Sepuluh : Jangan menangis!

7.7K 909 123
                                    

Hollaa!!!

Apa kabar guys? Kuy absen dulu di sini 🤗

Pencet 🌟 dulu ya sebelum baca! Biar enak baca nya.

Oke, jika sudah ..

Ayo lanjut!!

Happy Reading!!!

******


"Daddy, kenapa Zia cek up lagi? Kan baru dua minggu yang lalu."

"Kan gak ada salah nya sayang kalau cek up nya dua kali sebulan, hm." Itu suara Zian yang berjalan di belakang Zia.

Zia kembali menatap Daddy nya yang sejak dari rumah tadi diam, dengan sorot mata datar dan lurus ke depan. Sementara tangan nya terus di genggam oleh Zico, melewati koridor rumah sakit VelTan's Hospital yang merupakan rumah sakit utama keluarga Marvel Nathaniel.

Sedikit lagi mereka sampai di ruangan Marvel, saat itu lah Zia menarik tangan nya dari genggaman Zico lalu menghentikan langkah nya. Pria 41 tahun itu ikut menghentikan langkah dan menoleh datar pada nya.

"Kenapa Zia?" Tanya Zian heran, melirik Daddy nya yang hanya menatap datar pada Zia.

Zia menggeleng lirih, mata nya berbicara penuh permohonan. "Zia gak mau cek up, Kak. Zia baik-baik aja."

"Zia, cek up kan bukan berarti harus kenapa-kenapa sayang."

"Tapi kan udah waktu itu. Kenapa tiba-tiba cek up lagi? Biasa nya Zia cek up siang, sekarang udah malam. Kenapa gak besok aja? Zia---"

"Masuk Zia!"

Suara dingin Zico terdengar. Zia menggeleng dan memundurkan langkah nya. "Enggak Daddy."

"Masuk!" Kali ini suara Zico lebih di tekankan.

"Daddy Zia gak---"

"DADDY BILANG MASUK!!"

Kesabaran Zico habis sudah. Napas nya memburu dan tatapan nya berubah tajam menatap Zia yang menunduk menahan tangis.

"Daddy marah." Suara Zia bergetar, membuat Zico mengusap gusar wajah nya. Lalu menyentuh kedua pundak Zia, menatap putrinya itu penuh rasa bersalah.

"Zia Daddy---"

"Zia benci sama Daddy."

"Gak sayang, maksud Daddy gak kayak gitu. Zia--"

Tangan Zico yang hendak memeluk Zia terhenti di udara, ketika gadis itu sudah lebih dulu berbalik dan berlari pergi dengan tangis yang pecah.

"Zia!! Tunggu dulu sayang!! Zia!" Zian dengan cepat mengejar Zia.

Meninggalkan Zico yang mengusap gusar wajah nya, merutuki dirinya yang tidak bisa menahan emosi hingga membentak putri nya tadi.

"Zian gak sengaja ngelihat tadi siang Dad. Entah sudah berapa kali Zia kambuh kayak gitu di belakang kita. Awal nya Zian mau masuk ke toilet itu tapi Kinal sudah lebih dulu menghentikan niat Zian."

"Zian khawatir, kalau ada penurunan akan kesehatan Zia tanpa kita ketahui."

Zico terduduk dengan sesak di dada nya, bahkan napas nya tidak lagi beraturan sejak Zian tadi sore mengatakan hal itu.

"Zia mana?"

Zico mengabaikan pertanyaan itu, dia bahkan tidak melirik siempunya suara. Pikiran nya benar-benar kacau sekarang.

"Zico!" Marvel termangu melihat linangan air mata di kelopak mata Zico.

"Sepuluh tahun gue berjuang untuk anak gue Vel. Tapi kenapa anak gue gak sembuh-sembuh? Hati gue perih ngelihat anak gue bergantung sama obat-obatan sejak lama." Suara Zico bergetar, di sertai air mata yang luruh.

ZI(A)DIT | (END) | Tersedia Di Google Playstore/Google PlaybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang