Revan tengah menikmati makanan yang disediakan. Ia dan Silvia sudah sejak tiga puluh menit yang lalu berada di pesta pernikahan Lintang. Sedangkan Silvia asik bercerita dengan teman SMA yang beberapa juga datang di acara tersebut.
Keduanya sama-sama belum habis thinking, bisa-bisanya jodoh mereka seperti tertukar. Kenapa juga Lintang tidak pernah jujur dulu jika dirinya sudah dijodohkan sejak masih ileran? Dan kenapa juga Deka tidak memberitahu statusnya pada Silvia? Bersekongkolkah mereka untuk memisahkan Revan juga Silvia? Atau ada motif keburukan lainnya. Entah.. yang jelas, Revan hanya ingin fokus pada Silvia-nya.
"Yang, pulang yuk!."
"Mau pulang? Baru bentar lho kita disini."
"Lo beneran pacaran?." Tanya Ega, teman SMA nya dulu. Setau Revan Ega ini adalah teman dekatnya Lintang dulu.
"Sudah jelas. Ayo Vi!." Ajak Revan mengeluarkan jurus langka. Manja.
"Ya udah. Tapi kita kesana dulu." Tunjuk Lintang pada dua insan yang sedang memakai pakaian pernikahan adat Sunda itu.
"Ngapain?." Tanya Revan.
"Ya ngasih selamat lah! Gimana sih kamu? Ga, gue sama Revan duluan ya."
"Ok."
"Ayo!." Ajak Silvia sambil menggandeng tangan Revan.
"Selamat yah tang, semoga langgeng." Ujar Silvia sembari tersenyum hangat.
"Selamat tang." Ujar Revan terkesan judes, tapi tetap saja bersalaman. Itu pun Silvia harus menarik lengan jasnya terlebih dahulu.
"Lo beneran pacaran sama Revan?." Tanya Deka.
"Bisa gak? Gak usah repot-repot urusin hidup pribadi orang. Udah punya istri juga." Jawab Revan ketus.
"Silvia beneran?." Kini giliran Lintang yang bertanya tanpa tau situasi jika banyak tamu yang sudah mengantri untuk memberi selamat.
"Kita gak pacaran. Tapi gue langsung dilamar sama Revan." Ujar Silvia tenang, sambil menunjukkan cincin yang melingkar cantik dijari manisnya. Jika manusia memiliki kadar peka yang tinggi, pasti sudah tau jika Silvia mengatakan itu semata-mata menunjukkan bahwa Revan hanya miliknya. Revan juga sedang berusaha menahan senyumannya sekarang.
"Ya udah kita duluan ya."Tak dapat dipungkiri jika Lintang juga Deka kini merubah bentuk wajah secara spontan menjadi murung. Kenapa? Entahlah. Karena cinta? Mungkin.
"Aktingnya pinter deh." Ujar Revan, saat mereka sudah berada dalam mobil.
"Siapa yang akting? Emang kenyataannya gitu kan?."
"Iya juga sih." Jawab Revan salting.
Keduanya terdiam. Revan yang terpaksa untuk sesaat mencintai benda berbentuk lingkaran tersebut sembari memutar-mutarnya agar nyawanya dan Silvia selamat, sedangkan Silvia sendiri tengah sibuk mengetik balasan chat dari teman-temannya yang entah kenapa baru kali ini bisa online.
Grup SiMaLea Canzz
Alea: Lo gak lagi ngibulin gw kan? Tuh video beneran?
Martha: Anjay Lo emang Sil! Ta'aruf nih ceritanya?
Alea: Gila sih!
Martha: Jawab dong Sil! Kasih klarifikasi. Kenapa juga Lo gak cerita sama kita?
Silvia: Tangan gue cuma dua. Kalian nanya satu-satu kenapa?
Silvia: Waktu kemarin kalian juga gak online. Kemana aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Love (End✓)
RomantizmFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Giovanni Revan Bagaskara mendeskripsikan sebuah cinta dengan katanya "Cinta adalah segelintir rasa dari banyaknya rasa yang manusia rasakan. Membuat yang merasakan menjadi tidak karuan baik terbalas maupun tidak. Cinta yang...