kata Kevin.

"Nimbun dosa Lo mau? Suudzon dibangga-banggain." Sentak Bima.

"Canda Bim." Ujar Kevin. "Tapi bener deh, masa iya dia langsung ke rumah Lo? Tau alamat rumah Lo dari siapa? Lo tau kalo dia bakal dateng?." Tanya Kevin beruntun.

"Lintang tau alamat rumah gue dari Silvia. Gue juga gak tau niatnya apa. Tiba-tiba aja udah ada di dapur." Revan lebih memilih menjelaskan secara detail daripada harus berbohong apalagi menutupi dari para sahabatnya.

Revan rasa Kevin dan Bima itu tidak akan membocorkan berita yang menurut kebanyakan orang tidak penting tentang dirinya dan jika ia berbohong, untuk apa juga? Toh mereka sudah mengetahui seluk beluk hidup Revan mengenai percintaannya.

"Jauhin Lintang Rev!." Ujar Bima yang sukses membuat Kevin dan Revan menoleh bersamaan sambil menurunkan bibir bawahnya, menganga tak percaya dengan kalimat sakti milik Bima.

"Kenapa?." Tanya Revan yang tentu saja penasaran dengan alasan yang akan diucapkan Bima selanjutnya.

"Gue punya firasat aja nih ya, kalo Lintang ngedeketin Lo itu cuma pingin temenan doang, gak lebih. Tapi Lo jalanin aja dulu, siapa tau firasat gue salah." Ujar Bima.

"Kok Lo bisa punya firasat semacam itu?." Tanya Revan lagi dan Kevin hanya mengangguk membenarkan.

"Dilihat dari caranya buat PDKT-an sama lo, udah salah aja menurut gue. Tapi terserah Lo sih, kan Lo yang jalanin." Ujar Bima terkesan dingin.

Bima itu memang makhluk yang cukup langka, terkadang ia bisa menjadi sangat menyebalkan jika sudah bersama Kevin dan membuli Revan, bisa sangat serius jika sudah menyangkut masa depan siapa pun itu, bisa penyayang walaupun dalam status rival, dengan Alea misalnya. Bima sakti memang.

"Lo gak lagi depresi kan? Apa kejedot pintu, terus berubah jadi sok misterius?." Tanya Kevin memastikan sahabatnya dalam keadaan sehat.

"Gue sehat wal afiyat." Jawab Bima. "Itu kan cuma firasat, siapa tau salah, tapi bukan suatu kemustahilan kan firasat itu bisa jadi bener?." Ujar Bima.

"Serah." Sentak Revan yang tidak habis pikir dengan kapasitas otak milik Bima.

***

"Lo mau pesen apa Van, Bim?." Tanya Kevin saat mereka sudah berada di kantin dan duduk di pojokan.

"Samain aja sama Lo." Ujar Revan.

"Gue mie ayam sama es teh aja deh." Jawab Bima.

"Ok." Ujar Kevin dan berlalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Pupil mata Revan tertuju pada Silvia yang sedang tertawa bersama Martha dan Alea, Silvia sudah tampak segar dari hari kemarin dan itu membuat hati Revan menjadi lega.

"Liatin apa.." Belum selesai Bima berucap, matanya sudah menangkap objek yang membuat Revan terdiam sejak tadi. "Jadi pilih sahabat sendiri apa cinta pandangan pertama nih? Yang gantle dong!." Ujar Bima sambil menepuk bahu Revan cukup kuat untuk menyadarkannya.

"Apaan sih Lo? Lo juga belum nemu titik cerah! Apa kabar Lo sama Alea?." Tanya Revan. "Kita senasib udah, gak usah bertampang Lo juga gampang dalam masalah cinta." Ujar Revan sarkas.

You Are My Love (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang