Chapter 38

1.3K 107 3
                                    

[.]

"Ke," sentak Haikal menahan pergelangan tangan Keisha.

Si empunya menoleh linglung, mengedipkan kedua bola mata penuh tanya. Keisha mendesah, menatap nanar tangan kanan miliknya didepan mesin oven. Nyaris aja kulit tangan Keisha melepuh.

Pagi ini Haikal datang ke rumah—katanya pengen ngajak Keisha coba resep cookies baru. Karena dasarnya Keisha emang enggak konsen, jadinya ya gitu. Tadi aja nyaris salah bedain antara garam sama gula. Untung Haikal sadar, coba aja enggak. Bisa-bisa rasa cookies-nya asin, bukan manis.

Haikal mengambil alih mesin oven, sementara Keisha menyingkir menuju sisi dapur. Sepertinya ia butuh segelas air dingin.

"Ada masalah apa? Dari tadi gak konsen mulu." tanya Haikal sibuk dengan adonan cookies.

Keisha menggeleng lemah. Beranjak meraih mesin mixer.

Kalo biasanya Keisha bisa jujur sama Haikal—tentang apapun. Kali ini enggak. Bukan karena Keisha enggak niat buat cerita, tapi lebih karena Keisha enggak tau—apa yang harus mulai cerita dari mana.

"Kok gak hidup ya, apa mati listrik." lirih Keisha masih sibuk dengan tombol on-off pada mesin mixer.

Haikal yang menang sadar dengan sikap ganjil Keisha menoleh memastikan. Ditatapnya sudut meja pantry, lantas beranjak mendekat.

"Gimana bisa nyala kalo kabelnya aja belum lo colokin." lirih Haikal menatap lurus kedalam iris mata Keisha.

Wanita yang sudah seperti keluarga baginya itu tidak berkomentar kecuali anggukan samar. Keisha menunduk, sengaja menghindari tatapan Haikal.

"Lo kenapa sih?" tanya Haikal meraih paksa mesin mixer dari Keisha.

Tidak memprotes seperti biasanya, Keisha hanya diam memberenggut.

"Gue cuma kurang tidur aja." jawabnya memalingkan muka. Pasalnya, Keisha ini paling enggak bisa bohong sama Haikal. Makanya Keisha enggak berani balas tatapan mata Haikal yang tajamnya udah kayak pisau.

Haikal mendesah. Kalo Keisha sampe enggak mau cerita kayak gini, berarti masalah yang lagi dia hadapi kompleks banget.

"Ke,"

"Gue baik, Kal."

Merasa tidak tahan dengan tatapan penuh selidik dari Haikal, Keisha berniat pergi dari dapur saja. Toh keberadaannya disana juga sudah tidak berguna lagi. Biar Haikal aja yang selesain bikin cookies-nya.

Pas Keisha mau balik badan, entah gimana ceritanya dia bisa nyenggol egg tray  yang isinya telur sisa bikin adonan. Dan gak butuh waktu lama buat wadah tersebut hancur menyentuh lantai. Telur yang berada didalamnya pun ikut pecah, berserakan memenuhi lantai dapur.

Keisha mengumpat tertahan, sementara Haikal ditempatinya berdiri mematung. Tidak sanggup berkata-kata.

Keisha menunduk, handak membersihkan kekacauan akibat ulahnya. Tapi baru saja meraih serbet dipermukaan meja, Keisha malah menarik kasar toples berisi gula pasir.

Alhasil, butiran halus berwarna putih itu memenuhi permukaan lantai—yang sebelumnya sudah rata dengan pecahan telur.

Haikal melongo. Membayangkan bagaimana bisa ia membersihkan lantai yang sudah seperti adonan kue ini.

Ditatapnya Keisha datar. "Gak sekalian lo tumpahan tepung?"

Keisha menunduk. Bau amis dari telur segera memenuhi atmosfir dapur. Keisha berbalik badan hendak mencari alat pel, tapi ditahan oleh Haikal.

Ms. LaundryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang