01.01.2022
Happy reading❤
▪️▪️▪️
"Bersulang!!!"
Yerin melingkarkan lengannya di bahuku dan melompat mengikuti alunan musik di dalam ruang VIP yang mereka sewa.
Mereka baru saja menyelesaikan konser keluarga untuk yayasan yang perusahaan pilih untuk dibantu. Lalu mereka mengundangku untuk minum sedikit, tapi aku memutuskan untuk tetap menjaga kesadaran diri karena semua anggota kehilangan kendali, mereka mabuk.
Aku melihat tidak ada manajer bersama mereka. Pesta ini mereka buat khusus artis label, bersama BTS dan anggota Seventeen lainnya. Jadi lebih baik jika aku yang mengantar mereka pulang. Karena itu, aku tidak minum setetes pun.
Setelah memperhatikan sebentar, aku berlalu keluar dari lantai dansa dimana Yerin berada dan duduk di sofa tempat yang lain duduk menikmati minumannya.
Aku hanya melihat gadis-gadis itu menari energik seperti biasanya. Energi yang sama saat mereka diatas panggung. Aku menggelengkan kepalaku. Mengingat mereka tampak putus asa saat mabuk.
Selagi memantau pertunjukkan itu aku merasakan ponselku bergetar dan memperhatikan layar saat nama Moonbin tertera. Aku menjawab panggilannya dan berjalan keluar dari ruang VIP.
"Hei.. Apa Joonwoo sudah tidur?"
Sebelumnya aku memang menelepon Moonbin untuk menemani Joonwoo karena aku khawatir akan pulang terlambat.
[Yaa sekarang sudah.. dan sebelum tidur tadi, dia berbicara tentang ayahnya tanpa henti.. Apa kau bicara tentang Jungkook padanya?]
Aku menggigit bibir bawahku. Sudah berminggu-minggu sejak aku bertanya apakah dia ingin bertemu Ayahnya, tapi berakhir dengan aku memberikan harapan palsu padanya. Satu-satunya yang belum siap adalah aku.
Aku masih mencari cara untuk menghubungi Jungkook, meski terlihat sepele itu sulit untuk dilakukan.
Aku mendengar Moonbin menghela nafas, karena diamku.
[Kau terlalu memberinya harapan untuk bertemu ayahnya. Tapi kau sendiri belum siap, kan?]
Aku menghirup udara dalam jumlah besar. "Bin.. Aku merasa bersalah karena merahasiakannya, jadi aku benar-benar ingin dia bertemu aya–"
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Seketika aku bungkam saat suara dingin berbicara di belakangku.
Aku terbatuk, mencoba membasahi tenggorokanku. "Aku tutup." Kataku mendesis dan menutup sambungan dengan Moonbin.
Dia mengangkat alisnya dan menatap ponselku, nama Moonbin masih terlihat dilayar. Aku menyadarinya dan kemudian layar berubah menjadi hitam.
"Ehm, aku hanya ingin mengangkat telepon. Kau sendiri kenapa disini?"
"Sudah berapa lama?" Tanyaku lagi. Lalu melihatnya tersenyum dan menatapku. Aku menelan ludah saat merasa kedinginan akan tatapannya.
"Kenapa? Kau takut aku mendengar percakapan antara kau dan priamu?" Dia bertanya sambil mengangkat alis.
Aku langsung menggelengkan kepalaku. "Dia bukan.. priaku." Aku berhasil berkata, menatap lurus ke matanya.
"Ayah dari anakmu kalau begitu."
Aku agak terkejut mendengar penuturan Jungkook, kemudian menutup mataku dengan kuat.
Dia adalah teman Moonbin, mengapa dia berpikir seperti itu? Mereka teman dia setidaknya tahu bahwa tidak ada yang terjadi di antara aku dan moonbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Not With You
Fanfiction(Completed) He's the real reason. My son. I left my job being an idol, because I was pregnant. 🥀 Genre : Idol life--Romance. [Disclaimer: this is a work of fiction. Names, characters, businesses, places events, locals and incidents are either the...