▪️▪️▪️Beberapa bulan terakhir ini kami jauh lebih sibuk dari sebelumnya. Tapi itu tidak menghambat komunikasi antara aku dan Jungkook. Percaya atau tidak, dia kini selalu menyempatkan waktu tengah malamnya untuk melakukan video call bersama. Sesuatu yang harusnya kami lakukan sejak lama, yaitu menurunkan gengsi dan ego masing-masing.
Dengan begitu rasakan akan lebih mudah, bukan?
Dalam hubungan, kami masih sering berdebat, tetapi setelahnya segera berdamai. Entah kata yang mana yang membuat kami tumbuh jauh lebih baik dalam menanggapi permasalahan, secara lebih dewasa.
"Aku membeli kondo di dekat pantai yang aku ceritakan waktu itu."
"Benarkah?" Tanyaku penasaran, sambil memperhatikan wajah kantuknya. Belum lama ini dia benar mengungkapkan tentang keinginan memiliki kondominium. Dia mengatakan ingin satu yang berada di dekat pantai jika memungkinkan atau di puncak gunung, sehingga bisa melihat seluruh tempat dari ketinggian.
"Kau benar-benar melakukanya." kataku dan tersenyum padanya. Saat ini kami sedang melakukan panggilan video satu sama lain.
"Aku selalu serius merencanakan masa depan bersamamu." Katanya menyunggingkan senyum khas. Aku hanya tertawa pelan sebagai tanggapan, karena sudah hapal rayuan klasiknya.
"Kita bisa mengunjunginya jika tidak sibuk, mungkin saat libur tahun baru yang akan datang?"
"Penghargaan musik akan diadakan akhir Desember. Dan kita tidak akan menghadiri pertunjukan akhir tahun jadi mungkin, kita bisa menghabiskan tahun baru berdua. Bukankah itu rencana yang bagus."
Aku menatapnya dengan senyum geli. "Memangnya apa yang kau rancanakan bersamaku?""Banyak hal menyenangkan.. dan aku ingin kau menjadi orang pertama yang melihatnya."
"Aku membeli furnitur dan akan menjadi salah satu yang mendesainnya. Aku ingin mengecat dinding juga, melukis matahari terbenam atau hutan." Lanjutnya membayangkan.
"Aku senang melihatmu melukis. Aku jadi ingin belajar." kataku penuh semangat. Dia tertawa di jalur lain.
"Kau punya bakat menggambar yang baik. Aku suka gambarmu, terutama desain gaun di buku sketsamu. Itu bakat alami, jadi melukis pasti tidak akan sulit."
"Mencoba mendapatkan kesepakatan dengan memujiku?"
Dia menanggapi dengan tawa kecil, "Jadi, apa kau akan menghabiskan tahun baru bersamaku?" Dia bertanya dan aku pura-pura berpikir lebih lama menatapnya.
Dia mengerucutkan bibir, aku jadi tertawa. "Aku pergi, hanya jika aku bisa membawa angkko ikut." Kataku. Dia menghela nafas.
"Oke, itu bukan masalah! Kalau begitu bawa putra kita. Pastikan dia siap jadi pihak ke tiga." Dia menyeringai.
"Putra kita? Dia hanya milikku. Dan juga angkko itu betina!" Protesku.
"Jadi dia betina?" Tanyanya tak percaya.
"Ehm!"
"Ya sudah bawa saja. Aku tidak masalah. Ingat, milikmu artinya milikku juga. Jad-""
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Not With You
Fiksi Penggemar(Completed) He's the real reason. My son. I left my job being an idol, because I was pregnant. 🥀 Genre : Idol life--Romance. [Disclaimer: this is a work of fiction. Names, characters, businesses, places events, locals and incidents are either the...