Jalanan Kota Seoul tak seramai biasanya, menjelang pergantian tahun, juga himbauan dari pemerintah agar setiap orang tak perlu meninggalkan rumah menjadikan seluruh sudut kota tak seperti biasanya, tak ada lagi turis mancanegara yang berkunjung dan semua aktivitas yang melibatkan banyak orang sangat dilarang.
Pandemi mengubah segalanya. Tak terkecuali wajah Seoul yang selalu tampak berkilauan dan muram di waktu yang bersamaan, namun tidak bagi Jaemin Seoul seakan menemukan waktunya kembali untuk bernafas, kota yang sangat dicintainya ini seakan diberi jeda untuk istirahat dan setelah sekian lama ia mencium lagi aroma yang dibawa angin bulan desember, natal dan tahun baru yang telah lama hilang, menyublim dari seisi kota.
"Kita mungkin boleh tidak perlu datang.." Jaemin dengan hati-hati melirik orang yang duduk di sampingnya, menyimpan tangan mereka yang saling menggenggam erat di dalam salah satu saku mantel yang sedang dikenakan olehnya.
"Percayalah ini tidak akan seburuk itu Na.." senyum jeno mengembang, menenggelamkan kedua matanya menjadi seperti ukiran sepasang sayap burung bangau yang terbang menaiki awan. Salah satu hal favorit jaemin darinya. "Kita hanya akan minum sebotol soju, habis itu pulang.."
Jaemin hampir saja menarik tangannya, namun wajah tersentak jeno menahannya. "Aku gak mau pulang ke dorm dalam keadaan mabuk.." suara besarnya meninggi.
"Okeh...." jeno coba menenangkan, sambil memastikan kalau sopir taksi yang sedang membawa mereka membelah jalanan sepi kota seoul itu tidak mendengarkan perkataan mereka. "Kita cuma makan, terus pulang.."
Senyuman jeno menenangkan dan jaemin lagi lagi dibuat luluh seketika. Ia mungkin tak sebaik jeno dalam urusan pergaulan atau bersosialisasi, terutama dengan para senior. Bahkan dua puluh satu member lain grupnya saja Jaemin tidak yakin sudah mengenal mereka dengan baik. Roda hidup selalu saja berputar di sekitarnya dari dulu, ditambah dengan sekitar jeno mungkin setelah mereka saling mengenal ketika pertama kali masuk agency beberapa tahun lalu.
"Ah Taeyong Hyung sama Jaehyun Hyung pasti lagi menikmati waktu mereka..." perkataan jaemin ketika taksi melaju melewati sederet bangunan tinggi yang beberapa jendelanya terlihat masih menyala, sebuah perkataan yang ia bisikan tak lebih kepada dirinya sendiri. Ia iri pada pasangan Hyungnya itu, mereka seakan akan selalu bisa menikmati waktunya berdua dan di saat bersamaan juga tak pernah lalai dengan urusan grup.
"Emmh.. dengan setengah dari aku dan setengah lagi dari kamu mungkin kita bisa mengikuti mereka berdua.." rupanya jeno berhasil mencuri dengar kata-kata jaemin "kita mungkin bisa membeli sebuah apartemen di bangunan yang sama dengan mereka, ataupun mencari yang lebih bagus.."
"Waeeee..." jaemin berjengit. Ia tahu betul berapa jumlah tabungan mereka berdua karena keduanya berasal dari sub unit yang sama. Kalaupun ada penghasilan tambahan dari sub unit yang lain yang tidak menyertakan mereka secara bersama-sama mungkin bisa membuat perbedaan, tapi jaemin sudah bisa menghitung berapa angkanya. Kesibukan bulan ini ketika keduanya sama-sama dipisahkan di unit U masing-masing dan kedua single mereka juga diterima oleh penggemar dan pasar memang menambah saldo tabungan mereka, tapi membeli apartemen di Seoul yang tak jauh jauh amat dari dorm mereka itu tetap saja merupakan sebuah pemborosan. "Kamu janji akan menabung setidaknya sampai lagu berikutnya tahun depan..."
"Neeee.." jeno mencoba menenangkan orang yang tangannya masih ada di dalam genggaman dan saku jaketnya. Teman-temannya di Dream sering menyebut jaemin si pelit dan perhitungan untuk urusan tabungan mereka berdua, tapi baginya yang mengenal jaemin lebih baik dari siapapun di dunia ini semua sifat penuh perhitungannya itu akan berguna suatu saat nanti. Dan sifat boros juga konsumtif jeno memang memerlukan sosok seperti itu. "Menurut kamu Jaehyun hyung dan Taeyon Hyung lagi ngapain di apartemen mereka?"
Hampir saja jaemin memukul perut jeno sebelum akhirnya mereka berdua sama-sama tertawa.
Mereka berdua, juga teman yang lain di grup sudah hapal betul soal hubungan berharga milik kedua hyungnya itu. Agency mungkin belum mengetahuinya tapi beberapa manajer mereka memberi isyarat seperti lampu kuning, itupun selalu saja diabaikan oleh keduanya. Di jaman gila seperti ini, bukankah hanya kemurnian cinta yang bisa menyelamatkannya?
Beberapa member dan manajer juga sudah mengetahui perihal hubungan istimewa sesama member, termasuk soal jeno dan jaemin yang tak bisa dipisahkan sejak hari pertama ketika mereka bertemu. Namun di setiap meeting grup ataupun ketika pihak agency datang memberi arahan, mereka hanya berpesan agar semua member yang telah terlanjur melibatkan perasaan dalam hubungan profesional mereka agar bisa menarik tuas rem saja, cukup hanya dengan berpegangan atau berpelukan di depan umum, tidak lebih.
"Kamu tahu Jhonny hyung lewat perusahaan papanya baru saja membeli sebuah pulau pribadi di Thailand?"
Pertanyaan jeno membuat jaemin menatapnya seketika. Semua orang tau perihal betapa kayanya keluarga jhonny, tapi membeli sebuah pulau di negara lain adalah hal yang berbeda.
"Kenapa thailand?"
Jeno tak menjawab dan hanya mengikik "tanya saja Ten Hyung, mungkin dia bisa menjawab.."
Jaemin mencoba paham, kabar terbaru yang santer beredar di sesama grup itu rupanya bukanlah hanya hembusan angin lewat semata. Selalu ada hal yang membuatnya berhembus, tak akan terjadi begitu saja.
Mereka sudah sampai di sebuah restoran yang sudah dipesan khusus oleh agency, beberapa mobil terparkir di depannya juga beberapa penjaga dengan mantel tebalnya berjalan mondar mandir, menghindarkan para sasaeng atau paparazi yang usil.
"Janjilah kamu gak akan ninggalin aku sendirian di dalam.." jaemin mengikuti langkah jeno yang menginjak salju dan menuju ke pintu.
"Neee.. di dalam pasti ada teman-teman kita yang lain bukan?"
Bukan itu maksud jaemin, tapi ia pun sudah malas berdebat dihantam udara musim dingin juga mata para bodyguard yang menatap tajam ke arah mereka berdua.
Seorang pelayan menerima mantel yang jeno dan jaemin kenakan, sehingga kini keduanya melenggang memasuki restoran hanya dengan jaket dan celana jeans mereka yang sama-sama bernuansa hitam dan putih itu. Jaemin yang menyuruh jeno berpakaian yang hampir mirip dengannya untuk menjaga teritorinya.
Di bagian paling dalam dan ujung teman-teman mereka melambaikan tangan agar segera menghampiri, agency selalu menyiapkan kursi paling belakang untuk mereka yang memiliki member lebih dari dua puluh orang ini. Meski kini beberapa kursi masih kosong, ia dan jeno baru saja tiba, sementara jaehyun dan taeyong sudah pasti tidak akan datang.
Keduanya berjalan sambil berkali-kali menunduk nundukan tubuh mereka ketika melewati meja-meja depan yang sudah diisi oleh senior - senior mereka, ini perjamuan akhir tahun dari agency wajar jika hampir semua artis datang saat ini. Keduanya menunduk ketika gerombolan diva girl generation menyapa sambil menggodanya, yang bahkan sooyoung dan sunny sampai mengedipkan mata nakalnya agar mereka berdua sudi duduk bersama di kursinya, tapi jeno dan jaemin tahu diri, mereka semua adalah sosok ratu milik agency yang mereka hormati, meski baik dan selera komedi mereka kadang aneh tapi jaemin dan jeno tidak mungkin sampai duduk satu meja bersama mereka.
Di meja berikutnya adalah meja duo legenda yang bahkan seperti tersiksa karena keberadaannya di sini, Boa dan Kangta, keduanya seperti tengah ngobrol serius dengan perwakilan agency, membuat jeno dan jaemin berjalan semakin cepat melewatinya.
Namun tidak di situ saja, hanya terhalang satu partisi ada kelompok serius lainnya yang sedang berbincang, kelompok para hyung yang idealis dan penuh ambisi yang bahkan orang seperti Lee Sooman saja menghindar untuk mengobrol bersama mereka. Di sana ada Yunho, Siwon, Minho dan Suho Hyung yang sebenarnya sedang menjalani wajib militernya itu, tampak serius membicarakan sebuah topik. Bahkan dari anggukan mereka berempat saja jaemin sudah sangat tau diri untuk tak berlama-lama menyapa mereka, ia datang telat beberapa menit saja seharusnya akan berujung sebuah pandangan ketidakprofesionalan dari meja dewa empat arah mata angin itu.
"Jenoo-a.." sebuah suara berteriak memanggil jeno persis di sebrang meja tempat membernya berkumpul, meja para visual lead yang terkenal dengan... mengingatnya perut jaemin mendadak mual. "Kemari, duduk di sini bersama kami.."
Jeno melirik jaemin sebentar, namun jaemin mengangguk dan memberi isyarat tidak apa-apa untuknya bergabung di sana. Keberadaan Donghae dan Haechul di meja tersebut sudah membuatnya lumayan rikuh jika harus ditambah dengan memaksa jeno agar duduk di meja mereka saja.
"Nih lu liat kan dia bener bener mirip gue, dia ini anak gue.." donghae menepuk pundak jeno yang duduk di sebelahnya. "Calon visual masa depan.."
Jaemin tak lagi mendengarkan obrolan mereka, apalagi ketika tatapan sinis yang mulia Oh Sehun menatapnya tajam. Di meja itu ada donghae, haecul, key, sehun dan beberapa orang manajer, sudah tidak tersisa lagi kursi untuknya memaksakan duduk di samping jeno.
"Jae.. mana jeno?" Haechan yang sepertinya baru mengambil sebotol soju dari kulkas menyapanya.
"Tuh.." jaemin mengedikan bahu ke arah jeno.
"Oh meja visual.. belum aja tuh meja dibalikin ama lukas.. udahlah ayo sini duduk.." haechan menariknya menuju kursi mereka. Namun tatapan jaemin tertarik pada kursi lain yang hanya diisi oleh empat orang dari grup teman teman sehun. Dua pasangan idol yang terkenal lebih melegenda dari pada pasangan Taeyong dan Jaehyun. Dua pasangan yang bahkan para penggemar saja sudah menyetujuinya secara valid, Kai duduk di sisi kiri bersama Kyungsoo yang baru pulang wamil, sementara Chanyeol terlihat jelas kalau ia tidak mau melepaskan genggaman tangan lelaki mungil yang duduk di sampingnya, Byun Baekhyun.
Kemesraan yang membuat jaemin mencuri pandangan ke arah jeno seketika, bahwa di masa depan ia pun menginginkan kemesraan yang sama dengannya. Bahkan lebih kalau bisa, tapi jeno sudah sibuk, larut dalam perbincangannya dengan sesama visual lead milik agency itu.
...
Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam, tak satupun dari membernya yang menunjukan mereka akan segera pulang. Lagi-lagi jaemin menatap ke arah jeno, memberinya kode agar segera membawanya lari dari sini.
Namun yang dilempar kode tak merasa sama sekali, ia tetap ada di dalam rangkulan donghae dan kuasanya sehun, yang membuat heran adalah kenapa sehun masih berada di sini padahal ke empat temannya sudah pergi sejak dua jam yang lalu. Menimbulkan keresahan di hati jaemin.
"Hyung, aku sepertinya mulai mabuk, aku akan pulang saja ke dorm.." kepala jisung hampir terjatuh di pangkuan jaemin, namun ia coba menahannya dan mungkin ini memang sudah waktunya ia membawa adik paling bungsunya itu untuk pulang.
Jaemin mengangkat tubuh jisung dan menyeretnya ke arah pintu keluar, sambil berjalan ia melirik jeno sekilas namun tidak dipedulikan sama sekali. Ah jeno bisa pulang sendiri pikirnya, jisung lebih membutuhkan bantuannya.
"Ah hyung, apakah mau ku bantu?" Sebuah suara berjalan menyusul mencoba menjejari langkahnya.
"Eh sungchan.." jaemin melihat member paling baru di grupnya itu berusaha ikut membopong jisung di sisi tubuhnya yang lain. "Tidak perlu, carilah taksi aku harus membawa jisung pulang ke dorm.."
"O-oke.." sungchan berjalan cepat menuju pintu dan langsung mencarikan taksi untuk mereka berdua.
Jaemin sampai di tempat parkir restoran dengan jisung yang sudah tidak sadarkan diri. Sebuah taksi dengan pintunya yang terbuka sudah menunggunya.
"Kamu masuklah kembali ke dalam, biar jisung aku yang urus.." kata jaemin sambil memasukan tubuh jisung ke dalam taksi dengan dibantu oleh sungchan.
"Ah tidak, aku ikut pulang saja ke dorm.." sela sungchan.
"Jangan, kalau sampai Yunho Hyung tahu kamu begitu cepat meninggalkan perjamuan akhir tahun ini, dia akan menandai kamu sebagai member baru yang membangkang.."
Akhirnya sungchan mengerti. Memang yunholah yang bertanggung jawab dan mengadakan perjamuan akhir tahun ini, dan semua orang sudah mengenal bagaimana kokohnya seorang yunho dan tak boleh ada yang menyinggung atau berlaku tidak sopan kepadanya, terutama bagi member yang baru saja debut seperi sungchan.
Tak ingin membuatnya terlibat dalam masalah, jaemin langsung mengunci pintu dan menyuruh sopir taksi untuk segera pergi. Ia sudah memberikan alamat dormnya, dan tanpa banyak menyahut sopir itu melaju menembus jalanan seoul yang bersalju.Jaemin melemparkan tubuhnya di atas tempat tidurnya sendiri, ia sudah membawa jisung ke kamarnya dan benar saja si maknae itu sudah benar benar terlelap dan tubuhnya tidak bisa merasakan apapun lagi. Mungkin teman temannya terlampau dini mengenalkan alkohol padanya yang tahun ini baru saja memasuki usia legalnya untuk minum.
Kedua matanya menatap atap dorm, temaram lampu dan kesunyian malam membuat perasaan suram itu semakin menjadi, apalagi ketika diliriknya ponselnya tidak ada satupun kabar dari jeno yang memberitahunya kapan ia akan pulang.
Jeno bukan anak kecil lagi, jaemin tahu itu. Ia pun tidak berhak seratus persen atas tubuhnya. Namun janji untuk datang dan pulang bersama ke pesta itu lagi-lagi hanya jadi sesuatu yang mudah sekali untuk dilupakan olehnya.
Jaemin tak marah, ia sudah lelah untuk marah. Namun di waktu yang sama iapun tidak mampu memejamkan mata, mungkin karena terlalu lelah juga mungkin karena perasaan pahit yang ditelannya semalaman ini akibat jeno yang seakan melupakannya masih ada di dunia.
Mereka ada di ruangan yang sama, hanya dipisahkan oleh dua buah meja. Tapi kenapa seakan begitu sulit bagi jeno untuk menyudahi obrolannya dengan para seniornya lalu datang ke meja grup mereka. Doyoung sampai memberikan peringatan, bukannya tidak menghargai para senior namun jeno memang sudah melangkah terlalu jauh.
Tapi lebih dari itu jauh di lubuk hati jaemin ada sebuah perasaan diabaikan yang sangat menyakitkan. Jaemin bangkit dari tidurnya, ia tahu harus kemana, harus bercerita pada siapa ketika menghadapi situasi seperti ini.
Ia kembali mengenakan mantel tebalnya dan berjalan menuju pintu, diraba olehnya saku mantelnya dan sekali lagi memastikan kalau ada pesan baru yang masuk ke ponselnya, tapi nihil, membuat jaemin melemparkan ponselnya ke atas kasurnya dan ia berjalan menuju lift."Teng nong..." suara bel yang ditekan oleh jaemin menggema ke seisi ruangan. Sudah lebih dari lima menit ia menunggu dan sudah ketiga kalinya ia menekan bel. Semoga penghuninya masih sudi membukakan pintu untuknya.
"Krek" grendel pintu terbuka dan wajah sakah satu hyungnya muncul di sana. "Jaemin.."
"Emmh.. hyung..." jaemin bergumam menatap segan pada jaehyun yang hanya mengenakan kaos gombrong dan celana yang hanya menutupi pangkal pahanya, rambutnya berantakan entah oleh bantal atau karena ulah tangan hyungnya yang satu lagi.
"Siapa, sayang?" Taeyong muncul dan berdiri di sebelah jaehyung. "Jaemin.. ah kajja ayo masuk.." taeyong membuka pintunya lebar lebar dan menarik tangan jaemin ke dalam. "Mana jeno? Bukannya kalian ke pesta akhir tahun?"
Jaemin malas menjawab dan sepertinya kedua hyungnya dapat membaca itu di matanya. Jaemin menginjak beberapa baju yang masih berserakan di lantai ruang tamu apartemen yang sangat besar itu, baju baju yang sore tadi dikenakan kedua hyungnya itu ketika berpamitan pergi dari dorm.
"Apa aku boleh menginap di sini?" Jaemin menatap jaehyun rikuh.
"Ah tentu saja.." taeyong yang sudah duduk di sebelahnya memaksanya membuka mantelnya. "Tapi kamu tidur di sofa tidak apa-apa, ya?"
Jaemin mengangguk, apartemen dengan satu kamar ini tidak mungkin jika ia harus memaksa tidur di antara kedua hyungnya, meski ketika awal awal menjadi traine hal itu merupakan suatu hal yang wajar, ia sering kali menganggu waktu tidur jaehyun dan taeyong dengan nyempil di antara mereka berdua. Jaehyun akan kesal namun taeyong hanya akan tergelak sebentar melihat pacarnya terganggu dari rutinitas malamnya.
"Jeno.. si kampret itu.." jaehyun berjalan melintasi ruangan sambil memunguti semua pakaian miliknya dan taeyong yang berserakan di lantai.
"Suuut... ambilkan bantal dan selimut sana.." mana bisa seorang jaehyun menolak pemerintah taeyong. Usai menyimpan pakaiannya ke kotak laundry, ia mengambil bantal dan selimut cadangan dari lemarinya.
"Sudah, tidurlah.." keduanya pergi meninggalkan jaemin sendirian di sofa ruang tamu.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dream [SELESAI]
FanfictionJeno dan Jaemin adalah idola muda dari sebuah agency besar di industri hiburan korea, keduanya sedang ada di dalam sebuah taksi menuju sebuah pesta perjamuan akhir tahun yang diselenggarakan agencynya. Jeno dan Jaemin adalah dua orang insan yang ta...