❝Saling merangkul jiwa yang pandai berpura-pura pada semesta.❞
Buana itu dunia, dan ini hanya sedikit cerita tentang bagaimana dunia penuh cinta dan luka ada di sekitar kita.
#1 in kfanfiction [210529]
#1 in nctsungchan [210529]
[Amazing art by Dlio...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌾🌾🌾
Jevan menghampiri Rin terlihat syok setelah melihat sesuatu dari layar ponselnya. Maura yang di samping Rin pun sama terkejutnya dengan teriakan itu.
"Rin! Kenapa?!" tanya Jevan yang betul-betul khawatir.
"A—aku..."
"Iya kenapa???"
Rin menatap wajah Jevan dengan matanya yang berkaca-kaca. Ini membuat semua orang kebingungan. Pasalnya teriakan Rin barusan benar-benar membuatnya khawatir seakan mendapatkan mala petaka. Jevan mendekati kekasihnya itu, lalu perlahan ia rangkul, dalam maksud menenangkan Rin.
"Kenapa, Sayangku? Kamu kenapa teriak?" Suara Jevan terdengar begitu lembut dan tulus.
"Aku... dapet—"
"Dapet apa???"
"Video call event sama Jeno!"
Mendengar itu semua orang yang khawatir langsung mendengus kesal lantaran alasan Rin berteriak menggemparkan seluruh anak kost. Rendi geleng-geleng kepala kemudian kembali ke pojok depan pintu kamar kost nya, tempat semula yang membuatnya sudah pw alias posisi wuenak. Maura juga tak habis pikir dia kembali teralihkan pada secangkir kopi yang sama dengan Rendi.
Lain dengan Jevan, lelaki itu tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit membentuk bulan sabit. Dia senang melihat Rin merasa lebih baik setelah mendapat lotre itu. Bukan lotre juga, tapi Rin pernah bilang bahwa memenangkan videocall event dengan idola Korea itu seperti lotre. Siapa yang beruntung dia lah yang akan mendapatkannya. Se-sayang itu Rin pada laki-laki bernama Jeno. Katanya Jevan mirip dengan Jeno, makanya Rin suka sekali dengan Jevan.
Jevan adalah tipe laki-laki yang tidak pernah mempermasalahkan mengenai hobi kekasihnya, selagi masih memberikan dampak positif. Lagi pula, Jeno itu salah satu sumber kebahagiaan kekasihnya juga. Justru rasanya Jevan sangat ingin berterima kasih pada Jeno yang sudah membuat Rin selalu bahagia. Tanpa sadar Rin sudah membalas pelukan Jevan dengan erat.
Satu kecupan manis Jevan berikan di pucuk kepala Rin. "Selamat ya, Sayang. Akhirnya bisa face to face sama Jeno."
"Iya! Makasih sayang!" balas Adrienne semangat.
°°°
Haira melamun dengan tangannya yang membuka lembaran demi lembaran buku jurnalnya. Sejak beberapa menit ia melamun begitu, entah kepalanya sedang memikirkan apa. Sekilas bayangan Sandika muncul di otaknya, wajah itu membuatnya rindu. Gila, memang gila. Tapi dia juga tidak mengerti kenapa dia kembali dibuat terbayang-bayang oleh Sandika. Yang ia curigai sejak dulu, bahwa laki-laki itu pakai pelet pemikat. Pasalnya Haira dibuat seperti terobsesi dengan Sandika sejak dulu.