SPECIAL CHAPTER & EBOOK

2.8K 226 34
                                    

Senja adalah lukisan terbaik bumi yang datang setelah matahari menyingsing pergi. Matahari yang naik di pagi hari, lalu pulang di sore hari. Lalu akan kembali lagi di pagi hari berikut nya.

Namun bagaimana jika ternyata matahari tidak bisa lagi untuk menyinari bumi. Apa yang akan terjadi dengan bumi dan seisi nya? Gelap? Tentu saja. Tapi matahari pasti akan kembali.

Tapi sayang, bukan matahari untuk bumi Zico Bramasta lagi. Matahari nya tidak akan pernah kembali. Matahari nya telah pergi untuk selamanya nya, menyisakan kegelapan yang abadi hingga di penghujung usia nya nanti.

Dunia Zico tak lagi cerah. Zico terjebak dalam kegelapan yang abadi. Sore nya tak lagi indah, malam nya tak lagi hangat. Dan pagi nya, tak akan pernah datang lagi. Karna dunia yang Zico tahu setelahnya hanyalah malam, gelap, sepi, dan kerinduan.

Apa yang paling sakit di dunia ini selain kehilangan?

Jika seorang anak di tinggalkan mati oleh kedua orang tua nya, maka yatim piatu lah sebutan nya.

Jika seorang suami di tinggalkan oleh istrinya, maka duda lah sebutan nya.

Jika seorang istri di tinggalkan suami maka janda lah sebutan nya.

Lalu katakan. Apakah ada sebutan untuk seorang orang tua yang di tinggalkan oleh anak nya?

Tidak ada.

Kenapa? Karena rasa sakit nya tidak akan tergambarkan hanya dengan sebuah sebutan. Anak yang dibesarkan dengan penuh cinta, pada akhirnya mendahului kita sebagai orang tua. Adalah kehilangan yang tidak akan pernah ternilai harga nya. Meski ribuan, jutaan, bahkan milyaran tahun berlalu tidak akan ada yang bisa mengobati luka itu.

Luka seorang ayah yang di tinggal pergi untuk selama nya oleh putri yang dicintai nya.

Zico terbaring di ranjang rumah sakit. Memandang kosong langit-langit ruangan. Tangan kiri nya menerima infus, serta wajahnya pucat pasi. Ini adalah kamar rawat yang biasa putri nya pakai jika sedang di rawat di rumah sakit.

"Ko, hari ini Zia di makamkan. Gue sama yang lain akan pergi mengantar Zia ke tempar istirahat terakhirnya." Ujar Marvel.

Marvel menatap Kinal---putrinya yang menahan tangisnya. Lalu kembali pada Zico yang hanya diam. Sejak kemarin jasad Zia ditemukan, Zico tidak berbicara satu patah kata apa pun. Lelaki itu tidak menangis, hanya termenung dengan pandangan kosong. Saat Zia di pulangkan ke kediaman Bramasta, Zico jatuh pingsan secara tiba-tiba.

Dalam semalam kondisi kesehatan Zico turun drastis. Yang membuat Zico harus menerima perawatan intensif di VelTan's Hospital. Dan sampai pagi ini Zico kembali sadar, lelaki itu tetap sama.

"Zia sudah berjuang sejauh ini. Zia gak pernah kalah, Ko. Dia adalah pemenang di kisah hidupnya sendiri. Meski berat. Apa lo gak mau mengantarkan putri kesayangan lo ke peristirahatan terakhir nya?" Ujar Marvel dengan suara serak.

Hening!

"Om, Kinal sama Papa pergi dulu. Nanti kami balik lagi ke sini." Ujar Kinal.

Setelah kepergian kedua nya. Udara di dalam ruangan terasa menipis untuk Zico. Zico seperti di cekik, dan itu rasanya menyesakkan di dada. Dia merasa semua yang terjadi karena dirinya. Karma. Tapi kenapa harus sekejam ini?

Zico bergerak melepas selang infus di tangan nya. Di pandangi nya sekeliling ruangan yang setiap sudutnya dia melihat ada putrinya di sana. Putrinya yang tersenyum meski dalam kondisi lemah terbaring.

Sampai mata Zico tertuju pada pisau buah yang terletak di atas nakas. Zico dengan wajah yang masih pucat dan sorot mata nya yang kosong, meraih benda tersebut. Lantas berjalan keluar ruangan dengan langkah yang meski gontai.

ZI(A)DIT | (END) | Tersedia Di Google Playstore/Google PlaybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang