Dua puluh lima

1.6K 327 30
                                    

Beomgyu terburu-buru saat menuruni tangga. Jarum jam menunjukkan hampir pukul tujuh. Ini sudah hari ketiga class meeting, ia seharusnya bisa berangkat sekolah agak siang namun karena ia adalah salah satu panitia acaranya, ia pun harus berangkat pagi seperti biasa karena harus mempersiapkan segalanya.

Sementara di dapur sana, mamanya tengah membaca berita melalui ponselnya sambil menunggu Beomgyu.

"Ma, Beomgyu pergi dulu!" seru Beomgyu seraya menuruni tangga.

Mamanya menoleh kala mendengar suara kaki menuruni tangga. Ia meletakkan ponselnya di meja makan. "Heh! Sarapan dulu!"

"Beomgyu udah telat."

"Kamu lebih milih di marahi guru BK atau di marahi Mama? Lagian class meeting begini siapa juga yang mau negur murid telat masuk sekolah?" sahut Mama Beomgyu sambil menatap anak laki-lakinya dengan mata tajam. 

"Duduk!"

Beomgyu menghela napas. "Beomgyu makan roti aja, deh!"

"Jangan banyak gaya kamu, sarapan cuma pake roti!" kata mamanya sambil menyerahkan sepiring nasi goreng.

Tapi, Beomgyu tetap mengambil sehelai roti dan mengoles selai stroberi diatasnya. Wanita itu menatap anaknya sinis.

Anak durhaka! Semoga masuk surga.

"Kamu cosplay jadi panda?" tanyanya sambil mengambil kotak nasi, berniat untuk membawakan Beomgyu bekal.

"Hah?"

Wanita itu menghela napas. "Kamu nggak perlu memaksakan diri untuk belajar. Hidup kamu nggak bakal hancur hanya karena dapat nilai pas-pasan, Beomgyu."

Beomgyu menghela napasnya. Benar! Beomgyu belajar seharian saat ujian kemarin, ia belajar seperti akan mengikuti perang. Bukannya Beomgyu ingin mendapatkan nilai A di semua mata pelajaran, 'belajar' hanyalah alibi. Alasan sebenarnya adalah agar dirinya  tidak memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak ia pikirkan.

"Kemarin sibuk belajar, sekarang sibuk jadi panitia. Apa kamu nggak butuh istirahat?"

Beomgyu istirahat, kok! Dia main gitar.... main game sampai larut malam. Beomgyu juga sempat bermain catur bersama asisten rumah tangga mamanya. Itu semua cara Beomgyu beristirahat.

"Mata kamu, tuh udah kayak panda! Tidur jam berapa kamu?"

Saking sibuknya Beomgyu, ia sampai melupakan bagian istirahat terpenting yaitu tidur. Bukannya Beomgyu tidak ingin tidur tepat waktu, hanya saja matanya tidak mau di ajak kerja sama saat malam hari. Otaknya sibuk berdemo, sehingga tubuhnya harus melakukan sesuatu agar tidak terjadi kekacauan di otaknya.

Beomgyu tidak menjawab pertanyaan mamanya. Tadi malam ia tertidur ketika jarum jam menunjukkan hampir pukul enam dan terbangun tiga puluh menit sebelum pukul tujuh. Luar biasa!

"Nih, bekalnya. Jangan lupa di makan begitu sampai di sekolah." Beomgyu malas-malasan menerimanya.

"Berangkat sama siapa? Yeonjun belum datang, tuh."

"Aku bawa mobil sendiri."

Mamanya menghela napas. "Hati-hati. Jangan lupa dimakan bekalnya." Wanita itu kembali mengingatkan.

"Iya," sahut Beomgyu, tapi yang ia lakukan adalah meninggalkan kotak bekal itu di dalam mobil.

Dia melupakan bekalnya. Beomgyu telah melupakan pesan mamanya. Hingga yang dilakukannya sepanjang hari hanyalah memantau jalannya perlombaan selama class meeting berlangsung dan berteriak memberikan semangat pada setiap pemain tanpa sempat makan nasi hingga tengah hari.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang