Hallo!!
Apa kabar kalian?
Kuy lah absen dulu disini (Buat yang nunggu aja sih 😒) , udah lama nih gak update 🤗
(Udah sebulan kalau gak salah, ya.)
Sebenarnya target belum memenuhi sih. Tapi aku coba update dulu deh satu part ini, karna udah kelamaan juga di anggurin 🙃
Seperti biasa VOTE DULUU!!
*******
BRAKK
"INEZ?!!" Suara itu terdengar berang. Kinal dengan langkah lebar dan napas memburu menyentak kasar lengan Inez hingga berbalik ke arah nya.
"Keluar lo, bangsat!" Inez menatap lengan nya yang dicengkram kuat oleh Kinal. Lantas menatap siempunya tenang. "Satu lagi kata yang keluar dari mulut lo, gue pastikan lo akan membayar mahal semua ini!" Desis Kinal.
"Apa seperti ini cara lo bersikap untuk orang yang berbelasungkawa, hm?" Ujar Inez datar.
"Mereka gak mati!"
Inez tersenyum miring. "Nyata nya mayat mereka telah ditemukan."
"INEZ!!" Napas Kinal memburu hebat.
Jangan bayangkan bagaimana wajah Kinal sekarang. Kalian bahkan tidak akan sanggup untuk menatap mata tajam gadis itu meski hanya sesaat. Tergambar jelas bagaimana Kinal sangat ingin menghajar wajah Inez hingga hancur. Namun, Kinal menahan nya demi kondisi Zia.
Inez mendekatkan wajahnya pada Kinal. Lalu berbisik rendah. "Belajar terima kenyataan, kalau keluarga Bramasta telah tiada."
"Keluar!" Kesekian kalinya Kinal mendesis tajam.
Dengan senyuman sinis penuh kemenangan nya, Inez benar-benar meninggalkan kamar bernuansa biru muda itu.
Kini di dalam kamar itu hanya tersisa Kinal dan Zia yang duduk bersandar di kepala ranjang dengan tatapan kosong. Wajah gadis itu pucat pasi, terlihat dangat kacau. Tidak ada lagi tangisan yang terdengar.
"Cukup tutup telinga lo untuk semua yang Inez katakan." Ujar Kinal datar.
"Kita akan tunggu hasil dari forensik. Itu bukan---"
"Lo tahu itu mereka, Ki." Tak ada lagi kehidupan yang Kinal lihat dari mata Zia. Hanya ada kekosongan dan kehampaan.
"Gue terasingkan sekarang. Hidup dengan menyedihkan, sampai Tuhan sudi menerima gue untuk pulang."
Kinal memejamkan mata nya sejenak, ada sesak yang tidak diundang di dada nya. "Istirahatlah!"
Hanya itu yang dapat Kinal katakan. Sekeras apa pun Kinal berusaha untuk menghilangkan sedikit kesedihan Zia. Nyata nya itu sia-sia, karna gadis itu kini telah benar-benar di hancurkan.
🔗🔗🔗🔗🔗
Zia menatap kosong punggung Kinal yang meninggalkan nya. Sendirian, Zia menikmati keheningan malam bersama dengan luka yang menganga lebar. Air mata kini bahkan seakan enggan untuk mengalir. Rasa sakit yang teramat ini sudah menelan semua air mata nya, hingga kini mati rasa.
Zia benar sendirian sekarang Tuhan. Keluarga nya, kekasihnya dan orang-orang terkasihnya telah meninggalkan nya selama nya. Dan tidak akan pernah kembali.
Dengan sisa tenaga nya Zia melangkah menuju kamar mandi kamar nya, menatap sekeliling kamar mandi itu. Hingga sorot mata datar nan kosong nya berhenti pada cermin besar wastafel yang menampilkan pantulan diri nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZI(A)DIT | (END) | Tersedia Di Google Playstore/Google Playbook
Fiksi Remaja(BUDAYAKAN FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!) Note: PART SUDAH TIDAK LENGKAP ******* Adithya Rivano Mahendra itu dingin, datar, tempramental dan kejam. Namun, semua sifat itu hilang jika sudah bersama Zia Alfera Queenida Bramasta. Gadis yang di klai...