[.]
"Mau makan sesuatu gak?" tanya Bimantara menoleh sekilas pada sosok jelita yang duduk anggun di jok sebelah kiri.
Keisha yang semula sibuk menikmati pemandangan diluar jendela mobil refleks ikutan menoleh. Wajah Bimantara yang sedang fokus mengemudi jika dilihat dari samping memang sesuatu. Keisha menyadari satu hal-jika lelaki yang akan menjadi suaminya itu memang tampan.
Merasa tidak mendapat jawaban, Bima menoleh. Memastikan jika wanita yang diajaknya bicara itu tidak pingsan.
Keduanya bertatapan beberapa saat. Keisha tersentak, lantas berdeham kaku.
"Lo gak perlu berusaha." lirih Keisha menatap balik Bimantara.
Satu alis hitam Bima terangkat. Berusaha?
"Berusaha? For what?" tanya balik Bima benar-benar tidak sampai otak mencerna kalimat dari Keisha yang entah mengapa terdengar seperti perintah baginya.
Sebelum menjawab, Keisha menarik nafas berat. Menoleh ke arah jendela. "Pernikahan kita. I mean, kita emang berhubungan dan menurut gue pribadi itu bukan sesuatu yang sampe harus berakhir di pelaminan. Lo paham kan maksud gue, kan?"
Bimantara enggak langsung jawab. Satu kalimat pun bakalan punya efek besar buat kelanjutan hubungan dia sama Keisha kedepannya. Dan Bima enggak mau ambil resiko-karena nyatanya masalah ini enggak sebatas antara dia sama Keisha. Tapi juga keluarga mereka berdua.
"Anggap aja kejadian waktu itu emang cinta semalam..."
"Are you fucking sure?! Gue rasa bakalan sulit buat lo karena nyatanya gue adalah orang pertama buat lo." sela Bima tidak membiarkan Keisha menyelesaikan kalimatnya. Mau sepanjang apapun Keisha berusaha menjelaskan, bagi Bima itu tetap sebuah omong kosong.
Kayak tebakan Bima sebelumnya, Keisha bungkam. Enggak komentar apapun. Mobil masih melaju, tapi enggak kearah rumah. Setelah nganter Keisha check up, Bima emang niat ngajak Keisha pergi ke apart dia, karena emang ada hal yang perlu Bima tunjukin.
"Kenapa harus maksa kalo kita berdua sama-sama ragu. Lo tau kan kalo pernikahan itu bukan lelucon?!"
Masih berusaha kukuh dengan pendapatnya, Keisha kembali menohok Bimantara dengan fakta-fakta lain.
Suara tawa terdengar menggelegar, siapa lagi kalo bukan Bimantara. Keisha menyimak penuh tanya.
"Ragu?! Lo kali, bukan gue." jawabnya sambil menatap kedalam mata Keisha.
Tercekat. Bukan kalimat ini yang ingin Keisha dengar dari Bimantara. Bukan begini ending yang dia harapkan.
Sangking syoknya, Keisha sampe lupa gimana cara bernafas. Jadi, selama ini Bimantara emang enggak main-main soal pernikahan.
"Awalnya gue juga yakin waktu lo mendadak dateng ke apart gue dan ngajak nikah. Tapi semakin kesini, gue tau kalo keyakinan gue dulu itu cuma bertahan sesaat. Please, lo gak akan nyia-nyiain hidup lo buat nikah sama bocah kayak gue kan? Umur kita terpaut tujuh tahun, lo bercanda jadiin gue istri?" desak Keisha berharap Bimantara menjawab iya dan semua masalah serta beban berat dia selesai saat itu juga.
"Sayangnya gue enggak pernah bercanda, Keisha!"
"Shit!"
Bimantara tertawa renyah. "Kenapa sih, lagian gak ada ruginya juga nikah sama gue."
Keisha memberenggut kesal. "Gue gak mau dikatain married sama om om."
"30 tahun still young, ya!" elak Bima enggan dikatai tua oleh calon istrinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Laundry
Romance"Sorry, lo ngajak gue nikah bahkan ketika lo sendiri tahu, kita gak saling kenal. Are you fucking kidding me?" Cewek dalam balutan blouse tunik itu menatap enggan cowok yang belakangan ini selalu muncul di depan pintu Laundry dia. Setiap hari, nyari...