Lima Belas

6.5K 778 132
                                    

HOLLA!!

Apa kabar semuanya? 😊

Lama ya gak update. Gak papa, toh gak ada juga yang nungguin

Pencet 🌟 dulu sebelum baca!!!

Hasil vote masih mengecewakan banget sih 😔

Jadi malas next!!

Terserah deh!

Happy reading!

******

"Pokoknya Zia gak mau di anter Daddy! Titik!"

Zico menghela napas, melipat tangan di dada menatap putrinya yang tidak berhenti merajuk sejak tadi. "Terserah. Daddy akan tetap anter kamu."

"Daddy---" Zia mendesah. "Zia itu baik-baik aja. Bahkan ya, Zia aja bisa lari sekarang, kaki Zia gak sakit lagi. Nih lihat---"

"Eh!! Jangan coba-coba lari kamu ya!" Zia menghentakkan kaki nya, melirik kesal pada Zico. "Berhenti protes! Mulai hari ini Daddy yang antar jemput kamu! Ngerti?"

"Mami!!"

Oke, Zia mengeluarkan jurus andalan nya. Membuat Zico menggeram tertahan, terlebih ketika dia melirik Zara yang ikut menatap tajam ke arah nya. Entah sejak kapan dia jadi suami takut istri seperti ini.

"Gak ada mami-mamian Zia." Peringat Zico. "Salah sendiri di kasih hp mahal-mahal, bukan nya di pakai buat nelfon orang! Malah di anggurin!"

"Kan salah Daddy! Ngasih hp tapi gak ngisiin pulsa! Gimana cara nya buat nelfon!" Balas Zia tak kalah kesal.

"Itu berarti salah Kak Zico! Jangan salah-salahin anak Zara!" Zico meringis ketika mendapat jeweran dari istrinya. Sementara Zia? Gadis nakal itu justru terkekeh puas.

"Kak Zio! Zia berangkat sama kakak ya." Zia mengamit lengan kekar Zio yang hendak menaiki motor sport nya.

Zio melirik datar pada Daddy nya sekilas, lalu beralih pada adiknya yang tersenyum menatap nya. "Kak Zio gak ke sekolah, sayang."

"Trus kemana?"

"Kak Zio mau ke markas AntraX." Balas Zio sembari mengusap puncak kepala Zia. "Sama Daddy, ya."

"Tuh sama Daddy!" Zia melirik kesal pada Zico yang menyeletuk seenak jidat.

"Ya udah kalau gitu Zia ikut Kak Zio aja ke markas, boleh?"

"Gak boleh!" Bukan hanya Zio tapi Zico pun ikut bersuara tegas. "Mau ngapain ke sana? Di sana isi nya cowok buaya semua Zia."

"Ada Kak Arumi."

"Tetap gak boleh!" Zia memberengut.

"Ya udah kalau gitu Zia sama Kak---"

"Kak Zian ada rapat osis. Buru-buru." Belum juga selesai Zia bersuara, Zian sudah memotong dan terburu-buru menyalami Zara dan Zico bergantian. Bahkan cowok itu masih memegang roti di tangan nya.

Terakhir Zian mengecup puncak kepala Zia. "Kamu sama Daddy ya. Semua nya! Zian duluan."

"Zio juga berangkat."

Zia menatap cengo kedua kakaknya yang sudah bersiap pergi. Zian sudah melompat naik ke mobil sport nya yang terbuka, sementara Zio akan memakai helm full face nya.

"Gak gue anggap kakak lagi baru tahu rasa lo berdua." Zia bergumam tanpa sadar, yang langsung mengundang tatapan tajam dari kedua kakak nya.

"Ngomong apa?!"

ZI(A)DIT | (END) | Tersedia Di Google Playstore/Google PlaybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang