18

10 7 0
                                    

Revan belum turun dari mobil, pikirannya masih bernuansa cemas. Lintang sudah turun dari tadi, sebab kelasnya akan segera dimulai belum lagi ia harus menempuh jarak yang lumayan jauh lagi untuk bisa sampai di gedung firma, kebetulan sekali kelas mereka bisa pada jam sama. Revan juga bingung dan baru menyadari, darimana Lintang mengetahui jadwal kuliahnya?.

Revan menghela nafas berat, untuk keseribu kalinya otaknya harus bekerja dengan ekstra hanya untuk pemikiran yang tidak terlalu penting menurutnya. Ia membuka pintu mobil dan tidak menemukan keberadaan Silvia, mungkin ia sudah masuk kelas.

"Berulah lagi Lo tong? Apaan nih?." Tanya Kevin setelah Revan duduk manis ditempatnya, sebab ia sudah mendengar dari penggosip handal bahwa Revan berangkat bersama Lintang. "Wih. Bolu, mau dong!." Pinta Kevin.

"Gak ada. Ini punya gue. Lo juga apaan sih Vin? Bawaannya suudzon mulu kalo sama anggota badan gue kalo gerak dikit aja! Dia yang ngajak gue duluan. Gak sempet nanya juga dia dapet jadwal kampus gue darimana." Jelas Revan.

"Pelit medit Lo Van!." Sentak Kevin lebih memperdulikan bolu yang begitu menggugah selera ketimbang sindiran dari Revan.

Misterius sekali sosok Lintang yang sekarang. Tunggu! Bukanya Lintang memang selalu misterius, dulu saja Revan tidak dianggap dan sekarang malah mendekat secara agresif.

Revan mengedarkan pandangannya, kelas akan dimulai sepuluh menit lagi, tapi ia tak menemukan keberadaan Silvia dikelas.

"Cari Silvia?." Tanya Bima peka.

"Gak. Gue kira dia udah masuk kelas." Alibi Revan.

"Lo pilih yang mana nih?." Tanya Kevin lagi masih dengan topik yang sama.

"Pilih Lo. Yuk Vin! Gue belum ada yang mau nih. Sama gue aja gimana? Lo kan terkenal setia." Balas Revan.

"Jijik gue! Najis. Pergi Lo jauh-jauh!." Ujar Kevin sambil menirukan gaya orang muntah darah.

"Gak papa deh gue jadi selingkuhan Lo juga." Ujar masih masih getol menggoda.

"Gue tampar Lo! Jangan berisik!." Sentak Kevin sambil mengancam, sebab ia baru menemukan fakta bahwa Revan suatu saat bisa gila hanya karena persoalan cinta.

Silvia memasuki kelas, tak berapa lama dosen masuk untuk menyampaikan materi. Revan belum bisa menaati otaknya yang menyuruhnya untuk tetap memperhatikan pelajaran, ia lebih memilih menuruti kata hatinya untuk memandang Silvia yang duduk dipojok depan sebelah kanan. Entah apa pula yang menariknya untuk melihat sahabatnya itu, padahal tidak ada yang berubah dari seorang Silvia.

Dosen sudah keluar kelas dan Revan belum menyadari itu, karena fokusnya lebih banyak untuk menatap Silvia dari pada materi yang biasanya malah jadi santapan terlezatnya, sebab memiliki otak yang sempurna.

Silvia melangkah keluar ruangan dan pergerakannya tak sedikitpun terlepas dari Revan. Silvia tidak menyadari jika Revan terus menatapnya, lagi pula ia tak memiliki firasat jika ada orang yang terus memperhatikannya.

"Lo pada mau nih bolu gak?." Tanya Revan dan saat matanya menatap kedua sahabatnya, mereka segera menghela nafas berat. Kenapa?

"Lo jangan embat semuanya dong! Kasian para pencari cinta yang lain, belum lagi popularitas jomblo yang semakin meningkat. Jangan gondol semuanya dong!." Sentak Kevin.

"Lo ngomong apa sih? Langsung keintinya bisa?." Tanya Revan.

"Singkatnya, Lo pilih Lintang apa Silvia?." Tanya Bima segera.

Revan memutar bola matanya, tak percaya dengan penuturan keduanya yang ternyata kompak dalam memperhatikan setiap inci tubuh Revan, bahkan lirikan matanya sekali pun.

You Are My Love (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang