22. Bapak Rindu

367 103 10
                                    

Kumpul kali ini agak berbeda, selain karena suasana duka, kini Haikal sendiri tanpa pendamping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kumpul kali ini agak berbeda, selain karena suasana duka, kini Haikal sendiri tanpa pendamping. Dia menyaksikan keuwuan para temannya. Rendi dengan Maura, Jevan dengan Rin. Muncul kecemburuan di hatinya karena harus mengalami ini. Dulu dia sangat membangga-banggakan Haira di depan sahabatnya. Merasa jadi laki-laki paling beruntung di dunia karena bisa memiliki Haira.

Mana ada yang tahu bahwa perpisahan itu tiba juga. Sebelum ia sempat melangkah jauh untuk jatuh lebih dalam lagi pada gadis itu.

"Jadi... beneran pegat?" Rendi bersuara. Kemudian dibalas anggukan dari Haikal disertai senyuman palsu.

"Ngomong-ngomong, jadi beneran ini Sandika adik tiri lu?" Lagi-lagi Rendi dilanda rasa kepo yang menggebu-gebu. Dan lagi, Haikal kembali menjawabnya dengan anggukan kecil.

Jevan masih terdiam, enggan bertanya. Terakhir kali mereka sempat berkelahi jadi rasanya agak canggung dan aneh bila ia banyak bertanya sekarang. Namun ada rasa lega di hati Jevan setelah mendengar kabar bahwa Haikal dan Haira resmi putus. Tidak, bukannya Jevan jahat. Justru dia tidak ingin Haika ataupun Haira terjebak dihubungan yang tanpa mereka sadari sangat toxic.

Bukan kah memang lebih baik keduanya berpisah dan mencari kebahagiaan masing-masing.

"Semoga kedepannya hidup lu jauh lebih baik," ujar Jevan.

"Iya, Van. Makasih, maaf kalau gue waktu itu bersikap kasar sama lu."

Jevan tersenyum singkat, "iya, santai aja."

"Nyokap lu gimana?" tanya Rendi yang khawatir.

"Alhamdulillah, nyokap kuat banget. Itu yang jadi alesan gue juga harus kuat," tutur Haikal yang tangannya tergerak meraih ponselnya.

Maura tiba-tiba memberi kode pada Rendi untuk ke luar sebentar untuk bicara. Mengerti dengan kode yang diberikan, Rendi izin sebentar ke luar rumah Haikal untuk bicara sesuatu dengan pacarnya itu.

"Ada apa, Sayang?"

"Temenin aku ketemu seseorang sekarang, ya?"

Rendi terlihat mengernyitkan dahi kebingungan karena ini sangat tiba-tiba.

"Ketemu siapa?" Lantas Rendi bertanya.

"Temenku."

Pada akhirnya Rendi meng-iyakan permintaan Maura. Entah siapa yang akan ditemui, dan untuk apa bertemu. Rendi tidak bertanya lebih banyak, karena pikirnya mungkin sesuatu hal mendesak urusan kampus. Jadi dia mengantar Maura setelah berpamitan dengan yang lain.

Motornya menembus kemacetan kota Jakarta menjelang sore seperti ini. Jalanan dipadati kendaraan dan orang yang lalu lalang menyeberang di zebra cross.

Sepanjang perjalanan Maura tidak bicara apa-apa lagi. Dia gugup karena suatu hal yang ia sembunyikan dari Rendi saat ini. Sejujurnya ia takut, namun ini demi kebaikan Rendi kedepannya juga.

Buana | Sungchan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang