Chapter 34

1.2K 132 0
                                    

[.]

Keisha lagi sarapan bubur. Lo pikir makanan orang lagi sakit kalo gak bubur apa? Pecel lele?

Tapi yang beda dari sakit Keisha kali ini, kalo biasanya yang ada didepan dia itu Haikal, sekarang mah beda.

Siapa lagi kalo bukan Bimantara! Waktu Keisha belum bangun aja, Bima udah prepare segala macam keperluan makan— katanya.

Sebenernya Keisha enggak nafsu makan, tapi mau gimana lagi. Daripada makin parah ya kan. Kuncinya orang sakit tifus itu cuma ada dua, makan sama tidur.

Baru juga natap bubur, udah mual aja bawaannya.

Bimantara refleks kasih tisu dinakas. Keisha menerima kikuk, rasanya tuh akward, Keisha yang biasa pecicilan juga berubah anteng kalo didepan Bimantara.

"Pelan-pelan makanya." lirih Bima mengambil alih sendok ditangan kanan Keisha.

Anehnya, Keisha refleks  ngangguk. Dan ketika Bimantara menyuapkan bubur ke arahnya, Keisha juga enggak ada kuasa menolak. Dia mangap, terus nelen makanan perlahan.

"Dokter bilang besok udah boleh pulang." lirih Bima kembali menyendok bubur. Keisha mendongak sekilas, jarak dia sama om om didepan dia ini beneran up to close. Keisha gugup, dan sangking gugupnya sampe keselek.

Shit. Malu-maluin mulu.

Bimantara yang juga sedang menatap wajah bulat dihadapanya tersenyum simpul. Setelah gelas berisi air putih pemberiannya berpindah tangan, Bimantara membereskan mangkuk bubur Keisha.

Setelah membantu wanita yang akan segera dinikahinya itu kembali terlelap, Bimantara beralih mengatur suhu ruangan.

"Kalo ada sesuatu yang kamu butuhin, tinggal telfon aku aja." lirih Bima masih khidmat menatap Keisha. Bergerak mengenakan coat rajut selutut yang entah kenapa keliatan cute banget dimata Keisha.

"Kenapa, bagus kan. Yang ngerajut Mama sendiri. Kalo mau, bilang aja nanti pasti dibuatin sama beliau."

Keisha mengerjap. "Ehh,"

Bimantara mendekat ke ranjang, memastikan kalo suhu tubuh Keisha sudah sama dengan suhu ruangan. Setelah menarik punggung tangan dari kening Keisha—yang hanya bisa termangu ditempat duduk. Bima lantas beranjak keluar ruangan.

Meninggalkan berjuta pertanyaan menggantung dibenak Keisha.

[.]

Kiara menatap kondisi mobil Haikal seksama. Senyumnya mengembang ketika tidak menemukan satupun sampah dibagian dashboard. Kiara tau, Haikal bukan tipikal pria jorok. Tidak hanya mobil yang bersih, kamar apart Haikal pun sama.

Dari dalam mobil. Kiara menatap siluet punggung Haikal. Keduanya baru kembali dari Bogor—rumah nenek Kiara. Beliau baru pulang dari rumah sakit, dan karena sebelumnya Kiara belum berkunjung sama sekali, disempatkanya waktu untuk pergi ke Bogor hari ini.

Karena Haikal sedikit lelah dan tidak ingin mengambil resiko, mereka memutuskan untuk takeway kopi saja.

Setelah menerima pesanan, kaca mobil kembali dinaikan. Roda perlahan melaju ditengah sibuknya kota, keheningan menjadi teman perjalanan keduanya.

"Kapan beli parsel, kok aku baru tau?" tanya Kiara menatap Haikal, pandangannya beralih ke arah jok belakang.

"Mau kerumah sakit." jawab Haikal lirih. Mengumpat pengemudi Honda Brio yang dengan ugal-ugalan menyalip.

Kiara menaikan satu alis miliknya, masih menyimpan banyak pertanyaan menggantung dalam benak.

"Siapa?"

Ms. LaundryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang