Bukannya berada di meja makan untuk sarapan, laki-laki itu malah mengambil kerudung mamanya yang digantung dengan cepat. Kemudian, ia memakai kerudung tersebut di kepalanya. Tak lupa membusungkan dada, mengikuti persis gaya guru di sekolahnya dulu."Sandika Atallah!" Totalitas tanpa batas, suara tikus kejepit ia buat. Tambah dengan bertolak pinggang, biar semakin mendalami peran. "Kamu ini, nama doang yang Masya Allah, tapi kelakuannya Astaghfirullah..."
Seorang anak perempuan dengan rambut yang dikepang satu, tertawa geli melihat tingkah abangnya itu. Bisa-bisanya ia dibuat tertawa keras di pagi hari. Yang membuatnya semakin lucu adalah bagaimana cara abangnya bicara. Bibirnya dimonyong-monyongkan. Tapi, begitulah cara Sandika Atallah menghibur adik perempuannya. Hal-hal konyol tentang masa SMA nya ketika dulu.
Dengan memegangi perutnya menahan gelak tawa, Talita berusaha menatap lagi wajah Sandika. "Emangnya bang Dika dulu nakal banget?" tanyanya yang tertahan tawa.
Sandika menghela napas, ia duduk di tepi kasur sang adik dengan wajah melas dibuat-buat. "Aku mana ada nakal, Ta. Biasa, guru bahasa Indonesia, jadi kalau ngomong suka hiperbola."
Ceklek!
Suara pintu mengejutkan keduanya, bahkan Sandika nyaris melompat saking terkejutnya. Muncul lah sosok paling mengerikan di rumah dari balik pintu, mama. Tidak, jangan dibayangkan mama punya tanduk di kepalanya. Meski terkadang, di saat sudah ngomel, semuanya dibuat gemetar ketakutan dan mengunci mulut rapat-rapat. Tidak berani membantah sama sekali. Karena sekali saja bersuara, maka mama akan bilang "Nyautin terus kalau orang tua ngomong!". Anehnya ketika mereka diam tak bersuara selama diceramahi, mama akan bilang lagi "Dengar nggak?! Diam aja, kamu nggak punya mulut?!" Pokoknya kayak lagu Raisa, serba salah. Namun meski begitu, kedua anaknya tidak pernah marah. Wajar saja, namanya juga ibu-ibu.
Sandika memang nakal, sering juga membuat mamanya dipanggil ke sekolah. Tapi nakalnya itu lain, dua kali dipanggil karena kasus yang sama. Tidur di kelas setiap jam pelajaran bahasa Indonesia. Bukannya pelor, hanya saja dia tidak selera membahas mengenai kata dan frasa, apalagi ketika disuruh membuat puisi Sandika benar-benar payah.
Jika digambarkan, Sandika itu cukup tampan. Tinggi, proporsi badannya juga cukup ideal. Ketika memakai kemeja lengan panjang dipadu dengan jeans juga sepatu kets, adalah komposisi sempurna untuknya. Belum lagi saat dia menaiki motor kesayangannya, motor besar berwarna hitam. Mirip satria baja hitam. Sandika juga aktif dalam club futsalnya, kalau kata teman-teman perempuan SMA nya, Sandika adalah idaman para gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buana | Sungchan✓
Fanfiction❝Saling merangkul jiwa yang pandai berpura-pura pada semesta.❞ Buana itu dunia, dan ini hanya sedikit cerita tentang bagaimana dunia penuh cinta dan luka ada di sekitar kita. #1 in kfanfiction [210529] #1 in nctsungchan [210529] [Amazing art by Dlio...