"Rin, lagi koma, Ra." Mendengar itu Haira cukup terkejut. Seketika ia bertanya-tanya di dalam hati. "Empat hari lalu, Rin ditabrak orang nggak dikenal. Jujur di situ gue ngerasa bersalah banget, seharusnya gue jemput dia," lanjutnya.
Haira tidak tahu harus merespon bagaimana, yang pasti ia turut sedih mendengarnya. Sebab Rin juga sempat berhubungan baik dengannya semenjak masalah Haira dan Haikal selesai. Dan Jevan tak lagi menjadi mata-mata.
"Oh, iya, Ra. Gue mau ngomong sesuatu sama lo boleh?"
Haira mengangguk. "Masa nggak boleh. Mau ngomong apa?"
"Maaf sebelumnya gue mau tanya dulu sama lo, masih sama Sandika nggak?" tanya Jevan seperti ragu-ragu.
"Masih, Van. Kenapa? Ada lihat dia?" Haira balik bertanya.
Jevan terdiam, malah tak berani menjawab pertanyaan Haira. Sebab dugaan perempuan itu memang benar. Nyatanya Jevan melihat Sandika beberapa hari lalu. Tapi Jevan tidak tega memberitahunya, karena ini mungkin akan sangat melukai perasaan Haira.
"Kasih tau aja, Van. Gue udah curiga lumayan lama. Udah, kasih tau aja ke gue apa yang lo lihat," pinta Haira seraya menahan suaranya yang mulai gemetar. Hatinya yang terluka sudah siap menelan pil pahit berikutnya. Sudah siap mendengar hal yang paling tak ingin ia tahu.
"Ra, Sorry banget. Tapi lo bisa cari tau dulu kebenarannya, Ra. Gue juga takutnya salah sangka aja. Tapi memang gue lihat Sandika sama perempuan lain," ujar Jevan tertunda. Dia terlalu takut untuk melanjutkan ucapannya sendiri. Karena ia lihat kedua mata Haira mulai digenangi air.
"Apa, Van? Di mana?"
"Hotel, Ra ..." Jevan tak berani menatap Haira, ia mengalihkan pandangannya pada kemudi. Sedang Haira terdengar melepas napasnya yang sangat panjang.
Jevan melihat Sandika sedang check in di Hotel yang sama dengannya. Kebetulan ketika itu Jevan sedang menjalani pelatihan dari kantornya bekerja. Dan tanpa sengaja Jevan mengenali Sandika di meja resepsionis. Awalnya Jevan tidak merasa curiga, namun ia berjalan menuju lift sambil merangkul perempuan yang bukan Haira.
Dalam sesaat saja, kepercayaan Haira hancur sampai tak ada lagi kepingan yang utuh. Hatinya seperti tengah disayat pelan, perih sekali. Tubuhnya gemetar kala harus menahan tangisan yang akan pecah. Susah payah Haira memaki dalam hati bahwa Sandika tidak layak ia tangisi. Namun apa daya, Haira hanya seorang perempuan yang mengandalkan hati dan perasaan.
Ternyata jawaban yang ia nanti bukan didapat dari sang pelaku, melainkan orang lain. Dia harus tahu kenyataan pahit ini dari mulut orang lain.
Mobil itu menepi sebentar di bahu jalan. Jevan tidak tega melihat Haira yang mati-matian menahan tangisnya.
"Ra, maafin gue." Jevan mengambil tisue yang ada di dashboard untuk Haira.
"Bukan salah lo," balas Haira yang terlihat pura-pura tertawa. Semua orang pun tahu, tawa itu hanya untuk menenangkan dirinya yang jatuh terluka. Haira meraih tisu tersebut dari tangan Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buana | Sungchan✓
Fanfic❝Saling merangkul jiwa yang pandai berpura-pura pada semesta.❞ Buana itu dunia, dan ini hanya sedikit cerita tentang bagaimana dunia penuh cinta dan luka ada di sekitar kita. #1 in kfanfiction [210529] #1 in nctsungchan [210529] [Amazing art by Dlio...