Part 19

214 24 0
                                    

Jangan lupa pencet bintang
.
.
.
.
.
.
.

~Pink Episode Yerin~

BRAKKK!!!

Terdengar suara pintu depan digebrak kuat-kuat. Yerin nyari terloncat saking kagetnya. Daniel pun tak kalah kaget.

Tampak seorang laki-laki separuh baya yang ringkih sedang berdiri diambang rumah sambil menggenggam sebotol minuman keras. Matanya tampak merah dan tubuhnya agak sempoyongan saat mendekati Daniel.

"Heehh...!! Hik! Ternyata kamu udah berani main perempuan.... Hik! Merasa udah besar kamu ya... Hik!"

Daniel dengan sigap berdiri. "Bapak!!"

"Sialan! Jangan panggil aku bapak. Aku tidak punya anak seperti kamu! Hik!" sambil mengoceh tak karuan, lelaki yang dipanggil bapak oleh Daniel itu meringsek mendekati Yerin.

"Kamu manis juga... Hik!"

Sontak Yerin beringsut ketakutan dibelakang Daniel. "Dan..."

Daniel melangkah maju mendekati bapaknya. Lalu dengan nada membujuk Daniel berujar, "Pak, bapak jangan mabuk terus. Malu dilihat orang sekampung!"

Sang bapak justru meradang mendengar ucapan Daniel. "Kamu tuh anak bau kencur, baru seumur jagung, sudah mau ngajarin orang tua! Hik! Jangan sok tahu kamu! Brengsek!"

BRAKKK!!

Kali ini meja kayu yang sudah lapuk digebrak oleh bapak Daniel hingga patah menjadi dua. Yerin semakin ketakutan. Lalu lelaki yang sedang lupa diri itu meraih kerah baju Daniel. Daniel sekuat tenaga menahan rasa amarahnya.

"Mana jatah... Hik... Hari ini.... Hah...?!?"

Daniel hanya diam. Namun, rahangnya mengeras. Bapaknya menjadi semakin kalap. Diguncang-guncangnya tubuh Daniel.

"Denger! Tugas kamu disini nyari duit. Nyari duit! Inget itu! Hik! Akubudah kehabisan modal berjudi. Aku butuh duit!"

"Kita tidak akan pernah bisa kaya dengan berjudi, pak! Yang ada malah kita semakin melarat!"

"Haah...! Tahu apa kamu? Sebentar lagi aku pasti akan kaya. Hik! Aku pasti beruntung malak ini.... Ha ... Ha.... Ha... Ha..."

Masih dalam cengkeraman, Daniel menciba menyadarkan Bapaknya. "Sadar, pak! Sadar! Ingat almarhumah ibu!"

PLAKKK!!!!

Tamparan keras mendarat diwajah Daniel. Setetes darah mengalir dari hidungnya. Daniel mengusapnya pelan. Sementara Yerin semakin merapatkan tubuhbya ke dinding. Belum pernah dia merasa ketakutan seperti sekarang ini.

Mata bapak Daniel semakin memerah, "Jangan... Pernah.... Berani.... Kau sebut-sebut ibumu lagi. Mengerti? Kalau bukan karena kau... Seharusnya dia masih hidup sekarang ini. Hik! Dasar anak sialan!"

Daniel mencoba melepaskan diri dari cengkeraman bapaknya yang mulai terasa kendur. Tatapan bapaknya tampang kosong.

"Seharusnya dia masih hidup.... Masih hidup... Kau dengar itu? Bunga.... Harusnya kau masih hidup...." lelaki ringkih itu pun tergugu. Tubuhnya perlahan lunglai dan akhirnya terduduk di lantai. Air mata pun mulai membanjiri pipinya yang penuh keriput termakan oleh usia.

Perlahan-lahan Daniel mulai berhasil melepaskan diri. Dengan melangkah pelan-pelan dia lalu menggamit lengan Yerin. Setengah berbisik dia berkata, "Cepet Yerin, kita pergi dari sini...!"

🎈🎈🎈

Sore yang cerah ini memaksa Jihyo meraih sapu lidi untuk menyapu halaman. Daun-daun kering dari pohon jambu air di depan rumahnya sudah menumpuk dan menunggu untuk segera di sapu. Jika ditunda lebih lama lagi, ibunya bisa ngomel sampai berabad-abad lamanya!

Jihyo sedang menyapu halaman rumahnya yang tidak besar itu, saat dia melihat ada sepeda motor warna pink sedang di parkir di depan rumah Daniel. Tidak ada motor seunik itu lagi. Jadi, Jihyo merasa yakin akan pemiliknya. Seorang gadis yang walaupun dia agak sungkan mengakuinya, terbilang manis walaupun agak tomboy.

Sambil terus menyapu, matanya tak lepas dari gadis yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya itu. Bagaimana tidak, hampir setiap hari jika Daniel ngobrol dengannya, pasti gadis berkulit putih itu menjadi salah satu topik utama. Gimana kuping nggak jadi panas coba?

Apa sih istimewa anak itu. Jihyo betul-betul tak habis pikir! Perhatian Daniel yang semula 100% untuknya, kini berkurang drastis. Sore hari yang biasanya selalu ditunggu Jihyo karena saat itulah dia bisa bercanda dengan leluasa bersama Daniel. Tak lagi seindah biasanya karena Daniel mulai jarang menyambangi rumahnya.

Tanpa sadar Jihyo menggenggam kuat-kuat gagang sapu lidinya. Hatinya tiba-tiba merasa geram. Apa ini yang dinamakan cemburu? Entahlah, Jihyo sendiri tak mampu mengartikannya

Namun yang pasti, sejak Daniel berjanji untuk selalu menjaganya, walaupun waktu itu usia mereka baru sepuluh tahun, Jihyo sudah menyimpan harapan yang besar terhadap cowok yang sangat ia kagumi itu. Apalagi saat mereka masih sama-sama SMP, kedua orang tua mereka pernah berencana untuk menjodohkan mereka berdua. Alangkah indahnya jika hal itu benar-benar terwujud!

Jihyo menghela napas panjang-panjang. Sekarang sepertinya rencana itu tidak berjalan lancar. Pertama, karena musibah yang menimpa ibu Daniel telah mengubah Daniel 180 derajat. Dia menjadi agak tertutup dan tiba-tiba sangat sibuk bekerja mengumpulkan uang. Jihyo sebenarnya merasa prihatin, karena dia tahu apa yang telah terjadi pada keluarga Daniel semenjak ditinggalkan oleh sang ibu tercinta.

Kedua, karena tiba-tiba saja hadir seorang cewek yang ternyata menyita lebih banyak waktu dan prihatin Daniel. Jihyo merasa agak sebal. Karena tampaknya kehadiran saingannya itu berhasil mengembalikan senyum Daniel yang selama ini sulit sekali Jihyo lihat.

Sekali lagi, apa sih kelebihannya? Terdorong oleh rasa ingin tahu, Jihyo akhirnya menghampiri gadis yang sedang melonggokkan kepalanya ke arah bengkel.

"Lo nyari siapa?"

Dan entah bagaimana mulanya ──dia sendiri tak meyadarinya── tiba-tiba saja emosinya meluap. Didorong oleh rasa takutnya akan kehilangan Daniel, Jihyo nekat menyakiti Yerin. Sungguh, hal itu sama sekali tak pernah terlintas di benaknya.

Yang lebih memalukan lagi, tahu-tahu saja Daniel sudah berada diantara Jihyo dan Yerin untuk mencekal lengan Jihyo agar tidak melanjutkan aksinya. Dan lebih sakit lagi, Daniel jelas-jelas membela Yerin

Saat itu yang diinginkan Jihyo hanyalah menghilang dari muka bumi. Entah bagaimana pendapat Daniel mengenai dia sekarang. Pasti Daniel mengira dia adalah gadis yang tak tahu sopan santun, yang pemarah, yang tak tahu aturan, yang.... Entahlah! Jihyo tak sanggup bahkan untuk memikirkannya sekalipun.

Dengan menyisakan tangis, Jihyo segera berlari meninggalkan mereka berdua. Hanya di kamarnya yang sempit inilah dia bisa mencurahkan segala isi hatinya. Alangkah tidak adiknya hidup itu! Kenapa bukan dia yang disayangi oleh Daniel? Padahal selama ini dia sudah mencurahkan seluruh hatinya dan berharap menerima perhatian yang sama. Setiap kali Daniel berada dalam kesusahan, maka dialah orang pertama yang akan menghibur hati Daniel. Tapi kenapa bukan dia yang berhasil mengembalikan senyum Daniel?

Kenapa harus orang lain, yang justru tidak pernah berada di samping Daniel saat dia sedang ditimpa musibah? Dimana sesungguhnya nasib berpihak?

Jihyo terus terisak menyesali keadaan yang sedang berlaku pada dirinya, terus menanyakan kenapa.....

~Bersambung~

 Pink Episode Yerin | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang