THERE 4U

656 86 13
                                    

Peringatan, cerita ini mengandung kata kata kasar dan adegan kekerasan

.

.

Pagi di villa ini begitu indah jika di nikmati saat liburan tanpa ada masalah. Sinar matahari masuk dari celah celah jendela kamar. Mengelus lembut pipi seorang pria manis yang tertidur di meja dengan laptop yang menyala. Silau sinar matahari menyapa pelipis matanya, membuatnya sedikit silau dan terpaksa membuka mata perlahan.

Tubuhnya bergerak dan bangkit dari posisi tidur, di renggangkannya sedikit badannya yang terasa sedikit pegal karna tertidur di kursi. Mata masih mengerjap mencoba menghilangkan kantuk. Frank memilih untuk berdiri dan memcuci muka ke kamar mandi. Setelah itu dia kembali bermaksud mematikan laptopnya yang menyala semalaman.

" Drake" kata Frank saat melihat dua titik merah berpendar di laptopnya.

Dia tersenyum lebar, tidak mau membuang waktu lagi Frank berlari membawa laptopnya keluar untuk menemui yang lainnya.

Semua tampak berkumpul di depan tv menonton acara berita. Frankpun berhenti dan terdiam melihat berita di tv.

"Di kabarkan kebakaran yang menimpa rumah menteri perdangan ini terjadi karena konsleting arus listrik, tidak ada korban jiwa karena saat kebakaran terjadi tidak ada orang di rumah. Kebakaran terjadi sekitar jam 2 dini hari , membakar habis isi rumah, dan bla bla bla" kira kira begitulah isi berita itu.

"Papa..." kata Frank pelan. Frank tersenyum senang saat melihat siaran berita itu.

"Guys liat gue udah dapat posisi Drake" kata Frank gembira, dia duduk di tengah tengah mereka dan meletakkan laptopnya di meja.

"Hah gimana bisa?" Tanya gun penasaran.

"Drake ngaktifin alat pelacak yang papa gue kasi buat dia. Papa gue yang kasi tau tentang alat pelacak itu tadi malam." Jawab Frank.

"Dan papa lu yang jadi dalang di balik kebakaran itu" Kata Pluem menunjuk siaran berita di Tv.

"Maybe, or Maybe not" kata Frank tidak perduli.

"tapi disini ada dua titik" Singto menunjuk dua titik merah yang ada di laptop.

Kringg Kirngg kringgg.

Suara telpon rumah yang berdering itu membuat intensitas mereka sedikit teralihkan.

"Anak anak angkkat telponnya" Mae Jenie berteriak dari dapur.

"Iya mae" jawab Ohm.

Ohm berjalan ke telpon yang ada tak jauh dari tempat mereka dan menerima panggilan itu.

"YA haloo vila Jennie, ada yang bisa di bantu?" kata Ohm.

"Halo, siapa ini?" Tanya pria di seberang telpon, suaranya seperti pria yang sudah sedikit berumur dan Ohm kenal betul suara siapa itu.

"Oh paman, in Ohm Pawat. Paman apa kabar?" kaata Ohm berbasa basi.

"Ohm ternyata, Paman baik. Berikan telponnya ke Frank" Ternyata yang menelfon adalah Papanya Frank.

Ohm menutup bagian bawah telponnya, harap harap teriakannya tidak akan di dengar oleh pamannya itu.

"Frank Papa lu nelpon" Teriak Ohm, padahal jaraknya tidak terlalu jauh.

Frank yang mendengar teriakan Ohm yang menggelegar itu langsung meninggalkan tempat duduknya. Dan mengambil alih telpon dari tangan Ohm, tapi Ohm tetap disitu tidak pergi kemana mana.

" iya pa, ada kabar apa?" frank.

" Kamu udah liat titik koordinat alat pelacak Drake?" papa Frank.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang