Seandainya bisa memilih, Ia memilih untuk tidak pernah terlahir di dunia. Dunia ini terlalu keras padanya, tak memberinya setitik saja kebahagiaan. Chaka menundukkan kepalanya dengan tangan yang ia kepal kuat-kuat. Sandika menatap temannya dengan nanar, dalam hatinya pun merasa pilu melihat tubuh Chaka yang penuh lebam.
"Chaka, gue nggak tahu harus ngomong apa. Maaf banget kalau gue cuma bisa bilang, yang kuat ya, Ka."
Jeje turut menundukkan kepalanya, tak sanggup melihat keadaan Chaka. Pasti rasanya benar-benar sakit, belum lagi luka-luka di punggungnya itu penuh lecet. Mengharap kebebasan malah berujung babak belur, selalu seperti itu.
Tidak lama mereka dikejutkan dengan seseorang yang mengetuk pintu, Jeje membuka pintu rumahnya dan mendapati Nofira di balik pintu. Ia mempersilakan perempuan itu untuk masuk dan menemui Chaka. Sudah sejak tadi Chaka hanya diam membisu, tak sekalipun mengeluarkan satu kata dari mulutnya. Nofira yang khawatir mendekati Chaka yang tengah duduk di sofa dengan tatapan kosong. Entah kemana pikirannya, mata itu terlihat seakan tak punya arah.
Perlahan ia memeluk tubuh Chaka, Nofira tahu itu tak cukup untuk mengobati segala luka hatinya. Sebulir air jatuh dari pelupuk mata perempuan itu, hatinya seakan tengah digores perlahan menciptakan rasa perih. Dadanya sesak hanya dengan melihat keadaan laki-laki yang ia cintai seperti ini.
"Chaka..."
Lelaki itu masih tak bersuara akan tetapi tangannya membalas pelukan Nofira dengan erat, semakin erat saja saat tangisnya pecah begitu saja. Sungguh rasanya amat malu menangis di depan Nofira dan juga teman-temannya. Namun apa yang ia rasakan tak lagi dapat dibendung, derai air mata itu seakan berbicara sesakit apa hatinya selama ini.
Jeje, Rakka dan Sandika mengamatinya dengan jarak yang tidak jauh, mereka membiarkan Chaka untuk menenangkan dirinya dulu. Sandika sengaja menghubungi Nofira untuk datang ke rumah Jeje, karena dia tahu untuk saat ini Nofira lah yang paling mengerti hati Chaka. Padahal niatnya ingin pergi nongkrong ke warung kopi, namun melihat Chaka datang dengan keadaan kacau Jeje tidak tega dan mengajak semuanya untuk ke rumahnya.
"Aku mau mati aja, Ra!"
"Chaka! Chaka, jangan begitu!" Nofira makin erat mendekap tubuh itu.
"Nggak ada gunanya, Ra. Aku nggak bisa melakukan apa yang aku mau, aku seperti nggak punya hak untuk menentukan kemana kaki aku mau melangkah."
"Nggak, Sayang. Kamu harus terus bertahan."
Beginilah Chaka yang sesungguhnya. Orang-orang yang tak mengenalnya pasti menilai bahwa dia sangat dingin dan tidak ramah, karena jarang sekali Chaka tersenyum. Dalam candaan teman-temannya saja Chaka tak pernah tertawa. Mana bisa ia tertawa di saat hidupnya saja begitu malang.
Jeje melirik ponselnya yang mendapatkan notifikasi. Ada pesan masuk dari sang terkasih, alias Nami. Sebuah senyuman tergambar begitu saja saat membaca pesannya. Jeje sepertinya semakin rindu saja karena semenjak dua minggu lalu ia tak pernah bertemu dengan Nami. Tepat setelah Jeje mendatangi rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buana | Sungchan✓
Fanfic❝Saling merangkul jiwa yang pandai berpura-pura pada semesta.❞ Buana itu dunia, dan ini hanya sedikit cerita tentang bagaimana dunia penuh cinta dan luka ada di sekitar kita. #1 in kfanfiction [210529] #1 in nctsungchan [210529] [Amazing art by Dlio...