ADITHYA RIVANO MAHENDRA

16.4K 1.5K 165
                                    

Part 2

Jangan lupa pencet 🌟 dulu ya sebelum mulai membaca 😊

Happy Reading!!

******

1 tahun yang lalu ...

Tanpa belas kasihan cowok tinggi berbadan kekar itu terus memukul lawan nya, tidak memberikan sedikit pun celah untuk lawan nya membalas. Kilatan amarah memancar jelas di kedua mata nya yang memerah.

Darah segar mengalir di pelipis, sudut bibir maupun hidung lawan nya. Namun, Adit tidak berhenti barang sedetik pun. Dia terus menjatuhkan serangan-serangan mematikan. Terakhir, kaki panjang nya melayang di udara dan menghantam dada lawan nya.

BRUUKK

PRANGG

Cowok itu terpental, dan menghantam meja kaca hingga pecah dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Walau kedua mata nya masih terbuka lemah.

Napas Adit memburu, dada nya naik turun, dan mata nya masih berkilat tajam sampai sebuah suara lembut penuh kekhawatiran terdengar.

"Kak Adit."

Dia menoleh, mata teduh seorang gadis di dekat kerumunan orang-orang lain yang menyaksikan itu membuat amarah nya dalam sekejam meredup.

Adit melangkah gontai, dia raih pinggang mungil gadis tersebut. Tanpa kata, di kecup nya bibir ranum itu. Awal nya hanya berupa kecupan, sebelum berubah menjadi lumatan dan ciuman menuntut.

Adit menahan tengkuk gadis itu guna memperdalam ciuman nya. Dia pejamkan mata nya merasakan sensasi manis bibir itu, perlahan dada nya yang memanas mulai terasa dingin kembali.

Sementara Zia, hanya diam membeku dalam ciuman lembut itu dengan kedua tangan mencengkram kedua sisi baju Adit.

"Kamu milik aku Zia. Aku butuh kamu. Kamu cuma milik aku, i love you."

Sejak saat itu, Zia terikat dan tak bisa lepas dari sosok Adithya Rivano Mahendra lagi.

Karna

Dirinya adalah peredam kemarahan Adit.

🔗🔗🔗🔗🔗

Zia mendongak menatap Adit yang berdiri di hadapan nya, menatap nya datar namun begitu mengintimidasi. Dia memilin kedua tangan nya, lantas berusaha keras menahan aliran air mata yang tidak ingin berhenti sejak tadi.

Takut. Itu lah yang Zia rasakan sekarang.

"Maaf---hiks---"

"Pelanggaran yang kamu buat udah terlalu banyak. Kayak nya maaf aja gak cukup."

Zia menegang di tempatnya duduk, ketika Adit menunduk dan menyangga tangan nya di sofa. Dia spontan memundurkan tubuhnya, karna jarak wajah yang begitu dekat dengan Adit.

"Satu atau dua hukuman kayak nya gak masalah kan?"

Bisikan itu membuat air mata Zia kian deras. Tubuh nya bergetar karna takut. "Kak---"

ZI(A)DIT | (END) | Tersedia Di Google Playstore/Google PlaybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang