Delapan belas

1.6K 325 92
                                    

Tolong jangan lupakan Gyu yang juga lagi deket sama Ryu, kawan. Jangan kaget gitu, ah! Anyway chapter ini panjang banget. Sengaja gak dipisahin. Happy reading.
**

Pagi Taehyun tak pernah berjalan seindah ini. Datang ke sekolah dengan senyuman yang tak sirna sejak ia turun dari motornya. Meski langit tak menunjukkan diri dan awan tak lagi putih, senyumnya tak akan pudar. Hatinya senang, harinya cerah meski hujan sebentar lagi menyapanya.

'Ryujin pacaran sama Beomgyu!'

'Guys! ada kabar buruk. Kak Beomgyu pacaran sama Ryujin!'

'Kak Beomgyu beneran sama Ryujin?'

Setidaknya sebelum kedua telinganya mendengar suara-suara itu. Sial, bahkan mereka tidak sedang berbicara dengan suara normal. Kenapa ia bisa mendengar kalimat-kalimat itu dengan jelas?

'Kenapa harus Ryujin sih....'

'Ini yang ketiga kalinya gue patah hati karena orang yang sama.'

Banyak murid Stars—kebanyakan perempuan, sedang berkumpul. Setidaknya dalam satu kelompok ada tiga orang dengan muka masam. Sorot matanya kecewa, kesal, marah tak banyak yang berbahagia.

'Pas gue baca beritanya, gue kira cuma mimpi....'

'Ryujin pasti lagi berhalusinasi. Biasalah~'

Taehyun tak percaya gosip. Sebuah kabar yang harus dipertanyakan kebenarannya. Bisa saja salah, hanya karangan—tidak fakta. Taehyun harap begitu!

'Kali ini Ryujin gak berhalusinasi.'

'Lo pasti belum liat postingan Beomgyu pagi ini!'

Rahang Taehyun mengeras. Napasnya memburu. Baru kali ini ia peduli dengan gosip yang beredar di sekolahnya. Ini pertama kalinya Taehyun merasa gosip yang beredar di Stars adalah 100% kebenaran.

Sial, kaki Taehyun tidak sanggup melangkah. Masih pagi, dan energinya hampir tak tersisa lagi. Dengan sisa-sisa energi yang ada, Taehyun memaksakan kakinya untuk melangkah hingga sampai ke kelas.

"Taehyun!" Suara Renjun menyapa telinga begitu ia masuk ke kelas. Dan untuk pertama kalinya, Taehyun menyesal karena tidak memihak Renjun.

**

Mencari kebenaran.

Itu yang Taehyun lakukan saat ini. Mengajak Beomgyu setengah memaksa begitu laki-laki itu keluar kelas saat jam istirahat. Tidak peduli dengan pernyataan Renjun dan Kai atau bahkan Haechan dan Hyunjin selaku sahabat Beomgyu yang menyatakan bahwa—ya, gosip yang beredar adalah benar. Kata patah bahkan tidak tepat untuk mendeskripsikan kondisi hatinya. Hatinya hancur berbentuk serpihan, tidak bisa lagi disatukan.

Disinilah Taehyun berada. Berdiri bersama Beomgyu, diatap gedung sekolah yang sempat menjadi tempat favoritnya—kini menjadi tempat yang paling ia benci. Kondisi atap agak basah, karena hujan baru saja reda. Cih, bahkan awan saja menangis melihat kisah Taehyun dan Beomgyu.

Disinilah Taehyun berada. Berdiri bersama Beomgyu yang menatapnya tanpa binar dimata seperti biasa. Untuk sepersekian detik, Taehyun tidak mengenali Beomgyu. Laki-laki itu menatapnya seolah dia dan dirinya tak pernah saling menyapa, bercerita, bercanda atau bahkan ber- Ah! Mana mungkin Taehyun melupakan itu semua dalam sekejap mata.

Beomgyu tampak beda. Ya~ mungkin hanya Taehyun dan perasaannya yang tetap sama. Sial memang, saat Taehyun menyadari bahwa ia tak bisa membenci orang dihadapannya. Kesal, marah dan kecewa, tentu saja. Tapi, benci rasanya tidak bisa.

Maka Taehyun pun bertanya. Menanyakan hal yang sudah jelas ia ketahui jawabannya.

"Iya."

Sial. Lagi dan lagi, sial. Apasih yang Taehyun harapkan dengan mengajak Beomgyu kesini? Berharap bahwa Beomgyu akan menjawab 'Itu cuma gosip, Taehyun. Lo percaya sama gosip?' dengan nada setengah bercanda? Taehyun, you're stupid.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang