15. Dear Past

453 123 28
                                    

🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃


Hatinya tak akan pernah siap untuk
dimiliki seutuhnya, karena ia masih terus mencari sosok Sandika pada diri Haikal yang sebetulnya tak akan pernah ia temukan. Pada kenyataannya manusia hanya bisa memberikan hatinya pada satu orang saja. Tidak lebih dari itu.

Mencari sesuatu yang tak akan pernah ia temukan. Mengejar sesuatu yang tak tergapai. Seakan tengah menyelami laut karena melihat bayangan mentari dari permukaan, mencarinya yang nyatanya tak pernah ada di sana. Bertahun-tahun lamanya pun tak akan pernah ketemu.

Haira lelah dengan cinta yang tumbuh sendirian. Lelah dengan hati yang tak pernah sampai pada pelabuhan yang ia inginkan.

Kenyataan yang selalu ia lupa, hidup tak selalu berjalan seperti yang kita mau. Semesta punya jalannya sendiri yang tak akan pernah bisa kamu atur-atur.

Seperti hari itu, di mana hujan turun saat Haikal tak membawa jas hujan. Terpaksa mereka berteduh di depan ruko yang tutup di siang hari. Haira mengadahkan tangannya, membiarkan air menggenang di kedua telapak tangannya.

"Kotor, Ra. Air dari genteng tuh ada tai kucingnya," ujar Haikal pelan.

Perempuan itu menoleh seraya tertawa pelan.

"Omongan kamu persis sama mama ku."

Sekolah mereka memang berbeda, Haikal datang jauh-jauh hanya untuk menjemput Haira. Setelah pertemuan mereka di kantor kelurahan ada rasa yang membuat Haikal ingin terus menerus menemui Haira. Dalam beberapa hari saja dia amat yakin bahwa itulah yang disebut dengan cinta.

"Ra, aku mau ngomong, boleh?"

"Ya boleh lah, masa nggak boleh," balas Haira enteng, tak menaruh rasa curiga apapun.

"Aku suka sama kamu." Terus terang Haikal mengatakannya dengan yakin. Laki-laki itu menatap lurus kedua mata Haira. Tatapan itu seakan menaruh banyak harapan di dalamnya.

Haira diam merapatkan kedua bibirnya, bukan karena dingin dan menahan gigil. Dia hanya tak tahu harus membalas apa. Bahkan rasanya hatinya pun tidak bisa membalasnya. Rasanya sulit sekali merespon ucapan Haikal yang juga kedengarannya hanya sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Jantungnya tak berdebar hebat seperti saat ia jatuh cinta, namun justru dadanya terasa sesak. Bagaimana bisa seseorang sebaik dan setulus Haikal datang untuk mencari ruang di hati perempuan keras kepala bernama Haira?

"Nggak dibalas juga nggak apa-apa."

"Kal, kamu serius?" tanya Haira meyakinkan kembali dirinya.

"Aku serius soal ucapanku tadi."

Haira kembali terdiam, hanya mampu memandangi wajah Haikal. Kemudian kedua matanya berkaca-kaca entah mengapa.

"Aku serius banget sampai bawa ini." Haikal merogoh tas ranselnya mencari-cari sesuatu.

Buana | Sungchan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang