▪️▪️▪️
"Kau tahu betapa aku harus mencoba untuk tetap kuat?! Aku harus meninggalkanmu saat itu.. karena tidak ingin menjadi penyebab kejatuhanmu. Aku tahu bagaimana kau sedang berada di puncak karirmu. Dan itu mimpi yang-"
"Shut up!" katanya dengan dingin dan dengan kasar mencengkeram lenganku untuk melepaskannya.
Aku menutup mata dan mengatur napas sebelum mengatakan yang sebenarnya.
"Anak yang bersamaku saat ini adalah anak darimu.. dari hubungan kita 5 tahun lalu. Dia yang mengajarkan aku bagaimana menjadi kuat. Aku bertahan selama ini karena kehadirannya."
"Dan aku tidak ingin merusak karirmu saat itu.. hanya karena aku hamil."
"What?" Jungkook menanggapi dengan raut tak menyangka dengan pernyataan itu.
Aku melangkah mundur dengan lututku yang lemah. Aku menutupi wajahku dengan tangan dan menangis dengan sisa tenaga. "Maafkan aku.." Aku menggumam.
"Jadi benar dia anakku?" Aku bisa mendengar suara yang sama bergetarnya.
Aku menganggukkan kepala dan menatapnya. Matanya menjadi merah dan air mata mulai terbendung lagi.
"Maafkan aku Jung.." Aku minta maaf sekali lagi.
Dia menggelengkan kepala, menyisir rambutnya dengan jari-jarinya yang kemudian menggepal begitu saja. Dia berjalan kearah dinding lainnya, meninju dinding di depannya. "Hampir 5 tahun?! Shit! Kita sudah bertemu baru-baru ini! Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal?!"
"Aku belum siap Jung!"
"Lalu kapan kau akan siap? Setelah dia sadar merasa tidak punya ayah dalam hidupnya?!"
Aku membuka mulut untuk menjawab tapi tidak ada kata yang keluar dari mulutku. Aku sadar tidak ada alasan yang tepat untuk menyangkalnya.
Dia benar. Aku tidak akan pernah siap untuk memperkenalkan Joonwoo padanya. Aku tidak bisa. Terlalu banyak kekhawatiran yang aku takuti. Jika tidak karena terpancing terhadap sikap Jungkook malam ini, aku mungkin tidak akan pernah mempertemukan mereka. Dan berakhir menjadi egois karena membiarkan Joonwoo besar tanpa kehadiran ayah disisinya.
"Kau tega membiarkannya tumbuh tanpa ayah? Tumbuh tanpa aku tahu?!"
"Dia tidak marah padamu.. Dia ingin bertemu denganmu, tapi.." aku mendongak dan mendapat Jungkook menatapku menunggu jawaban.
"Tapi aku takut, Jungkook.." ucapku susah payah, karena cekatan ditenggorokanku rasanya sangat menyesakkan.
"Aku takut kau mungkin tidak menerimanya, kau akan meragukan aku tentang memiliki anak denganmu. Aku takut kau marah padaku, dan kau tidak siap untuk menerima-"
"Itu anakku! Apa menurutmu aku tidak punya hati?" Geramnya.
"Aku bahkan ingat dengan jelas bagaimana aku melepaskan cairan didalam tubuhmu. Bagaimana aku bisa mempertanyakan kehamilanmu jika kau beritahu aku lebih awal tentang itu. Dia jelas milikku!" katanya yang membuatku semakin menangis.
"That's my f*cking child, Sinb! Tapi kau memilih untuk pergi dan menjauhkannya dariku."
"Iya! Aku melakukan itu karena kau! Aku mengorbankan apa yang aku miliki, itu semua karena kau! Hanya untuk melindungi ketenaranmu, karirmu! Dan-"
"Dan aku siap melepaskan semuanya untukmu!" Sahutnya tak mau kalah.
"Aku sudah siap untuk meninggalkan industri ini, aku siap meninggalkan grupku malam itu, asal kau tahu. Aku juga lelah, aku ingin berhenti dan menjalani kehidupan normal, menjalani sisa hidupku bersamamu, tapi kau pergi. SIAL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Not With You
Fanfiction(Completed) He's the real reason. My son. I left my job being an idol, because I was pregnant. 🥀 Genre : Idol life--Romance. [Disclaimer: this is a work of fiction. Names, characters, businesses, places events, locals and incidents are either the...