8. Cintanya Sendiri

550 139 46
                                    

"Hati manusia selalu berubah setiap detiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati manusia selalu berubah setiap detiknya. Bisa jadi hari ini ia mencinta, bisa jadi besok ia membenci. Begitu pula sebaliknya."

⏳⌛

Terdengar suara gaduh dari meja yang dipukul-pukul seperti gendang. Di jam kosong seperti ini memang paling seru. Ada yang berpura-pura mengadakan konser, ada yang adu keahlian main game. Tak kalah heboh anak-anak hits yang membuat vlog seakan mereka adalah artis terkenal.

Haira mendapati Sandika yang malah pergi meninggalkan ruang kelas. Karena rasa penasaran sekaligus khawatir, perempuan itu membuntutinya sampai ke tujuan. Tidak terlalu jauh, Sandika terlihat berhenti di depan mading. Ternyata ia tengah mengamati surat cinta yang Haira tulis. Pipi Haira mendadak panas dan memerah semu, jantungnya berdegup kencang saat Sandika terlihat meraih surat itu dari mading.

Tak ada angin yang bersuara, tapi secara tiba-tiba Sandika menyadari kehadiran Haira di sana. Mata mereka bertemu untuk beberapa saat, saling menyelami sampai lupa berkedip. Namun setelah detik-detik indah itu terjadi, Sandika memutar bola matanya malas. Ekspresi wajahnya berubah dingin sedingin es.

"Lo yang tulis kan?"

Haira tidak berani menjawabnya, antara malu juga canggung. Padahal jawabannya sederhana 'Iya'.

Karena tidak menjawab, Sandika berjalan mendekati Haira dengan surat yang ditulis oleh perempuan itu. Rasanya lemas sekujur tubuhnya berada di jarak yang begitu dekat dengan laki-laki yang dia sukai. Haira mengumpulkan keberaniannya untuk menatap wajah Sandika, ada rasa ragu yang kuat. Ketika akhirnya dia memutuskan untuk mendongak menatap wajah itu, tanpa diduga Sandika malah berlalu tanpa suara.

Ada hal yang menghancurkan hati Haira saat itu, tepat dimana ia melihat dengan jelas jika Sandika meremukan surat cintanya dan kemudian dibuangnya ke tempat sampah. Matanya terasa panas dan mengabur setelah air menggenangi pelupuk matanya. Sejahat itu?

"Dika...," lirih Haira yang berhasil membuat langkah laki-laki itu terhenti. "Apa sih salah gue?"

Sandika berbalik dan kembali menatap Haira dengan tatapan paling dingin. "Salah lo? Lo salah menaruh harapan sama gue."

Semakin perih setelah mendengar itu dari mulut Sandika sendiri. Tidak lama ia melihat tangan yang menawarkan dua lembar tisu.

"Jangan nangis, Ra. Mulai hari ini, berhenti pajang surat-surat lu di mading. Gue orangnya nggak bisa diharepin." Sandika akhirnya menyeka air mata Haira dengan tisu yang ia pegang lantaran perempuan itu menolak untuk mengambilnya.

"Jangan mengecewakan diri lo sendiri dengan mengharapkan laki-laki seperti gue, Ra," timpalnya dengan suara tenang.

Mendengar ucapan Sandika barusan seakan menampar Haira lagi untuk menerima kenyataan bahwa tak semua cinta pada akhirnya berhasil memiliki. Tidak semua kisah berakhir dengan bahagia sesuai yang kita harapkan dan susun sedemikian rapi rencana. Semesta punya jalannya sendiri untuk mengantarkan manusia menemui takdirnya, sama seperti cara semesta mengantarkan kita pada setiap cinta. Cinta yang menetap maupun cinta sekadar singgah.

Buana | Sungchan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang