Athlantas17- Pertanyaan Lily

350 18 3
                                    

Nyatanya kepergian, begitu berpengaruh pada perubahan sikap seseorang.-kata tokoh.

👑 Happy Reading👑




Jalanan Kota Bandung yang cukup sepi membuat motor sport hitam yang dinaiki Binta dan Calysta berhenti sempurna di Tempat Pemakaman Umum.

Calysta ragu untuk mulai masuk disana, apa ia siap menangis dihadapan orang lain? Walau jujur ia sudah mengenal Binta lama tpi sudah lama ia tak menangis dihadapan sahabatnya itu.

"ada gue Cal" Calysta mengangguk, ia meraih tangan Binta dan masuk bersama .

Batu nisan bertuliskan Dohananta Samuel tepat dihadapannya. Mata Calysta langsung berkaca tpi ia masih bia menahannya untuk kali ini.

"Sore Dohan, hari ini Calysta datang sama Binta. Maaf ya Calysta gak bawa bunga kesukaan Dohan."

Binta ikut berlutut didepan Calysta, mengelus batu nisa milik Dohan, sahabat lamanya. "Gue kesini Do, udah lama ya gue lupain lo. Maaf, tpi lo gk usah khawatir disana, Calysta tenang gue yang jagain. Ya, walaupun gak setiap hari sih."

Binta sangat nyaman bersahabat dengan Dohan, dulunya sifat Binta lebih cerewet,bahkan melebihi Dohan sendiri. Binta tak mengijinkan sahabat cowok lain ikut dalam gengnya. Kepergian sosok Dohananta membuat dunia Binta kosong, tidak hanya Calysta, tpi cowok itu merasa sangat kehilangan Dohan.

"Gue minta maaf karna liburan yg gue rencanain berakhir kayak gini Do, boleh gue minta lo kembali? Ijinin gue gantiin posisi lo disana."

Binta menyeka air matanya, bayangan Dohan yg selalu membantunya, ada disampingnya terus berputar dikepala cowok itu.

"ini takdir Bin, bukan salah siapa-siapa." Calysta tersenyum walau sejatinya ia masih dalam tahan mengiklaskan kepergian sang pacar.

Dohan, Binta, Calysta adalah sahabat dekat sejak duduk di bangku sekolah dasar. Hingga mereka beranjak SMP bertambah dengan Salitha hadir ditengah mereka. Liburan kenaikan kelas menuju masa putih abu-abu tak pernah mereka bayangkan adalah akhir dari kebersamaan mereka. Mobil yang supir mereka kemudikan mengalami kecelakaan hebat dengan sebuah truk, saat itu Dohan dan sopir yang berada dibarisan depan menjadi korban yang tak bisa diselamatkan. Sedangkan Salitha   harus mengalami lumpuh akibat kakinya terjepit didalam mobil.

"maafin gue Cal, karena gue, lo kehilangan Dohan." Calysta menggeleng ia tak ingin menyalahkan siapa-siapa disini. "kita ikhlasin Dohan bareng-bareng ya Bin, bantu gue untuk ikhlasin dia." 

Binta mengangguk, benar kata Calysta ia harus merelakan sahabat terbaiknya pergi. "ada yang mau gue omongin, tpi disana aja."

Calysta berdiri, mengikuti langkah kaki Binta. "ada apa?"

Binta dan Calysta duduk dikursi depan pintu masuk makam, Binta menatap kosong kearah depan. "ada hal yg harus lo tahu."

"apa?"

"Salitha, dia kembarannya Savita--

"Tunggu-tunggu! Savita? Kenapa sih semua orang nyebut Savita depan gue? Apa muka gue mirip sama dia? Apa dia siapa gue? Atau dia siapa?.."

Binta terkekeh, tidak salah jika Calysta berkata seperti itu karna dia belum pernah melihat Savita, belum pernah melihat wajahnya yg memang mirip dirinya. "iya dia mirip sama lo."

"oke, didunia ini gue percaya kalau pasti wajah orang itu mirip-mirip gitu, i know tapi kenapa nama dia selalu disebut depan gue?"

Binta menghela nafas lelah, apa ia harus bercerita pada gadis ini? Apa seharusnya Athlas yg mengatakan semua? Apa yg dilakukan dirinya ini benar?

ATHLANTAS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang