8: Nasihat

326 56 24
                                    

Jangan lupa voment biar w semangat revisinya



"Habis ini kita langsung pulang kan?"


"Bentar lagi Maghrib mau aku anter ke masjid dulu? Biar aku tunggu sampai kamu selesai sholat" hati Qilla terenyuh mendengar perkataan Jeno.


Jeno yang bukan umat Islam saja selalu mengingat jam sholat, bukankah umat Islam yang selalu meninggalkan sholat seharusnya malu?


"Ah iya boleh" Tidak ada masalahnya selagi Jeno yang menawarkan untuk menunggu Qilla sholat.


Selepas makan mereka pun pergi ke masjid terlebih dahulu.


Jeno menunggu diteras depan masjid, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak menghampiri Jeno.


"Enggak sholat nak?" Tanya bapak tersebut dengan halus.


"Saya non muslim pak, saya menunggu teman saya yang mau sholat" jawab Jeno, tentunya Jeno pelajar yang terpuji dia menjawab pertanyaan bapak tersebut dengan bahasa yang sopan.


"Dia pujaan hati kamu ya?" Tanya bapak itu lagi.


"Iya pak" jawaban Jeno lebih terdengar menyesakkan karena senyuman manis terukir di bibir Jeno.


"Sembari menunggu adzan kamu mau mendengar cerita saya tidak?" Jeno mengangguk pertanda mengiyakan bapak itu.


"Dulu saya juga sama seperti kamu, terpisah kan karena perbedaan yang ada"


"Saya awalnya menyerah dengan pujaan hati saya karena kami tidak seiman, kemudian ayah saya berkata seperti ini 'Kamu tidak akan bisa menemukan wanita seperti dia lagi sebaiknya jangan sia-siakan dia dan kejar dia' awalnya saya tidak paham maksud dari perkataan ayah saya itu"


"Kemudian saya paham, bagaimana pun juga dimasa depan saya akan hidup bersama istri saya bukan lagi bersama orang tua"


"Pilihan terberat itu ketika kita disuruh memilih ciptaan nya atau pencipta nya"


"Saya hanya ingin memberi tahu bahwasanya kamu harus memilih dari lubuk hati kamu, bukan dengan paksaan"


"Kalau begitu semoga cerita saya bisa menjadi pelajaran untuk kamu, saya mau sholat dulu" bapak tersebut masuk ke masjid.


Jeno termenung setelah mendengar cerita bapak tadi.


Jelas Jeno tau apa pelajaran hidup yang dapat dipetik dari kisah bapak tadi, tanpa perlu disebutkan pasti kalian paham.









--o0o--












"Jen? Perasaan kamu diem aja aku kelamaan ya sholatnya?" Tanya Qilla.



"Engga kok cuma kepikiran sesuatu aja" Qilla mengerutkan dahinya bingung.



"Jangan terlalu banyak pikiran ntar kamu sakit"



Sesak



Itu yang Jeno rasakan setiap kali Qilla perhatian kepadanya kemudian dia disadarkan oleh sesuatu.



Ibaratkan Jeno dibawa terbang kemudian sayapnya dipatahkan begitu saja.



"Qilla.."



"Heum?"



"Jangan gini, perasaan aku makin enggak terkendali" kegiatan mengikat sepatu Qilla terhenti kemudian Qilla menatap wajah Jeno dengan bingung.



"Setiap kali kamu terbangkan, sayap aku selalu patah karena disadarkan keadaan"























-TBC-


Istiqlal and Katedral✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang