23: Tanpa Kabar

205 30 15
                                    

Hai maaf baru update lagi, oh iya mungkin ceritanya bisa Sampai 30 chapter, semoga kalian nggak bosen ya-!


°•Selamat Membaca•°



"Jen santai aja aelah kali aja Qilla telat lagian ortunya kan lagi pergi keluar kota mungkin karena itu dia telat"



"Tapi daritadi dia enggak bisa dihubungi Dev udah gue spam juga tetep enggak ada balasan mana si brengshake belum datang lagi"



"Brengshake maksud Lo brengsek? Siapa anjir masa Kenan Lo sebut brengsek?" Tanya Reza



"Ya itu lah males gue sebut namanya" sahut Jeno.



"Emang Lo semalam gak ada chatan sama Qilla atau telponan gitu?" Tanya Arza.



"Ya gue kan lupa gara-gara keasikan main game sama lu pada, mana Qilla nya juga enggak ngehubungin gue ya jelas gue lupa lah kalo punya pacar" ini Jeno masih sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari kawanannya.



Bahkan sampai Guru datang pun Qilla dan Kenan belum datang.



"Devina ibu minta tolong isikan absen karena Qilla hari ini tidak hadir karena sakit sedangkan Kenan izin ada keperluan penting" beberapa langsung menoleh kearah Jeno, lelaki itu tidak bergeming seperti menahan amarah.



"Baik Bu"








---o0o---








"Harus banget Kenan yang jagain? Kenapa kamu enggak hubungi aku kalau sakit? Entar kalau orang ngecap aku gak becus jagain pacar gimana?" Setelah bertemu dengan Qilla dirumah sakit Jeno memberikan pertanyaan dengan beruntun.



"Keluarga aku masih diluar kota Jen, ini ayah aku aja masih dibandara mau pulang, keadaan ku tadi juga bener-bener darurat jadi perlu bantuannya ke tetangga bukan kekamu" jelas Qilla.



"Duduk dulu tenangin diri, sekarang aku udah enakan juga kok mungkin besok pulang"



"Yang sakit apa? Magh kamu kambuh atau gimana?"



"Biasa magh kambuh, tenggorokan sakit sama demam" Jawab Qilla.



Sebenarnya Jeno sudah tidak heran dengan sakit yang sering Qilla derita, entah setahun berapa kali Qilla masuk rumah sakit karena sakit yang sama.



Hanya saja Jeno sering tidak tau saat Qilla sakit.






---###---






"Lo kayaknya gak kapok ya gue pukul? Masih aja deketin Qilla"



"Gue deketin Qilla? Haha lucu ya Lo Jen gue aja bantu Qilla karena dia sakit dan Lo malah berprasangka buruk, heran gue kenapa Qilla suka sama Lo padahal sifat Lo aja buruk"



"Kenapa Lo iri sama gue karena Qilla suka gue?" Tanya Jeno, kali ini ia menahan emosinya agar tidak sembarangan mukul Kenan.



"Iri? Ngapain gue iri sama Lo yang beda agama sedangkan gue aja seagama sama Qilla"



"Asal Lo tau orang tuanya Qilla gak pernah restuin hubungan beda agama" Jeno mengepalkan tangannya bahkan uratnya terlihat jelas.



Kenan pergi, meninggalkan Jeno dengan perasaan marah, kesal, emosi.


















-TBC-

Istiqlal and Katedral✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang