Nanon POV
Pawat terkejut dengan ucapanku barusan. Ia mematung menatapku dalam.
Aku kembali mencium bibirnya lagi, namun kali ini lebih lembut. Ia memejamkan matanya, memperdalam ciuman kami, yang semakin lama semakin mengarah ke nafsu yang menggebu.
"Non, 1 atau 2 ronde bisa kan?" ujarnya dengan wajah menggoda. Aku mengangguk pelan, dan ia kembali menciumku sambil berjalan ke arah kamar yang dipersiapkan untuk ia beristirahat di ruangannya.
Aku membuka kancing bajunya dengan cepat. Begitupun dengannya yang langsung membuka Hoodie yang aku pakai. "Di dompet lo ada kondom kan?" Tanyaku panik disela-sela ciuman kami.
"Enghh... kayaknya kita gaperlu itu" jawab Pawat dengan tatapan polosnya. Ia kembali melanjutkan ucapannya,
"Masa making love sama pacar sendiri harus pakai kondom juga?"
Aku terkejut dengan ucapannya, namun ia kembali menciumku dengan intense
Sial
Pasti pipi ku merona sekarang.
Ohm Pawat POV
Nanon menghela nafas lelah dalam pelukanku setelah menghabiskan 2 ronde dalam waktu satu setengah jam. "Kita lanjutin lagi yaa kalo urusan aku hari ini udah selesai" ujarku yang mengundang tatapan sebal dari Nanon.
"Hari ini Daddy mu ingin berbicara denganku"
Nanon melamun sambil menatap ke arah langit langit ruangan. "Daddy minta gue pulang ke rumah tadi. Dia bilang dia bakal ganti posisi gue di kantor kalo gak pulang. Tapi gue lebih malu kalo engga punya argumentasi yang kuat, ujung-ujungnya gue yang harus tinggal di neraka lagi" ujarnya
Aku menghela nafas, "Tapi kamu juga harus denger Daddy. Gimanapun, pasti dia tau apa yang terbaik buat anaknya" jawabku menenangkannya,
"Non, aku bukan orang yang bisa menunjukan apa yang aku rasa ke orang lain. But the point is... Aku sayang sama kamu, i will fight for you. Semua urusan Media, biar aku yang handle. Aku cuma minta kamu untuk handle Daddymu, ya?"
Nanon mengangguk paham dan kembali berbaring diatas dada bidang ku
Nanon POV
Aku berjalan kembali ke mobil dan bertemu dengan Jane yang sudah memasang muka sebal disana. "LO TAU GAK SEKARANG JAM BERAPA? UNTUNG GUE GAK KEHABISAN NAFAS DISINI WOY!" teriak Jane saat aku baru memasuki mobil
"Sorry sih, kan ngobrol nya gak sebentar" jawabku dengan kikuk
"Coba apa yang lo obrolin selama 2 jam? Apa yang bakal lo lakuiin sekarang?" Jane memasang wajah sangarnya. Aku berfikir keras,
"Eng...Udah, itu urusan gue. Sekarang balik ke Apart, gue mau mikirin sesuatu"
Sesampainya di Apartemen ku, aku langsung merebahkan diri si sofa.
"Non, gue balik ke kantor dulu, Pak Off minta gue buat ngasih laporan dari semua divisi yang kemarin udah lo tanda tangan, Di dalem kulkas udah gue taro makanan instant, lo tinggal panasin aja di Microwave, jangan lupa dimakan, just call me if you need me" Jane melangkah keluar dari Apartemenku
Setelah mengantar Jane sampai depan pintu, aku melihat ke arah Handphone yang menyala
*Papa Newwie is Calling*
Aku terlonjak kaget saat mengetahui Papa yang menelfonku. Ada keraguan untuk mengangkat telfon dari Papa, tapi aku tau, disaat seperti ini hanya Papa yang bisa membantuku untuk menenangkan Daddy.
"Hallo Pa" jawabku ragu
"Hey buddy, Apa kamu baik-baik saja disana? Daddy memintamu untuk pulang nak" ujarnya
"Pa, aku baik-baik saja disini. Aku hanya sedang berfikir cara terbaik untuk menyelesaikan ini semua. Aku rasa, aku sudah cukup dewasa untuk menentukan sebuah pilihan sendiri" jelasku dengan nada gusar, berharap kali ini Papa bisa berada di pihak ku.
"Non, sebelum kita membahas ini lebih jauh, Papa ingin bertanya kepadamu, apakah foto yang beredar itu benar dirimu?" tanya Papa dengan lembut. Aku tidak bisa menampik lagi, "Iya, itu aku dan Pawat"
"Selama ini kalian berpacaran?"
"Kami hanya berada dalam suatu hubungan saling menguntungkan Pa. Tapi itu dulu, sekarang aku masih belum yakin dengan perasaanku"
Aku mendengar suara helaan nafas disana. "Pa, maaf mengecewakanmu dan Daddy. Tapi aku serius untuk menyelesaikan masalah ini tanpa Daddy. Aku tau resiko terbesarnya Daddy akan mencopot jabatanku di kantor, dan aku akan menanggung itu. Aku bukan P' Arm yang bisa selalu mengikuti kemauan Daddy dan selalu bisa di banggakan. Pa, sekali lagi maaf jika nantinya keputusanku membuat Daddy dan Papa malu" jelasku dan langsung memutuskan telfonnya.
Setelah menjelaskan secara panjang lebar, aku sedikit lega. Setidaknya kali ini aku bisa mengikuti pilihan ku sendiri.
Aku melihat ke arah foto diatas meja TV. Seorang wanita cantik yang sedang tersenyum indah memangku kedua putranya.
Mommy
Setelah Mommy meninggal karena penyakit yang ia derita. 4 tahun setelahnya, Daddy menikah dengan Papa Newwie. Papa merupakan orang yang sangat baik, pengganti Mommy yang bisa mengurus P' Arm dan aku yang saat itu P' Arm masih berumur 7 tahun dan aku 5 tahun.
Daddy sangat menyayangi Papa, sama seperti ia menyayangi Mommy dulu. Papa selalu membawa kami mengunjungi makam Mommy setiap akhir pekan dan bercerita kepadanya apa yang sudah kami lewati selama satu minggu. Disitu aku merasa bahwa Mommy selalu berada bersama kami.
Aku semakin yakin dengan apa yang sudah ku pilih. Semoga semuanya berjalan sesuai rencana.
To be continue
Thank you guyss! Part 10 dengan 800+ nihh, fiuhhhh... Maaf banget kalo ngerasa semakin boring :( i'll try my best :')
SEE U GUYSS 💖

KAMU SEDANG MEMBACA
Bed Buddy (OhmNon) (Complete)
RomanceOhm Pawat, seorang CEO salah satu perusahaan terbesar di Bangkok terlibat skandal dengan Nanon Korapat yang merupakan CEO dari Kirdpan Company. Jadi apakah berita skandal tersebut benar adanya? Most Impressive Rank #1 Gmmtv (3/12/21) #...