8

14 11 0
                                    

Menata alam mimpi...

California.
Time for a break.....

"Hai Aku Silvia. Siapa nama mu? Bolehkah aku berkenalan dengan mu?." Sapa Silvia dengan tangannya yang siap menjabat tangan milik sang lawan bicara.

"Nama ku Revan." Jawab Revan singkat.

Revan memperhatikan Silvia kecil, dan Revan yang segera tau bahwa teman barunya ini memiliki sifat ceria dan tidak malu untuk bergaul.

"Nama yang keren. Kau duduk sendirian?." Tanyanya lagi.

"Iya."

"Wah.. kebetulan. Teman sebangkuku orang nakal dan cerewet. Apakah aku boleh duduk bersamamu?."  Tanyanya meminta izin.

"Boleh. Kau tak pergi ke kantin?." Kali ini Revan memberanikan diri bertanya lebih dulu.

"Tidak. Aku bawa bekal. Kau mau?." Tanyanya antusias.

"Boleh."

"Sebentar aku ambil." Silvia pun berjalan mendekati mejanya dan bukan hanya kotak bekal makan yang ia ambil, melainkan tas serta barang lain yang masih berada diatas meja.

"Kamu beneran akan pindah?." Tanya Revan sedikit tidak percaya.

"Iya. Padahal baru satu hari aku duduk dengan Gea, tapi aku sudah tidak betah." Ujar Silvia bercerita. "Ini. Ayo makan." Perintah Silvia sambil membuka kotak bekalnya yang berisi sandwich.

Keduanya pun memakan sandwich itu dengan sesekali bercengkrama ria hingga bel masuk kelas berbunyi kembali.

***

SMP Pelita, Jakarta.

"Rev, tugas matematika Lo udah jadi belum? Gue liat dong!." Ujar Silvia memohon dan segera duduk disamping Revan, dengan nafas yang masih ia atur agar tidak terlalu ngos-ngosan.

"Tumben?." Tanya Revan, tapi tetap memberikan buku tugasnya kepada Silvia.

"Gue semalem lupa, gara-gara si Satria sakit tapi kelakuan sama kemauannya udah kaya emak-emak ngidam. Bikin gedeg." Curhat Silvia dengan tangannya yang cepat menulis jawaban milik Revan.

Kurang tiga menit bel masuk berbunyi akhirnya Silvia berhasil mengerjakan contekannya tersebut.

"Thank you." Ujarnya sambil menunjukan cengiran khasnya.

"Lain kali habis pulang sekolah aja ngerjainnya! Daripada kaya sekarang, Lo gak tau juga peristiwa berikutnya apaan." Ujar Revan menasehati.

"Siaaapp!."

***

SMA Nusantara, Jakarta

Revan merintih kesakitan karena Silvia yang sedang mengobati luka yang tepat dibibir Revan dengan telaten akibat bogeman yang sempurna dari Rendi, teman seangkatan mereka.

"Sshh... Aw. Sakit Vi." Rintih Revan untuk yang kesekian kalinya saat Silvia menempelkan kapas yang sudah diberi betadin dibibir Revan yang sedikit sobek.

"Lagian Lo kenapa sih? Bukan Lo banget tau! Yang sok-sokan ikut campur masalah orang." Ujar Silvia marah.

"Ya.. gue gak suka aja. Ada orang sok kuat nindas mereka yang lemah." Jelas Revan.

You Are My Love (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang