21: Bersama Jeno

227 32 20
                                    

-Selamat membaca-

"Kenan cepet makan udah masa kamu ngunci diri terus?" Secara perlahan mamanya Kenan mengetuk pintu kamar Kenan.


"Kenan mau sendiri mah"


"Kamu ini kalau patah hati jangan ngurung dikamar, baru juga pacaran masih bisa kamu tikung tuh"


"Mamah panggilin Qilla nya ya?" Kenan tetap tidak merespon mamahnya.


Mamahnya Kenan tentu tidak bercanda untuk memanggilkan Qilla.

"Astaghfirullah kaget" demi Allah Qilla kaget melihat penampakan Kenan yang acak-acakan walau tetap tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Astaghfirullah kaget" demi Allah Qilla kaget melihat penampakan Kenan yang acak-acakan walau tetap tampan.


"NAH AKHIRNYA KELUAR JUGA"


"ADUH MAH SAKIT" Qilla menahan tawanya melihat Kenan yang dijewer mamahnya.

"Makasih banyak ya Qilla udah bikin dia keluar dari kamar, sebagai gantinya makan malam disini aja ya"


"Maaf banget Tante tapi Qilla mau pergi keluar sudah ada janji sama orang" tentunya orang yang dimaksud Qilla adalah Jeno.


"Sangat disayangkan, kalau begitu Sekali lagi terimakasih banyak ya Qilla sudah bantuin Tante"


"Sama-sama Tante, kalau begitu Qilla pamit" Kenan menatap kepergian Qilla dengan raut galau.


"Oh pantes kamu galau terus orang dia aja lengket sama pacarnya" celetuk mamah Kenan.


"Mamah daripada nyerocos nggak jelas mending temenin Kenan makan"


"Kasian yang gak punya pacar" ledek mamahnya Kenan.


"Allahuakbar punya emak gini amat"









---o0o---








"Seblak terthebest sih" setelah mengatakan itu Jeno menatap Qilla yang terus-terusan minum.


"Mau tambah minum lagi?" Tanya Jeno, Qilla menggeleng kemudian lanjut makan seblak nya.


Sebenarnya Qilla tidak begitu suka dengan seblak, tapi Jeno tadi kepengen seblak.


Ya Qilla enggak protes karena kasian kalau Jeno gajadi makan seblak cuma karena Qilla enggak suka.

"Seblaknya terlalu pedes ya?" Qilla mengangguk jujur.


"Mau pesen minum lagi? Atau mau minum es teh punyaku?" Qilla memilih minum es tehnya Jeno, ya sayang aja kalau pesan lagi padahal punya Jeno masih banyak minumnya.


Tapi pada akhirnya.

"Gakuat terlalu pedes, aku udahan aja makannya" Jeno terkekeh.


"Kok malah ketawa sih orang kepedesan juga" ujar Qilla dengan sewot.


"Ya gapapa soalnya kamu gemesin pas kepedesan" ciri-ciri orang bucin pastinya bakal salting pas digombalin.


"Ya ya terserah" kata Qilla yang pasrah dengan Jeno.


"Oh iya Qi jadi kan..." Sengaja Jeno menggantung omongannya.

"Kenapa? Lanjutin"


"Gaada sih cuman bingung aja gak ada topik hehe" Untung ganteng.


"Oh iya emangnya enggak dimarahin mamah kamu kalau kamu keluar rumah?" Tanya Jeno.


"Enggak soalnya aku pernah keluar sama–" Qilla menggantung omongannya kemudian menggeleng.


"Ada yang kamu sembunyikan?"


"Enggak ada"


"Yasudah kalau kamu sudah selesai makan kita pulang" mata Qilla kebingungan dengan perubahan sikap Jeno yang secara mendadak.

















"Jen kamu marah?"


"Jeno"


"Yang aku maksud tadi sepupu aku, biasanya kami memang keluar malam"


"Kalo ngomong gini kan enak daripada kamu potong tadi orang jadi nethink" Sudah Qilla duga Jeno marah karena dia menyetop omongannya tadi pasti.


"Iya maaf"


"Enggak perlu minta maaf, aku nya aja yang terlalu gampang nethink"


Bruk!


"Eh sorry"


"JENO!?"


"Rina..."




















{AN: Siapa Rina🤡}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{AN: Siapa Rina🤡}





-TBC-

Istiqlal and Katedral✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang