Duabelas

1.8K 372 15
                                    

Taehyun menatap sebuah nomor telepon seseorang yang sangat ia ingin dengarkan suaranya. Orang yang makan bakso berdua di kantin sekolah dengan seorang gadis. Orang yang yang tadi sore sedang menikmati es krim di kedai dekat minimarket tak jauh dari rumahnya bersama dengan seorang gadis.

Makan es krim setelah pulang dari kegiatan ekstrakurikuler sekolah memanglah menyenangkan. Taehyun menyunggingkan senyum miring ketika membayangkan betapa bahagianya bisa makan bersama orang tersebut.

Taehyun menghela napasnya. Alasan apa yang akan ia berikan jika ia menelepon nomor tersebut. Nomor yang ia dapat secara ilegal beberapa waktu lalu. Taehyun terkekeh mengingatnya. Ia harus berterima kasih atau justru meminta maaf pada Bundanya?

"Taehyun! Ayo, makan malam." Ah, itu suara Bundanya. Kenapa panggilan itu muncul tepat saat ia memikirkan wanita itu?

Taehyun beranjak dari kursi belajarnya. Meninggalkan ponselnya dimeja belajar dan menghampiri Bundanya yang menunggu di dapur.

Sementara itu, Beomgyu baru saja selesai mandi. Ia turun kebawah menghampiri Papanya yang tengah menonton talkshow ditelevisi. Ia duduk tak jauh dari Papanya, ikut menonton tv.

"Pacar kamu apa kabar?" Celetuk Papa Beomgyu.

Laki-laki yang lebih muda itu segera menoleh begitu mendengar pertanyaan tersebut. Dahinya berkerut. "Papa nanya Beomgyu?"

Papa Beomgyu masih memfokuskan matanya pada tv dan menjawab, "Iyalah! Siapa lagi?"

Beomgyu kembali menatap layar tv. Ia mengerucutkan bibirnya. "Papa jangan hina Beomgyu kayak gitu dong!"

Laki-laki tua itu menatap anak bungsunya. "Loh, siapa yang menghina kamu? Papa nanya beneran kok!"

"Beomgyu kan nggak punya pacar."

Papa Beomgyu menyunggingkan senyum tipis. "Kamu masih malu untuk ngaku?"

Beomgyu menatap Papanya dengan kerutan didahi. "Kenapa malu? Beomgyu pakai baju lengkap kok!" Ia menggedikkan bahu. Kenapa tiba-tiba papanya berhalusinasi bahwa dirinya punya kekasih?

Papa Beomgyu mendengus. "Itu loh yang kamu ajak main kerumah waktu itu. Siapa sih namanya? Papa lupa." Katanya.

"Udahlah ngaku aja. Ngapain malu, kan pakai baju lengkap."

Beomgyu menoleh. Ia menghela napasnya. "Siapasih? Hyunjin, Haechan, Fel-"

"Ish, bukan! Kalau itu papa kenal." Sela Papa Beomgyu.

"Iya makanya. Kan Beomgyu nggak pernah ngajak orang lain kerumah selain mereka. Umur papa berapa sih? Kok udah pikun gini...." Beomgyu memelankan suaranya ketika mendapati mata Papanya yang melotot padanya.

"Justru itu! Kalau kamu ngajak dia kerumah, berarti kan dia spesial. Itu loh yang sekelas sama Haechan."

Beomgyu menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal. "Hyunjin?"

Papa Beomgyu menghela napasnya. Ia memfokuskan matanya kembali pada tv. Rasa ingin tahu nya sudah lenyap. Tiba-tiba ia malas berbicara dengan anak bungsunya itu.

Beomgyu mengingat kembali siapa orang yang ia ajak main kerumah selain sahabatnya. Ia mulai serius memikirkannya. Sepertinya Papa tidak sedang bercanda. "Oh! Taehyun?"

Matanya Beomgyu membola penuh binar kala mengingatnya. Sementara Papanya segera menoleh kearahnya. "Taehyun? Oh iya, bener itu namanya!"

"Itu temen Beomgyu. Kami nggak pacaran." Beomgyu menggerakkan kedua tangannya kekanan dan kekiri menolak pernyataan papanya.

Tiba-tiba Papa Beomgyu bergerak mendekatinya. Bibirnya ia dekatkan kearah telinga Beomgyu. Ia berbisik, "Papa bisa jaga rahasia, kok."

Beomgyu menjauhkan telinganya. Ia mengerutkan dahinya. "Maksud papa?"

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang