: Ending Part :
▪️▪️▪️
"CEO dari lini pakaian terkenal ESTHER'S, terungkap."
Headline itu muncul disetiap artikel, wawancara, hingga berita di televisi. Sudah berminggu-minggu sejak media mengetahui tentang Sang Idola dunia, Jeon Jungkook, memiliki seorang putra berusia 5 Tahun. Mereka kini bahkan menghubungkan titik-titik dan menemukan bahwa kami tinggal bersama karena media melihatku memasuki gedung yang sama dengannya beberapa waktu lalu.
Setelah berhasil memata-matai. Dan sekarang, privasiku sebagai CEO Esther pun terpengaruh. Meski besar penjualan tidak terdampak, tapi tetap saja aku khawatir berita yang ditulis tidak dengan tanggung jawab akan menodai nama perusahaanku. Jujur saja, masukan terbesar beberapa bulan terakhir berasal dari kalangan penggemar.
Namun ada baiknya saat beberapa dari mereka malah memberikan selamat atas berita yang beredar. Meskipun begitu, tidak ada yang dapat menghindari komentar kebencian terutama yang dilontarkan untukku bahkan Joonwoo juga.
Itu sebabnya aku membatasi waktu Joonwoo untuk menonton pertunjukan ayahnya.
"Mam, Tuan Jungkook ada di sini, haruskah aku membiarkannya masuk?" Aku mendengar Alice bertanya, di interkom.
Alice hanya tidak tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara kami itu sebabnya dia memperlakukan Jungkook tetap sebagai klien.
"Iya, biakan dia masuk.. ada hal yang harus kami bicarakan." Jawabku.
Aku berkaca sebentar untuk merapikan penampilan.
"Selamat siang." Suara berat Jungkook menggema di ruanganku.
Aku tetap dengan wajah tabah, mengangguk padanya. Ada banyak pekerjaan, dan dia memilih di waktu yang tidak tepat untuk bertemu.
Aku masih harus membaca beberapa dokumen sementara dia duduk di kursi di depan dan menatapku dengan tanda tanya.
"Mau apa?" Tanyaku saat dia tiba-tiba terdiam.
Alisnya berkerut. "Kenapa kau terdengar seperti aku sedang melamar pekerjaan di sini?"
Aku menutup dokumen yang sedang kubaca dan menatapnya sambil bersandar di kursi putarku.
"Begitukan caranya melayani suami,hm?"
"Sua-"
"Bi dengar, kau harus mulai bersikap manis padaku sekarang." Selanya, tidak membiarkanku selesai bicara.
"Tunggu.. Suami? Sejak kapan heh?" Aku sengaja bereaksi demikian.
"Mau aku perjelas? Kita berciuman di apartement dan berakhir diranja-"
"Stop it!" Cegahku saat Jungkook berusaha mengingatkan.
"Okay, then.." Jungkook mengangguk dan tersenyum, "Jadi.. bukankah sudah jelas berarti aku layak jadi suamimu."
"Jadi, kau mengatakan itu karena kita berciuman dan menganggap kita memiliki hubungan itu sekarang? Menyimpulkan sebuah pernikahan, kau dan aku?" Aku terus mengganggunya tapi dia kali ini tersenyum.
"Jadi kau mau menikah denganku?" Dia bertanya dengan seringai.
Uh oh. Salah langkah Hwang Eunbi. "Ehm, lupakan yang satu itu. Sebenarnya apa yang mau dibahas? Dan kenapa tidak bicara dirumah saja? "
"Sekarang, kau mengganti topik. Oke, aku ingin membahas soal menikahimu. Itu yang aku inginkan." aku Jungkook.
"Aku serius Jung... kita bisa bicarakan hal yang lain itu dirumah."
"Aku lebih serius darimu. Dan tidak ada waktu lagi untuk membicarakan itu dirumah karena kau selalu beralasan melibatkan Joonwoo."
"Jadi mari kita atur makan malam dengan para orang tua, dan mulai tentukan tanggal pernikahan kita." Dia berencana seperti aku sudah menyetujui semua proposalnya.
"Ini bukan rencana sederhana, Jungkook. Kita harus memikirkan ini matang-matang. Aku tidak setuju dengan proposalmu sekarang."
"Yah ini sudah kelewat matang. Dalam hal ini biarkan pria bertindak Bi.. sebagai calonku kau hanya punya 2 pilihan." Katanya, selalu saja seperti itu.
"Kau menikah denganku, atau aku akan menikahimu. Pilih yang kau sukai."
Apa-apaan?
"Kenapa kau ingin sekali menikah denganku? Setelah semua yang aku lakukan padamu. Apa kau tidak tertarik dengan wanita lain yang lebih baik?"
"Sebenarnya, ada satu." Jawabnya, membuatku langsung terfokus menatapnya.
"Aku sangat jatuh cinta padanya tapi dia terus menolakku."
Aku menghirup banyak udara untuk menenangkan diri. Kau yang meminta ini Hwang Eunbi, sekarang kenapa kau yang terpengaruh? sial. Ini karena hormon saat menstruasi.
"Jadi hanya karena dia terus menolakmu, kau jadi bersikeras untuk menikah denganku? Aku tidak ingin menjadi pilihan keduamu, Jeon Jungkook."
Tawanya menggelegar di ruang kerjaku yang membuat dahiku berkerut.
Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Aku serius di sini! Aku merasa terhina karena dia hanya ingin menikah denganku karena gadis itu menolaknya.
"Jujur saja, sebenarnya cemburu bukan gayamu. Tapi akhir-akhir ini kau sering sekali cemburu perihal gadis lain, bi. Apa kau sedang dalam masa subur?atau menstruasi? Atau-"
"Apa? Jangan mengada-ada!" Aku meninggikan suaraku kesal.
Jungkook mengangguk sebelum berkata. "Aku tahu kau sudah memendam cemburu itu sejak lama." Katanya.
"Jika benar aku cemburu kenapa? Kau mau mempermainkanku lagi setelah menempatkanku di langit tertinggi?!"
Dia menyeringai dan mendekat. Berdiri dan meletakkan kedua tangannya di mejaku. Tubuhnya condong ke arahku yang membuat wajah kami semakin dekat satu sama lain.
Tapi itu tidak meluluhkan amarahku. "Kau menertawakanku karena aku cemburu? Kau tega Jungkook."
Dia menyeringai lebar dan membelai helaian rambutku dan membelai pipiku dengan tangannya. Aku hendak menampar tangannya menjauh dariku sebelum dia kembali berbicara dengan lembut.
"Jangan cemburu pada diri sendiri. Kau satu-satunya gadis yang aku cintai. Dan akan selalu seperti itu, meskipun jika waktu tidak mengizinkan kita kembali kali ini. Aku akan tetap mengejarmu karena cinta berarti memilikimu bi.."
"You knows, I'd rather not love if it's not with you. ."
Suara Jungkook rasanya berpindah begitu dekat. Karena terpaku dengan kata-katanya, aku tidak menyadari kehadirannya di samping kursiku.
Dia menunduk dan saat mau mendekat ke wajahku, aku langsung berdiri dan menahan lengannya. "Jung-aku sedang menstruasi."
Setelah itu Jungkook hanya tersenyum, beralih mencium kening dan membawaku dalam pelukannya, sebelum berkata. "Aku tahu. Itu sebabnya kau rewel hari ini."
Yah, memang terkadang perubahan mood wanita serumit itu.
Aku hanya tertawa dan balik memeluknya.
Aku tidak bisa lagi menyangkal. Jika kali ini takdir dan semesta mengijinkan, maka aku akan berjuang untuk selalu bersama dan tidak melepaskannya.
"I love you, Jeon Jungkook." Bisikku saat suara kami menghilang bersama dalam tautan yang sempurna.
The End..
Belum mau meresmikan perpisahan dengan cerita ini.🤧 Cuma pengen bilang diawal, makasih banyak yah yang udah vote dan komennya untuk cerita ini💜.
Epilog menyusul, jadi jangan dihapus dulu dari perpustakaan kalian yaa;
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's Not With You
Fiksi Penggemar(Completed) He's the real reason. My son. I left my job being an idol, because I was pregnant. 🥀 Genre : Idol life--Romance. [Disclaimer: this is a work of fiction. Names, characters, businesses, places events, locals and incidents are either the...