Dua Puluh Dua

4.9K 814 504
                                    

Hallo!!!

Assalamu'alaikum 🤗

Cie yang nungguin lama, udah tiga minggu ya kalau gak salah 😏

Heran sama pembaca indonesia. Giliran dikasih gratis, tinggal ngevote aja gak mau . Giliran ntar di pindahin ke yang berbayar. Malah nyinyir bilang penulis gak ngehargain pembaca 😌

Padahalkan tinggal pencet bintang 🌟 gak ngabisin waktu 1 jam 😌😕

Sebelum baca itu budayakan pencet 🌟 dulu, kan udah sekalian kalian buka juga! 

Baru baca!!

Susah amat 🥺

Okedeh segitu aja!

Enjoy!!!

Happy reading!!

*******

BUGHH

Semua penghuni kantin dikejutkan oleh Kinal yang tiba-tiba saja menjatuhkan bogeman mentahnya pada Inez yang tengah menikmati makan siang bersama anggota osis.

Tidak berhenti di situ, Kinal bahkan menjambak kuat rambut Inez sampai wakil ketua osis itu mendongak dan merintih kesakitan. Alhasil, anggota osis yang lain berusaha menghentikan itu.

"Ki lo apa-apaan sih?! Lepasin Inez!!" Ujar Resti, berusaha menarik tangan Kinal. "Ki lepas!! Lo nyaktiin Inez!! Lo kenapa sih?!"

"Mundur!" Peringat Kinal pada Resti yang mencoba mendekat. Cengkraman nya di rambut Inez kian menguat.

"Ki tenang dulu. Lo kenapa? Kita bisa bicara---"

"Res." Inez menyela pelan, dia memejamkan mata nya seakan meminta Resti dan anggota osis yang lain untuk tidak khawatir. Dia lalu bersuara tenang. "Kita bisa bicara baik-baik."

Untuk sesaat Kinal menarik kuat rambut itu, sebelum detik berikutnya menghempaskan nya kuat hingga Inez terhuyung ke arah Resti.

Tanpa kata Kinal berlalu, menyenggol lengan nya cukup kuat. Inez menarik napas perlahan, merapikan rambutnya sejenak lantas menepuk pundak Resti sekilas yang mengisyaratkan bahwa dia akan baik-baik saja. Barulah menyusul langkah Kinal.

Inez menyeka darah segar di sudut bibirnya yang sobek. Mata tenang nya memandangi Kinal yang berjalan di depan nya.

"Harusnya lo lebih bisa menahan diri di depan---"

BRUUKK

Belum siap Inez bersuara, tubuhnya sudah lebih dulu terpental membentur kerasnya tembok ujung koridor. Gerakan kaki Kinal benar-benar cepat, nyaris tidak terbaca.

"Kayak gitu maksud lo?"

Inez meringis tertahan, memegangi perutnya yang baru saja di tendang kuat. Mata nya kali ini berubah tajam menatap Kinal yang melangkah mendekat.

Kinal berjongkok di hadapan Inez. Tangan nya merambat mencengkram dagu Inez kuat. Lalu mendesis dengan nada mengancam. "Sekali lagi lo ngusik Zia. Gue gak akan segan-segan ngebongkar semua rahasia lo!"

"Kartu AS lo masih ada di gue. Lo harus ingat, lo mungkin gila tapi Zio jauh lebih gila. Dia psychopat! Gue bisa aja bongkar semua rahasia lo di depan satu sekolah termasuk di depan Zio dan AntraX!"

Inez menggeram tertahan, memegang lengan Kinal yang mencengkram dagunya. Berusaha melepaskan, namun begitu sulit.

"Pikirkan, apa yang akan terjadi nanti kalau Zio tahu lo adalah pengkhianat yang dia cari selama ini.  Dan apa yang akan terjadi kalau anak satu sekolah tahu rahasia terbesar hidup lo, huh?"

ZI(A)DIT | (END) | Tersedia Di Google Playstore/Google PlaybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang