OAUJUN

345 44 3
                                    

.

.

.

Malam terasa dingin. Hujan turun dengan derasnya membasahi kota di temani suara gemuruh petir yang datang bersaut sautan. Awan hitam gelap dan udara yang dingin membuat siapapun tidak ingin untuk keluar rumah. Berada tetap kering dan hangat di dalam rumah adalah pilihan yang sangat tepat untuk cuaca seperti ini.

"Sial ujannya deras banget" Kata Oaujun, yang mengemudikan mobilnya di tengah derasnya hujan.

Oaujun mengemudikan mobilnya dengan hati hati di jalanan yang licin nan sepi karena hujan yang deras. Matanya tetap awas mengawasi jalan raya. Sebisa mungkin dia menjaga matanya agar tetap fokus. Kantuk mulai menjalari tubuh Oaujun di tambah udara yang dingin membuat Oujun menguap beberapa kali.

Sepanjang jalan hanya kesunyian dan suara hujan yang menemani perjalanan pulang Oaujun, sepulangnya dari tempat Fiat, Oujun merasakan kesunyian yang tak biasa di jalanan kota malam ini. tak ada kendaraan lain yang lalu lalang seperti biasanya, dimana jalanan kota akan sibuk walau larut malam tiba.

Sosok seseorang berdiri di pinggir trotoar di tengah hujan yang deras. Melihat sosoknya yang menggigil di tepi jalan, Oaujun meminggirkan mobilnya dan berhenti tepat di depan lelaki tersebut.

"Dek, ngapain disitu?" Tanya Oaujun dengat suara yang keras agar dapat terdengar, namun lelaki itu hanya terdiam dan menangis terisak. Oaujun yang tidak tau harus apa dan kasihan melihat lekaki itu pun keluar dari mobilnya tanpa menggunakan payung menghampiri lelaki tersebut.

Hujan deras membasahi tubuh Oujun yang hanya di balut kemeja putih dan celana panjang hitanya. Membuat siluet transparant yang memperlihatkan lekuk otot otot tubuh Oujun di balik kemeja putihnya yang basah kuyup di siram hujan.

"Dek... Dek.. kamu gapapa?" Tanya Oaujun kepada lekaki yang terlihat lebih muda darinya itu.

Lelaki itu menegakkan kepalanya dan menatap Oaujun dengan air mata yang masih mengalir.

"Kamu kenapa??" Tanya Ouajun lagi. Hujan dan hawa yang dingin menyelimuti mereka berdua.

"Kakak.. pulang" Kata lelaki itu.

"Biar kakak antar kamu pulng ya, kamu mau?" Tanya Oujun lagi, karena dia bingung tidak tau harus apa Oaujun berinisiatif untuk mengantarkan lelaki itu pulang ke rumahnya. Lelaki itu hanya mengangguk.

"Ya udah, naik mobil kakak ya, kasian kamu kedinginan, biar kakak antar." Kata Oaujun.

Lekaki itu hanya mengagangguk. Oaujun membukakan pintu dan lelaki itu duduk di sebelah Oaujun.

"Kamu tinggal dimana?" Kata Oaujun saat mulai menyetir mobil sportnya membelah derasnya hujan.

"Di perumahan X no 4 kak" Kata lelaki itu pelan. Oaujun tampak tidak asing dengan alamat yang di berikan lelaki itu.

"Nama kakak Oaujun, nama kamu siapa?" Oujun.

"Saya dika kak." Jawabnya, kepalanya selalu tertunduk kebawah, sambil memainkan jarinya seperti orang yang sedang ketakutan dan bingung.

Perjalanan terasa sangat sunyi, Dika tidak banyak bicara dan selalu tertunduk. Beberapa kali Oaujun melirik ke arah dika dan dia merasa seperti ada yang aneh dengan Dika, namun tidak mau berburuk sangka Oaujun membuang semua pikiran buruknya kepada Dika.

Setengah jam sudah berlalu dan mereka berdua masih saling berdiam satu sama lain, hanya suara hujan yang menemani perjalanan mereka dan Dika beberapa kali berbicara untuk mengarahkan jalan Oaujun menuju rumah Dika. Oujun menatap jalanan yang di lewatinya, dan ternyata jalan yang di lewatinya adalah jalan yang sama menuju rumahnya.

"Loh kamu tinggal dekat sini?" Tanya Oaujun.

"Iya kak, kenapa?" Dika.

"Ini jalan kerumah kakak juga, rumah kamu sebelah mana?" Oaujun.

"Di depan kak, rumah yang di tepi sungai" Jawab Dika pelan, namun masih bisa terdengar oleh Oaujun.

Oaujun yang menyadari apa yang dikatakan Dika, hanya bisa menelan ludah tanpa bertanya lagi, bibirnya seperti kehilangan kata kata dan tubuhnya menjadi menggigil kedinginan.

"Kak" Panggil Dika, Oujun hanya dapat berdeham menjawab panggilan dika.

"Jaga Kak Fiat ya, jangan sampai dia di bawa pergi" Kata Dika dengan suara yang sendu. Oaujun yang terkejut dan tidak tau maksud dari perkataan dika sontak langsung melihat Dika yang duduk di sebelahnya. Namun betapa terkejutnya dia yang dilihatnya bukanlah Dika yang duduk di sebelahnya tapi Fiat yang tersenyum sendu.

"Fiat" Kata Oaujun heran.

"KAKAK Liat depan" Triak Dika. Yang seketika menyadarkan Oaujun dan langsung mengalihkan pandangannya. Namun waktu berlalu begitu cepat. Suara klason Truk berteriak nyaring dan cahaya lampunya menyilaukan mata Oaujun .

"AAAAAA....." Triak Oujun kencang saat Mobilnya dan Truk itu berjarak sangat dekat, silau sorot lampu truk memenuhi mata Oujun dan beberapa detik kemudian hanya suara hujan derah yang terdengar nyaring dengan aroma karat dan amis yang menyegat.

.

.

.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang