Happy reading 🦋"Bi-ya, kapan kau akan memberikan eomma cucu?" Tanya eomma dan aku hanya memutar mataku lelah. Demi Tuhan, aku baru berusia 23 tahun.
"Ketika waktu yang tepat tiba, eomma." jawabku sopan sembari melepaskan gaun yang aku gunakan untuk photoshoot keluarga hari ini."Bi-ya, eomma dan appa tidak akan bertambah muda.. eomma ingin menimang cucu, kau tahu itu kan.." kata eomma bersikeras membuat kepalaku berdenyut. Ya Tuhan..
"Minta Hyunjin saja." jawabku mengalihkan perhatian ke Hyunjin yang sedang bermain game di ponselnya. Dia menatap kami dengan dahi berkerut dan cemberut.
"Yak nuna! Aku baru berusia 21 tahun! dan aku belum ada rencana untuk menikah muda dan mempunyai anak!" kesal Hyunjin.
"Ya, Siapa tahu?" Gumamku sekenanya.
Aku bersuara kembali mengatakan, "Singkatnya saja, eomma singkirkan dulu permintaan itu, nanti jika sudah waktunya.. aku pasti akan melakukannya, memberi Eomma dan Appa cucu" kataku sambil menggenggam tangan ibu. Aku lalu mencium ayah dan membawa tas-tasku bersama.
"Hari sudah mulai gelap. Aku harus pulang." pamitku dengan sopan diakhiri dengan peluk perpisahan, lalu keluar dari rumah dan berkendara pulang.
Rumah keluargaku berjarak jauh dari Seoul, dibutuhkan sekitar 3 jam atau 4 jam untuk mencapai Seoul jika menggunakan mobil pribadi dan itu melelahkan.
...
Setelah saatnya sampai di seoul, aku lalu memutuskan untuk berhenti di sebuah toko yang nyaman, kemudian membeli makanan untuk dimakan karena aku lapar setelah membuang banyak energi memfokuskan mata dan pikiran kearah jalanan. Mengingat ini sudah jam 8 malam jadi juga sudah waktunya untuk memberi asupan santapan malam untuk perutku. Perlu digaris bawahi, aku tidak dalam masa diet yang ketat. Oleh karena itu aku cukup bebas untuk makan diluar.
Aku memasuki toko serba ada dan mengambil satu cup mie pedas lalu mengisinya dengan air panas yang tersedia. Setelah membayar, aku langsung pergi ke meja kosong yang berada tak jauh dari sana.
"Hei." suara berat itu menyapa lambat. Aku tersentak ketika orang itu kemudian menepuk bahuku dari belakang.
"Kau lagi?" Kesalku tak percaya, kenapa mereka bisa bertemu lagi. Kota Seoul ternyata sekecil itu.
Dia mengangkat bahu dan duduk di depanku dengan membawa makanannya.
Bodoh atau tidak.. tetap dia seharusnya tidak boleh tampil di depan umum seperti ini, karena dia sangat terkenal.
Apalagi jika seseorang melihat kami bersama?. Sial. Jika berita kencan akan menjadi headline disetiap artikel besok pagi. Aku satu-satunya yang akan diperangi.
"Kenapa kau disini." tanyaku, agaknya terdengar cetus bagi yang mendengar.
"Takdir, kurasa." jawabnya sungguh spontan dan santai.
"Kau terlalu percaya diri." kataku lalu melanjutkan aktifitas makan yang sempat tertunda.
"Kau sangat cantik bahkan tanpa make up." katanya sambil menatapku, membuat aku pribadi risih dibuatnya. Aku mendongak, berniat menegur... malah terjadi adegan drama. Sial. Tatapan kami bertemu.
Aihh.. ini membuatku canggung.
"Dari mana malam-malam begini?" tanyanya lagi, sembari melahap mie.
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Not With You
Фанфик(Completed) He's the real reason. My son. I left my job being an idol, because I was pregnant. 🥀 Genre : Idol life--Romance. [Disclaimer: this is a work of fiction. Names, characters, businesses, places events, locals and incidents are either the...