out of know where

171 21 4
                                    

Frank terbangun dengan dada yang sesak,  nafasnya memburu dan dengan rakus menghirup oksigen sebanyak mungkin kedalam paru parunya.

Pandangannya yang khas orang bangun tidur menyapu ruangan asing yang di tempatinya, ruangan dengan nuansa coklat dan ranjang besar ditempatinya,  sangat berbeda dengan kamarnya sendiri.

"Dimana ini?" Gumam Frank pelan.
"Apa yang baru saja terjadi?" Gumamnya lagi.

Hal terakhir yang di ingatnya adalah sebuah pusaran angin yang sangat dahsyat di dalam ruangan toilet,  dimana ada Frank dan makhluk astral itu di tengah tengah pusaran angin itu. Kemudian sebuah portal terbuka,  makhluk itu memasuki portal itu bergitu juga dengan Frank yang entah memikirkan apa hingga mengikuti makhluk itu ke dalam portal yang sangat misterius dan mencurigakan.

"Kau sudah bangun" Sebuah suara mengagetkan Frank yang berada dalam lamunannya, berusaha mengingat setiap rentetan kejadian aneh dan tidak masuk akal yang baru saja terjadi padanya.

Atensi Frank menatap kehadiran seorang lelaki bertubuh tegap dengan wajah yang terlihat sangat dewasa, manis dan tampan secara bersamaan.

"Apa kau baik baik saja? " tanya lelaki itu yang sudah duduk pada tepi ranjang bersebelahan dengan Frank yang duduk bersandar pada kepala kasur.

"Ya, hanya sedikit pusing" Jawab Frank.

"Boleh aku tau ini dimana dan kau siapa? " Rasa penasaran Frank berhasil mengalahkan rasa cemasnya, kemudian menanyakan isi kepalanya yang sudah berputar putar sejak pertama dia membuka mata di kamar ini.

"Kau berada di rumah ku,  dan aku Liam" Jawab lelaki.

Frank hanya terdiam melihat Liam dengan tatapan penuh kebingungan,  yang dipikirkannya adalah, jika dia mengikuti makhluk itu masuk ke portal dan jika ini sesuai dengan perkiraannya.

Maka seharusnya sekarang Frank berada di masa lalu simakhluk astral yang di ikutinya.  Dan yang Frank tau jika makhluk itu adalah pemilik rumah itu bukanlah Liam.  Melainkan orang lain.

"Aku memang pemilik asli dari rumah itu,  dan ya benar aku adalah yang kau ikuti masuk kedalam portal" Kata Liam tiba tiba membuyarkan lamunan Frank dengab berbagai macam pertanyaan di benaknya.

"Aku Liam pemilik asli rumah ini,  dan sesuai dugaanmu,  kau berada di masa lalu ku,  masa lalu sebelum terjadi bencana di rumah ini pada waktu yang sudah lama sekali. " ucap Liam sendu.

"Tapi kenapa kau membawa teman ku Fiat,  apa alasanmu sebenarnya membawa temanku dan sekarang aku? " Kata Frank menatap Liam dengan penuh tanda tanya.

"Sebenarnya bukan temanmu yang ku inginkan,  tapi kau Frank" Jawab Liam lembut. Matanya menatap Frank dengan penuh kelembutan dan rasa rindu.

"Kenapa aku?, apa yang sebenarnya ingin kau lalukan kepada ku?,  apa yang ingin kau tunjukkan?" ucap Frank memberondong Liam dengan tidak sabaran.

"Karena kau sangat mirip dengan dia" Liam menunjuk sebuah bingkai foto yang ada di meja nakas di sebelah tempat tidur.

Frank melihat foto itu dengan seksama. Foto seorang lelaki yang sangat mirip dengannya sedang dipeluk lelaki lainnya yang lebih besar dengan sangat mesra.  Frank langsung tau jika foto itu adalah foto Liam dengan kekasih hatinya.  Mereka terlihat sangat serasi,  cocok,  romantis dan bahagia.

"Dia adalah Justin,  tunanganku sebelum kami sama sama meninggalkan dunia" ucap Liam sendu.

"Apa yang terjadi? " ucap Frank pelan,  mengalihkan pandangannya ke Liam.

Liam menatap Frank,  mata mereka saling bertemu terkunci untuk beberapa saat,  sebelum akhirnya Liam membuka suara.

"Pegang tanganku akan aku tunjukkan apa yang sebenarnya terjadi" kata Liam.

Tangan besarnya merentang ke Frank.  Frank menatap tangan besar berotot itu dengan penuh keraguan untuk beberapa saat,  hingga dia memantapkan hatinya dan menggenggam erat tangan Liam. Liam tersenyum melihat Frank yang menggenggam tangannya dengan sangat erat.

"Apapun yang kau lihat,  dan apapun yang terjadi.  Jangan pernah lepaskan tanganku" Kata Liam tegas menatap Frank.

Frank menelan salivanya sendiri dengan kasar karena gugup mendengar perkataan Liam,  dan sangat gugup dengan apa yang akan terjadi berikutnya.

Liam menatap mata Frank dengan sangat intens namun lembut,  Frank yang sadar ditatap seperti itu membalas tatapan Liam.

Angin bertiup lembut membawa rasa dingin yang menyejukkan saat bersentuhan dengan kulit Frank, terasa begitu nyaman.

Genggaman tangan Liam semakin lama semakin mengerat seiring dengan deru angin yang semakin kencang dan dingin seolah menusuk kulit.  Frank tidak banyak berkata kata hanya giginya yang bergemetuluk mengisyaratkan bahwa dia sudah merasa sangat kedinginan.

"Tahanlah sedikit lagi Frank" ucap Liam lembut menatap Frank yang menggigil kedinginan.

Frank hanya mengangguk, hanya itu yang dapat di lakukannya sekarang.  Badannya terasa sangat dingin dan sudah merasa sangat lemas,  untuk berdiri saja rasanya Frank sudah tidak sanggup untuk saat ini.

Liam memeluk Frank tanpa melepaskan genggaman tangan meraka. Hatinya sangat merasa tidak tega melihat badan Frank yang menggigil.  Suhu badan Liam yang hangat perlahan berbaur menghangatkan tubuh Frank yang menggigil. 

Frank yang awalnya kedinginan mulai merasakan hangat, hagat yang terlampau nyaman karena pelukan dari Liam. Frank menutup matanya dan hanya merasakan kehangatan dan berusaha melupakan dinginnya angin yang masih menusuk.

"Frank, Frank.  Kau sudah bisa buka. Mata mu sekarang" kata Liam.

Frank membuka matanya perhalan lahan membiasakan cahaya masuk keretina matanya.

Pemandangan pertama yang dilihat Frank adalah seorang mirip dengannya yang sedang berbaring membaca buku dengan paha seorang Liam yang menjadi sandaran kepalanya.

Tangan Liam mengelus lembut surai hitam mengkilau pria itu yang diketahui Frank dengan nama Justin,  kekasih hati Liam semasa hidupnya.

"Aku sangat merindukannya" Kata Liam lembut, dengan perasaan yang sangat sendu pada setiap perkataanya.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanya Frank penasaran.

"Tragedi Frank,  Tragedi" jawab Liam.

Frank melihat keluar jendela ruang santai itu,  ternyata sudah malam dan sedang hujan germis diluar.

"Apa mereka tau kita disini?" tanya Frank.

"Tidak Frank" jawab Liam singkat.

Brakk...
Frank terkejut mendengar suara pintu besar yang didobrak dengan paksa oleh tiga orang pria berbadan besar.

Penampilan mereka meyeramkan, dengan badan tinggi besar dan wajah sangar penuh luka, membawa senjata tajam yang kelihatan sangat tajam.
.
.
.
Darah menggenang dilantai,  bau amis karat khas darah menyeruak memaksa masuk kedalam indra penciuman Frank.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang