Same Page - 12

6.7K 678 20
                                    

Nanon POV

"Terimakasih Gun" ujarku saat baru memasuki Mobil setelah selesai Press Conference tersebut.

"Sama-sama pak, sudah kewajiban saya untuk membantu anda" jawabnya. Aku berdecak sebal, "Udah gue bilang, kalo lagi berdua jangan formal gini". Ia memutar bola matanya jengah.

Hujan sudah mulai turun dengan derasnya. Membuat beberapa pengendara motor menepi untuk berteduh. Aku tidak tau bagaimana menggambarkan perasaanku sekarang.

Ada rasa takut, sekaligus puas. Kali ini aku bisa mengambil jalan hidupku sendiri.

Dering Handphoneku tidak berhenti sejak tadi, Pawat dan Daddy termasuk salah satunya. Tetapi kali ini Jane yang menelfon.

"Kalo lo mau marah-marah nanti aja ya, tunggu gue santai" jawabku saat mengangkat telfonnya.

"Gak bisa, gue harus marahin lo sekarang! Kenapa sih gak ngasih tau gue dulu? Jadi gue bisa bantu siapin ini semua! Tau gak sih? Ur doing a great great job Non! im so fuckin' proud of you" teriaknya di seberang sana.

Aku tersenyum mendengar dukungan dari salah satu sahabatku ini. "Such an idiot, Semua orang bakal marahin gue, Lo malah bilang bagus" Canda ku padanya.

"Justru itu, karna gue tau habis ini lo akan dimarahin abis-abisan sama Uncle Tay, jadi seenggaknya gue kasih hiburan dulu. Non, i know you can through this. Semangat, Jalan lo sama Pawat masih panjang" ujar Jane memberikan semangat.

"Jane, cepet deh beli apa yang lo mau, nanti reimburse ke gue"

"Yeshh! itu yang gue tunggu! Love you Non. Byeee!"

Aku tertawa mendengar Jane yang berteriak kegirangan. Setidaknya tuhan tidak mengambil kebahagiaan ku yang ini.

Ohm Pawat POV

"Non.. Please angkat dong" ujarku frustasi saat kembali mendengar nada panggilku dialihkan.

Aku sudah mengatakan padanya untuk mengikuti semua rencana yang telah aku susun, tapi kenapa dia malah mengambil keputusan ini sendiri? Aku terlihat seperti pecundang sekarang.

"Hallo Paw?" akhirnya Nanon menjawab panggilanku. "Kamu dimana? kita perlu ngomong"

"Lets talk about this later, Aku capek" jawabnya.

"Non, kita harus ngomong" ujarku dengan tegas.

"Yaudah apa?"

"Kamu ngelakuiin semua ini tanpa ngasih tau aku? bahkan tadi siang kita ketemu itu kamu udah merencanakan ini?" tanyaku penuh emosi.

"Paw, gue juga gak bisa diem aja. Kalo gue diem, Daddy akan terus ikut campur. Lagian kenapa sih?" jawabnya

"Kamu ngerasa gak sih? Aku yang jadi keliatan pecundang disini. Point dari berita ini adalah aku, dan aku belum bikin klarifikasi apapun. Sedangkan kamu udah klarifikasi untuk belain aku Non"

"--Aku udah nyusun semua rencana agar nama kamu bisa terhindar dari ini semua, aku juga janji sama Daddymu, tapi malah aku yang jadi keliatan pecundang disini" ujarku frustasi.

Aku lelah.

Sangat.

"Kenapa lo peduli banget sih sama Daddy? sama nama baik gue? sama nama baik perusahaan dan keluarga? Bahkan itu semua udah gue buang sejak tadi gue bikin klarifikasi itu"

"--Gue sangat yakin, setelah gue kasih pengertian tentang itu, Semua orang bisa menilai sendiri, jadi lo gak usah repot buat bersihin nama baik gue ataupun Keluarga Kirdpan. Bahkan gue udah gak perduli semua ucapan Daddy nantinya. Fokus gue sekarang cuma buat kita. Lo sama gue. Tapi kayaknya lo lebih mentingin hal yang menurut gue gak penting"

"Kamu gak ngerti Non point yang aku maksud disini"

Kepalaku berdenyut pusing. Seperti ingin pecah. Aku menghela nafas kasar, tidak tau harus menjawab apa lagi.

"Jangan dateng atau telfon gue"

"--Until you can think all of this clearly" lanjutnya.

Authors POV

Seorang pria paruh baya tengah duduk di kursi kerjanya setelah seharian penuh menerima telfon dari banyak orang. Ia menyenderkan kepalanya sebentar. Hari ini, sudah cukup emosinya terkuras karena anak bungsunya itu.

Terdengar suara ketukan dari arah pintu, yang membuat fokusnya teralihkan. "Masuk" ujarnya

Ia melihat suaminya yang membawakan segelas Teh untuknya, lalu tersenyum hangat. "Mau sampai kapan kau duduk disini? Toh Nanon sudah membuat Klarifikasinya" jawab New.

Tawan memutar bola matanya jengah. Masih merasa dongkol atas ulah anaknya yang selalu menentangnya itu. "Klarifikasi apa seperti itu? Justru malah membuat nama nya semakin hancur sayang, sungguh aku tidak tau harus berbuat apa lagi untuk anak itu"

New kembali mengelus lengan suaminya. "Kau tau? Dulu sewaktu kecil, Nanon pernah bercerita di makam Mommynya. Ia berharap bahwa suatu hari, Daddy nya yang keras kepala ini bisa memberinya kebebasan walau hanya sedikit saja" jelas New kepada Tawan.

"Tahun ini, Nanon berusia 25 tahun. Usia yang sudah jauh dari kata remaja. Dia sudah dewasa sayang, biarkan dia memilih apa jalan hidupnya. Dulu, kau juga berjuang keras untuk ku kan? Sekarang, giliran anak kita yang berjuang. Aku mengenal Pawat dari kecil, dan dia anak yang sangat baik. Tay, Nanon juga butuh kasih sayang seseorang selain dari kita, dan itu hanya hatinya yang bisa memilih. Bukan dengan paksaan" Sambung New dengan lembut.

"Tapi kau bisa liat Arm, ia selalu mengikuti perintahku, dan kau liat dia sekarang. Sudah 3 anak perusahaan Kirdpan yang berkembang pesat. Sedangkan Nanon? Hanya ku amanatkan satu, tapi selalu bekerja dengan kemauannya sendiri" jawab Tawan dengan tegas.

New hanya tersenyum simpul. "Kau tau apa soal perasaan anak anak? Selama ini aku yang mengurus mereka, dan aku juga yang tau sifat dan isi hati mereka seperti apa. Nanon itu sama persis dengan mu. Sangat keras kepala. Jadi pertimbangkan lagi, sudah berapa lama ia mengalahkan keras kepalanya demi membuatmu bahagia?"

Tbc

Terimakasih Guyssss! Aku kasih bonus ini yaa wkwkwk

Terimakasih Guyssss! Aku kasih bonus ini yaa wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr: Marykristtps Twitter

Bed Buddy (OhmNon) (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang