Tangannya agak gemetar dengan napas yang tertahan. Berharap ini hanyalah sekadar mimpi buruknya, tapi kenyataan pahitnya ini sungguhan. Matanya memicik dengan napas yang memburu setelah ditahan untuk beberapa saat, terasa sesak dan nyeri di dadanya. Padahal ia buru-buru kemari lantaran khawatir, tapi sepertinya yang ia khawatirkan justru baik-baik saja. Masih bisa bercumbu—dengan laki-laki lain.
Haikal tak jadi membuka helmnya, ia justru memutar balik dan segera pergi dari sana. Dengan keadaan hati dan pikiran yang kacau dia menaikan kecepatan motornya seperti orang gila. Dalam hatinya ia memaki.
Setelah semua yang ia lakukan, ini balasannya? Pengkhianatan. Setelah dua tahun ini ia bertahan menjadi teman kala perempuan itu membutuhkan pundak 'tuk bersandar. Setia menemani meski tahu hanya dijadikan pelarian. Karena Haikal percaya bisa mengobati hati Haira dan membuatnya jatuh cinta dengan dirinya. Tapi nyatanya ia belum cukup mampu.
Matanya terasa panas kala air mulai menggenangi pelupuk matanya. Perih, sungguh perih hatinya. Menyaksikan bagaimana cintanya berkhianat.
Tanpa sadar Haikal mengabaikan rambu lalu lintas yang berubah merah. Dari arah kirinya terlihat mobil minibus yang melaju cukup keras, juga membunyikan klakson berkali-kali. Buru-buru ia mengerem motornya di jalanan yang amat licin dan itu justru membuat ban motornya selip.
Berusaha menghindari mobil tersebut, justru Haikal terjatuh dan terseret di aspal.
Tuhan masih sayang padanya, minibus itu berhasil mengerem dan sempat membanting stirnya ke arah lain, telat sedikit saja kecelakaan itu akan semakin fatal. Meski begitu tetap saja tubuh laki-laki malang itu dipenuhi luka.
°°°
Semalaman Haira mematikan ponselnya, tak ada alasan kuat untuk melakukan hal itu. Hanya ingin saja. Pagi-pagi ia baru menyalakan ponselnya yang habis diisi daya. Di kepalanya masih jelas teringat hal semalam. Tentang semua pengakuan Sandika yang sejujurnya ia nanti-nantikan sejak lama. Kemudian tangannya merasa bibirnya sendiri, teringat juga dengan perlakuan lembut Sandika semalam.
Tak lama ia mencoba bangun dengan mata yang masih sayu, ia membuka aplikasi chatnya yang banyak sekali pesan masuk.
"Kak Callystara?" gumamnya.
Matanya terbuka lebar ketika melihat isi pesan-pesan itu. Mendadak saja jantungnya berbedar tak karuan saking khawatirnya. Tanpa pikir panjang ia segera pergi mencuci muka sebelum pergi ke rumah sakit.
Mengapa bisa Haikal mengalami kecelakaan di malam hari, kemana ia pergi malam-malam begitu. Apa Haikal mulai berbohong kepadanya? Memikirkan itu membuat matanya semakin basah oleh air mata.
Dia tak dijelaskan mengenai keadaan Haikal, jadi kini perempuan itu tak tahu pasti kondisi kekasihnya sendiri. Pikiran-pikiran jelek menghantuinya selama perjalanannya menuju rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buana | Sungchan✓
Fiksi Penggemar❝Saling merangkul jiwa yang pandai berpura-pura pada semesta.❞ Buana itu dunia, dan ini hanya sedikit cerita tentang bagaimana dunia penuh cinta dan luka ada di sekitar kita. #1 in kfanfiction [210529] #1 in nctsungchan [210529] [Amazing art by Dlio...