Enam belas

1.7K 341 18
                                        

Taehyun sudah menyusun rencana dengan matang. Ia mengikuti saran Kai untuk melakukan pendekatan dengan Beomgyu. Akhir pekan besok ia akan mengajak Beomgyu jalan berdua. Namun, sepertinya Sang Bunda juga sudah menyusun rencana mengajaknya keluar diakhir pekan.

"Besok kita kerumah nenek. Kamu ikut kan? Dibandingkan Bunda, pasti Nenek lebih kangen kamu," kata Bunda setengah tertawa diujung kalimatnya.

Taehyun batal menyuapi makanan kedalam mulutnya. Saat ini ia dan Bundanya sedang makan malam. Iya, berdua saja. Dua orang yang mengaku saling cinta itu pada akhirnya berpisah dengan alasan 'sudah tidak cinta'.

"Kamu udah punya rencana lain ya akhir pekan ini?"

Tanya Bunda yang mendapati Taehyun terdiam menatap makananya. Bukannya Taehyun tidak merindukan Neneknya, tapi ada yang lebih ingin Taehyun temui diakhir pekan ini.

Maka disinilah ia berada. Didepan pintu sebuah rumah yang cukup besar bewarna putih—terkesan begitu elegan. Menantikan kehadiran pujaan hatinya yang ia harap menyambutnya dengan senyuman dibibir.

Seseorang membukakan pintu untuknya lalu mengajaknya masuk. Taehyun rupanya tak cukup beruntung. Bukan pujaan hati dengan senyuman dibibir yang menyambutnya, melainkan abangnya Beomgyu yang Taehyun pun tidak tahu namanya. Tapi, sial. Sebutan yang keluar dari bibir tipis itu membuat hati Taehyun berdenyut nyeri.

"Oh, gebetan Beomgyu. Ayo masuk."

Beomgyu memang gebetan Taehyun, tapi- memangnya Beomgyu juga menganggap Taehyun gebetannya? Bayangan Beomgyu yang memperkenalkannya sebagai teman pada orang tuanya namun diwaktu yang sama membuat Taehyun merasa spesial, tiba-tiba terputar tanpa diminta.

Sembari terus melangkah memasuki bagian rumah semakin dalam Taeyong berujar, "Beomgyu ada dikamar, lo bisa kesana langsung. "

Belum sempat menjawab, Beomgyu hadir dengan kemeja beserta sweater vest dan ripped jeansnya. Berjalan mendekati Taehyun dan Taeyong yang kini menghentikan langkahnya.

Taeyong melipat tangan dibawah dada. Ia tersenyum miring, mungkin juga sedang menahan tawa melihat adiknya tampil modis diakhir pekan ini. Disaat yang sama, teman laki-lakinya juga tampil tak biasa dengan blue jeans dan kaos hitam beserta leather jacket. Tampilan yang terlalu modis, jika tujuannya sekedar mampir kerumahnya saja. 

Taeyong-pun mendenguskan tawa ketika langkah Beomgyu semakin dekat hingga ia bisa mencium aroma lembut namun juga menyegarkan dari tubuh laki-laki itu. Sudah ia duga, mereka pasti akan berkencan.

Taeyong melirik sekilas kearah Taehyun. Sial, laki-laki itu begitu pintar mengendalikan ekspresinya, tak seperti adiknya yang ekspresif. Kembali menatap Beomgyu, ia pun berpikir. Apakah setelah pulang berkencan status jomblo adiknya ini akan berubah?

Yang Taeyong tidak tahu adalah, orang disebelahnya sedang menahan napas melihat mahakarya Tuhan yang sedang tersenyum begitu manis, berjalan mendekatinya. Seperti biasa, gejala komplikasi pada tubuhnya kembali muncul. Pusing, dada berdebar hebat dan perutnya kembali beralih fungsi menjadi taman bunga yang dipenuhi kupu-kupu berterbangan. Lagi-lagi, Taehyun begitu menyukai reaksi tubuhnya yang seperti ini.

"Wangi banget. Mau kemana lo?" Goda Taeyong.

"Kepo banget. Mau ikut?" Kemudian Beomgyu bergumam, "Kasihan, banyak uang tapi nggak laku."

Tak banyak kata, Taeyong langsung mengulurkan kedua tangannya, menangkup pipi Beomgyu dan memperlakukannya seperti adonan kue.

"Uuwww, adikku. Kamu lucu banget, ganteng banget, cantik banget, apalagi pas diam." Beomgyu berusaha melepas kedua tangan Taeyong dari pipinya, tapi ia tak kuasa.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang