Delapan

2.2K 408 0
                                    

Beomgyu sedang duduk disofa bewarna biru milik Jeno sambil memetik gitar. Ada Haechan, Felix dan tentunya Jeno Si Pemilik Rumah yang sedang bermain ular tangga. Sedangkan Hyunjin asik dengan ponselnya.

Suara Beomgyu mengalun pelan sambil diiringi petikan gitar. Namun celetukan Hyunjin hampir mengalihkan atensinya.

"Menurut kalian Yana gimana?"

Beomgyu menghentikan petikannya sambil melirik Hyunjin sejenak dan kembali melanjutkan kegiatan bermusiknya. Teman-teman Beomgyu yang sedang bermain ular tangga sempat melirik Hyunjin sekilas. Felix yang tidak mengenal Yana-pun bertanya,

"Yana siapa? Kembarannya Yuna?"

"Sembarangan! Yuna nggak punya kembaran ya." Sewot Jeno karena nama pacarnya disebut. Mendengarnya, Haechan terkekeh.

"Memang Yana kenapa?" Haechan bertanya sambil melempar dadunya.

"Shit!" Umpat Haechan karena mendapatkan satu titik untuk dadu yang ia lempar. Diam-diam Felix menahan tawanya.

Hyunjin mengalihkan fokusnya dari ponsel dan menatap ketiga temannya yang sedang bermain ular tangga. "Kayaknya seru kalau diajak main."

Semua kecuali Beomgyu, menatap Hyunjin. "Gebetan baru?" Haechan meliriknya agak sinis.

"Apa lo nggak takut sama karma?" Felix berkata sambil melempar dadu.

Hyunjin kembali fokus pada ponselnya. Ia nampak sedang mengetik sesuatu. "Gue takutnya sama Tuhan." Hyunjin menyahut.

Beomgyu mendengus mendengarnya. Aneh rasanya saat kalimat seperti itu keluar dari mulut Hyunjin. Laki-laki berambut hitam itu berdiri, meletakkan gitar pada sofa dan meninggalkan ruangan bermain milik Jeno tanpa meninggalkan sepatah kata apapun.

Pergerakan Beomgyu yang tiba-tiba, membawa semua mata di ruangan tersebut menatap padanya. "Mau kemana, Gyu?" Felix bertanya namun Beomgyu sama sekali tak ingin bersuara.

Beomgyu membuka pintu dan menutupnya segera. Ia malas berada didalam sana lama-lama. Malas mendengarkan Hyunjin bercerita, yang ceritanya tak jauh-jauh dari dia yang punya gebetan baru atau putus dari pacarnya. Siklus percintaan Hyunjin sudah Beomgyu hapal diluar kepala. Kenalan lalu bertukar pesan, kalau cocok lanjut pacaran kalau enggak ya ghosting. Pacaran juga tidak perlu lama-lama, bila perlu satu minggu saja cukup setelah itu cari yang baru.

He is sick of Hyunjin!

"Gyu!" Itu suara Felix. Beomgyu tidak tahu kalau Felix menyusulnya keluar dari ruangan, tapi ia tak menyahut sama sekali.

"Beomgyu....."

Beomgyu menghela napasnya. Suara berat milik Felix memanggilnya pelan nan lembut. "Gue mau pulang."

"Naik apa? Memangnya lo bawa kendaraan?"

Benar! Beomgyu tidak bawa kendaraan karena ia kesini bersama Haechan. Beomgyu menghentikan langkahnya tepat dianak tangga terakhir, memikirkan bagaimana ia akan pulang nanti.

Laki-laki itu melanjutkan langkahnya. Ada sopir pribadi Jeno yang mau mengantar, pikir Beomgyu.

Namun Beomgyu tak menyahut sama sekali, ia juga tidak mau susah payah menoleh pada Felix yang berjalan disebelahnya. Felix menghela napasnya. "Ayo gue antar." Felix menarik pergelangan tangan Beomgyu tanpa permisi.

"Enggak perlu!" Beomgyu memberontak namun tenaga Felix ternyata lebih kuat dari perkiraannya.

"Enggak ada penolakan."

"Hyunjin!" Panggil Jeno setelah Felix keluar dari ruangan. Hyunjin hanya menggumam pelan sebagai sahutan, matanya tetap fokus pada ponsel.

"Hyunjin!" Panggil Jeno sekali lagi karena Hyunjin masih fokus pada ponselnya. Hyunjin berdecak, ia pun menoleh kepada Jeno yang senantiasa menatapnya tajam.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang