Part 24

397 42 5
                                    

Budayakan pencet bintang sebelum membaca-!

-Pink Episode Yerin-

Jisoo sibuk menata kado-kado yang bertumpuk tak karuan dikamar Jennie. Sementara yang berulang tahun masih saja melungkupkan wajahnya pada bantal bulu angsa yang empuk. Sebelum pesta berakhir, mood Jennie memang sudah hilang. Begitu pestanya usai, dia langsung menghambur ke kamar dan menangis sesegukan.

"Udah deh, Jen! Entar kantung mata lo balik lagi. Lo tahu kan, berapa biaya yang mesti ko keluar in buat ngilangin kantung mata?" bujuk Jisoo.

"Bodo amat!" rutuk Jennie dari balik bantalnya

Jisoo mendekat lalu membelai-belai rambut sepupunya yang malam itu dicat brunnete. "Ambil hikmahnya aja deh, Jen. Paling gak sekarang lo yakin kalo Taehyung itu sama sekali bukan orang yang tepat buat lo"

Jennie mengangkat wajahnya. Tampak make up tebalnya tadi sudah belepotan ke mana-mana. Maskara Nya luntur dan membuat coreng hitam di bantalnya.

"Tapi gua cinta mati sama dia, Jisoo. Gue gak bisa kalo tanpa dia...." masih dalam sedu sedan Jennie mencurahkan perasaannya.

Jisoo mendelik, "Lo masih cinta mati sesudah dia mempermalukan lo di muka umum? Logika lo kemana sih, Jen?"

"Mungkin..... Mungkin.... Tadi waktunya kurang tepat. Mungkin lain kali gue bisa ngerebut hatinya lagi."

Jisoo menggelengkan kepalanya. "Ini bukan soal waktu yang tepat atau gak tepat. Masalahnya adalah lo mencintai orang yang salah. Titik!"

"Gue yakin dia orang yang tepat buat gue. Gue tahu itu sejak pertama gue liat dia. Udah lama gue nyimpen perasaan ini, bahkan lebih dulu dari Yerin. Gue yang suka dia duluan, bukannya Yerin! Gue yang berhak, bukan dia!" Jennie kelihatan begitu meradang.

Sembari mengusap air mata Jennie, Jisoo kembali buka suara, "Menyukainya lebih dulu, bukan berarti lebih berhak untuk memiliki. Yang paling penting dalan suatu hubungan adalah perasaan kita harus terbalas. Bukannya bertepuk sebelah tangan seperti ini."

"Gue udah nyoba segala cara supaya perasaan gue terbalas kok!"

"Tapi nyatanya apa? Segala cara yang lo coba gak pernah berhasil kan? Itu semua hanya membuktikan satu. Kalo Taehyung emang bukan orang yang tepat buat lo."

"Jadi.... Gue mesti gimana dong? Kalo lo nyuruh gue ngelupain Taehyung, terus terang gue nggak bisa. Dia segalanya buat gue. Gue bahkan bela-belain ikut mapala demi deket sama dia. Padahal lo tahu kan, gue benci banget kalo mesti kotor di alam terbuka?" bantah Jennie lagi.

"Bukan nggak bisa, tapi belum aja. Gue yakin, lambat laun pasti lo bisa ngelupain dia. Lo bisa cari cowok lain, tapi kali ini mesti yang bener suka sama lo"

Jennie menepiskan tangannya ke udara. "Ah, lo nggak ngerti perasaan gue! Yang gue rasain ini udah dalem banget. Asal lo tau aja, gue milih jurusan kuliah pun bukan karena gue suka, tapi karena Taehyung milih jurusan yang sama"

Kali ini Jisoo beneran kaget. "Astaga, Jennie....! Sampe segitunya lo berkorban? Gue gak yakin Taehyung seberharga itu sampe lo bela-belain mengorbankan masa depan lo?"

"Maksud lo?"

"Iya! Dimana-mana orang tuh milih jurusan buat kuliah yang bisa mendukung karir mereka nanti. Bukan karena seorang cowok, yang bahkan nggak suka sama sekali sama lo. Gue nggak bisa bayangin gimana lo mesti ngejalanin lima tahun kuliah di fakultas yang bahkan lo sendiri nggak suka"

Jennie hanya bisa terdiam menundukan kepala mendengar Jisoo yang begitu berapi-api.

Jisoo bangkit dari tempat tidur. "Jujur aja, lo orang yang paling tidak kepribadian yang pernah gue temuin"

Dada Jennie bagai tersengat listrik jutaan watt. "Gue nggak kepribadian?"

"Sorry kalo gua agak kasar malam ini. Gue hanya pengen lo segera bangun dari mimpi lo yang panjang itu."

Dalam hati Jennie membenarkan apa yang telah diucapkan oleh Jisoo sedari tadi. Walaupun terkesan ceplas-ceplos, tapi Jennie tahu niat baik sepupunya itu. Dengan lirih Jennie menyahut.

"Jadi, gue.... mesti lupain Taehyung....?"

Jisoo menghela napas panjang. Disentuhnya bahu Jennie penuh perhatian.

"Malem ini lo boleh nangis sepuasnya. Tapi besok lo harus memulai kisah yang baru. Nggak boleh ada Taehyung lagi dalam kamus lo. Gue yakin, di luar sana ada banyak cowok yang ngantri buat ngedapetin lo. Cuma lo aja yang nggak sadar karena terlalu sibuk dengan si Taehyung itu. Seperti yang Oprah sering bilang, don't waste your preety!"

Jennie mengeluh dalam hati, membayangkan hati-hati yang sulit buat dijalaninya ke depan.

Tapi seolah menjawab kegundahan Jennie, Jisoo menukas, "Gue nggak bilang ini bakal mudah. Cuma waktu yang bakal jadi obatnya"

Jennie mulai beranjak bangun. Disekanya air mata yang dari tadi meleleh dan membuat matanya sembab.

"Lo bener. Gue jadi ngerasa udah begitu bodoh selama ini. Lo udah ngebukain mata gue. Thanks ya..."

"Never mind"

"Tapi, Jisoo...."

Jisoo sudah siap-siap mendelik, "Tapi apa lagi....?"

"Gue pasti nggak bisa ngejalaninnya sendirian. Lo mau nolongin gue?"

Jisoo nggak jadi marah. "Ooh.... Kalo soal itu sih, lo nggak perlu khawatir. Lo bisa ngandalin gue kok! Any time you need me, i'll be here"

Jennie mulai menggoreskan senyum di bibirnya. Dipeluknya Jisoo erat-erat. Entah bagaimana kalau Jisoo nggak ada saat dia menghadapi masa sulit seperti ini.

Mendadak Jisoo melepaskan diri dari pelukan Jennie.

"Oh ya, satu lagi. Belajarlah menyukai jurusan yang sekarang lo pilih ini. Karena ini masa depan lo"

Jennie mengangguk kuat-kuat.



-Bersambung-

Udah damai kok mereka gesss-!
Konfliknya gak akan terlalu berat, kasian wkwkwk

 Pink Episode Yerin | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang